33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Perlu Diketahui Penyebab Tubuh Tetap Gemuk

MENJAMURNYA bisnis kuliner serta kemudahan membeli aneka makanan
dan minuman tanpa harus ke luar rumah-–karena memakai aplikasi, memudahkan
banyak orang. Namun tanpa disadari fenomena ini justru rentan membuat orang
jadi lebih mudah gemuk.

Di tengah segala kehebohan perkulineran tanah air, mungkin Anda
bisa mengamati dua tipe orang. Ada orang yang makan apa saja tetapi tetap
langsing. Namun ada pula mereka yang sudah diet mati-matian, namun tetap
gemuk. 

Apakah itu memang sudah nasib, atau ada penyebab lain yang menyebabkan
sebagian orang tertentu menjadi mudah gemuk?

 

Pengaruh perilaku, lingkungan dan genetik

Hampir semua orang mengetahui bahwa berat badan terutama
dipengaruhi oleh pola makan dan olahraga. Hal ini berkaitan dengan berapa
jumlah kalori, lemak, dan gula yang dikonsumsi, serta seberapa sering Anda
membakar kalori dengan berolahraga.

Singkatnya, berat badan adalah hasil dari berapa banyak kalori
yang kita masukkan dan keluarkan. Apabila Anda mengonsumsi makanan tinggi
kalori, maka kelebihan kalori tersebut akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk
lemak.

Namun, apabila Anda rutin berolahraga setidaknya 30 menit per
sesi, tubuh akan membakar lemak tersebut tergantung dari berat ringan dan
durasi olahraga yang dilakukan.

Namun demikian, selain faktor perilaku dan lingkungan tersebut,
tidak banyak orang mengetahui bahwa faktor genetik juga ikut berperan. Hal ini
berawal dari kehidupan nenek moyang sejak zaman purba kala.

Baca Juga :  BPOM Izinkan Remdesvir dan Favipiravir Untuk Obat Perawatan Covid

Sebelum hidup dengan bercocok tanam, masyarakat menggantungkan
hidup dengan berburu. Apabila berhasil mendapatkan binatang buruan, maka mereka
dapat makan hingga kenyang. Namun jika tidak berhasil, maka mereka harus
kelaparan dan berpuasa selama beberapa saat. 

Pola hidup yang keras tersebut lantas mengharuskan tubuh untuk
beradaptasi dengan membuat metabolisme yang “irit”, yakni banyak menyimpan
cadangan energi dalam bentuk lemak apabila ada asupan makanan, dan berhemat
dalam mengeluarkan energi ketika beraktivitas.

Tujuan dari metabolisme yang hemat tersebut adalah untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia, di saat sulit mendapatkan makanan sekalipun.

Namun malangnya, gen dan metabolisme ‘irit’ yang diwariskan nenek
moyang kepada manusia millenial kini tampaknya tidak cocok dengan gaya hidup
manusia modern, yang minim gerak namun banyak mengonsumsi makanan tinggi
kalori, lemak, dan gula. Akibatnya, berat badan pun menjadi mudah bertambah,
bahkan obesitas.

Selain itu, para ahli juga menemukan bahwa janin yang mengalami
masalah kekurangan nutrisi selama berada di dalam kandungan juga akan memprogram
metabolisme tubuhnya sendiri agar lebih irit dibandingkan dengan janin lain
yang mendapatkan nutrisi yang cukup selama dalam kandungan.

Ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya
ibu tidak mengonsumsi nutrisi dan energi dalam jumlah yang cukup, ibu mengalami
preeklampsia atau kelainan tali pusat, sehingga terjadi gangguan transportasi
makanan dan nutrisi dari ibu ke janin.

Janin yang mengalami hal tersebut akan merasa dirinya akan hidup
dalam nutrisi yang berkekurangan juga saat ia lahir ke dunia nanti. Oleh karena
itu, dibuatlah gen yang irit dan hemat dalam  mengatur metabolisme energi.

Baca Juga :  Kenali 8 Bahan Herbal Penghilang Nyeri Ini, Termasuk untuk Kanker

Sehingga ketika ia lahir nanti, dengan mengonsumsi makanan sedikit
saja dan beraktivitas fisik sedemikian rupa, cadangan lemak dan energi di dalam
tubuhnya tetap cukup dan tidak banyak berkurang.

