Berbagai
gejala dan dampak yang dirasakan seseorang ketika terinfeksi Covid-19
berbeda-beda. Tapi, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh juga merasakan efek
lanjutannya. Dampak tak biasa terjadi
pada sejumlah pasien yang melaporkan rambut mereka rontok.
Pakar
Dermatologi Dr.Ester Freeman dalam penelitian Dermatology Covid-19 Registry
menyebutkan, 1.000 kasus dari 38 negara, para pasien sembuh mengalami rambut
rontok. Menurut dr Ester, kini semakin banyak orang yang pulih dari virus
Korona yang melaporkan rambutnya rontok setelah sakit.
Ahli
Penyakit Menular Amesh A. Adalja, MD, peneliti senior di Johns Hopkins Center
for Health Security di Maryland, mengatakan kondisi ini disebabkan oleh
mekanisme yang disebut telogen effluvium. Setelah mengalami stres fisiologis,
ada suatu kondisi yang memengaruhi siklus pertumbuhan folikel rambut.
“Ini
disebut telogen effluvium, dan dapat dilihat setelah sembuh dari berbagai jenis
penyakit, termasuk malaria dan tuberkulosis,†kata Dr. Adalja seperti dilansir
dari Health, Selasa (1/9).
Telogen
effluvium biasanya terjadi sekitar tiga bulan setelah kejadian yang membuat
stres. Dokter kulit Angelo Landriscina, MD, mengatakan kepada Health bahwa
jenis kerontokan rambut ini dapat terjadi setelah peristiwa kehidupan yang
penuh tekanan.
Tidak
hanya penyakit parah tetapi juga pembedahan atau penyebab stres psikologis yang
serius. Seperti kehilangan orang yang dicintai. Untuk memahami telogen
effluvium, ada baiknya memahami siklus pertumbuhan rambut.
“Pada
suatu waktu, 85-90 persen rambut kita berada dalam fase yang disebut anagen
yakni fase pertumbuhan,†kata dr. Landriscina.
“Sedangkan
1-2 persen berada dalam fase transisi yang disebut catagen. Hingga 10 persen
rambut kita berada dalam fase telogen atau ‘fase istirahat’, yaitu fase di mana
rambut kita biasanya rontok. Dalam telogen effluvium, bagian rambut yang lebih
besar dari biasanya bergerak ke fase telogen dan rontok,†tambahnya.
Beberapa
jumlah rambut jika rontokknya sedikit, dikatakan masih normal. American Academy
of Dermatology (AAD) mengatakan seseorang kehilangan 50 hingga 100 rambut
sehari adalah hal yang biasa. Namun kehilangan secara signifikan bisa dianggap
berlebihan.
Kendati
demikian, hingga kini belum ada bukti mekanisme spesifik virus Korona yang
memicu kerontokan rambut. “Banyak orang dengan Covid-19 menjadi sakit parah
dengan demam tinggi dan gejala lain, yang kami tahu dapat menyebabkan kondisi
telogen effluvium,†kata Dr. Landriscina.
“Kami
tahu bahwa hormon stres kortisol dilepaskan pada tingkat yang lebih tinggi
selama sakit parah, dan kami juga tahu bahwa kortisol dapat memengaruhi
struktur rambut,†katanya.
Bahkan
tekanan psikologis tertular virus Korona bisa menyebabkan telogen effluvium.
Kesulitan ekonomi selama pandemi juga dapat menyebabkan rambut rontok.
Seseorang yang mengalami kerontokan rambut yang disebabkan oleh stres akan
mulai melihat rambut mereka secara bertahap kembali normal, karena rambut baru
akan tumbuh.
“Cobalah
menggunakan larutan minoxidil 5 persen topikal. Ini mendorong folikel rambut
untuk meninggalkan fase telogen lebih awal dan kembali ke fase anagen atau
pertumbuhan,†jelasnya.