Hal inilah yang menyebabkan orang menjadi mudah gemuk, meski makan
dalam porsi yang dianggap ‘normal’ dan berolahraga ala kadarnya.

Para ahli telah menemukan lebih dari 400 gen yang turut andil
dalam menentukan berat badan seseorang. Ada gen yang memengaruhi nafsu makan,
rasa kenyang, cepat atau lambatnya metabolisme, kesukaan (preferensi) makanan,
penyebaran lemak tubuh, hingga kecenderungan seseorang untuk menyikapi makanan
saat ia sedang mengalami stres.

Orang yang memiliki nafsu makan tinggi, metabolisme lambat, gemar
makan makanan berlemak dan manis, serta makan kalap saat stres cenderung lebih
mudah gemuk.

Pengaruh gen ini terhadap berat badan bisa bervariasi untuk setiap
orang, berkisar antara 25-80 persen. Bisa jadi, gen berperan besar dalam
pengaturan berat badan. 

Namun, bila sejak kecil Anda sudah kelebihan berat badan, sangat
sulit untuk menurunkan berat badan, terlepas dari usaha apapun yang dilakukan.
Belum lagi, ketika orang tua dan kebanyakan keluarga besar Anda juga kelebihan
berat badan.(klikdokter)

 

 

MENJAMURNYA bisnis kuliner serta kemudahan membeli aneka makanan
dan minuman tanpa harus ke luar rumah-–karena memakai aplikasi, memudahkan
banyak orang. Namun tanpa disadari fenomena ini justru rentan membuat orang
jadi lebih mudah gemuk.

Di tengah segala kehebohan perkulineran tanah air, mungkin Anda
bisa mengamati dua tipe orang. Ada orang yang makan apa saja tetapi tetap
langsing. Namun ada pula mereka yang sudah diet mati-matian, namun tetap
gemuk. 

Apakah itu memang sudah nasib, atau ada penyebab lain yang menyebabkan
sebagian orang tertentu menjadi mudah gemuk?

 

Pengaruh perilaku, lingkungan dan genetik

Hampir semua orang mengetahui bahwa berat badan terutama
dipengaruhi oleh pola makan dan olahraga. Hal ini berkaitan dengan berapa
jumlah kalori, lemak, dan gula yang dikonsumsi, serta seberapa sering Anda
membakar kalori dengan berolahraga.

Singkatnya, berat badan adalah hasil dari berapa banyak kalori
yang kita masukkan dan keluarkan. Apabila Anda mengonsumsi makanan tinggi
kalori, maka kelebihan kalori tersebut akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk
lemak.

Namun, apabila Anda rutin berolahraga setidaknya 30 menit per
sesi, tubuh akan membakar lemak tersebut tergantung dari berat ringan dan
durasi olahraga yang dilakukan.

Namun demikian, selain faktor perilaku dan lingkungan tersebut,
tidak banyak orang mengetahui bahwa faktor genetik juga ikut berperan. Hal ini
berawal dari kehidupan nenek moyang sejak zaman purba kala.

Baca Juga :  BPOM Izinkan Remdesvir dan Favipiravir Untuk Obat Perawatan Covid

Sebelum hidup dengan bercocok tanam, masyarakat menggantungkan
hidup dengan berburu. Apabila berhasil mendapatkan binatang buruan, maka mereka
dapat makan hingga kenyang. Namun jika tidak berhasil, maka mereka harus
kelaparan dan berpuasa selama beberapa saat. 

Pola hidup yang keras tersebut lantas mengharuskan tubuh untuk
beradaptasi dengan membuat metabolisme yang “irit”, yakni banyak menyimpan
cadangan energi dalam bentuk lemak apabila ada asupan makanan, dan berhemat
dalam mengeluarkan energi ketika beraktivitas.

Tujuan dari metabolisme yang hemat tersebut adalah untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia, di saat sulit mendapatkan makanan sekalipun.

Namun malangnya, gen dan metabolisme ‘irit’ yang diwariskan nenek
moyang kepada manusia millenial kini tampaknya tidak cocok dengan gaya hidup
manusia modern, yang minim gerak namun banyak mengonsumsi makanan tinggi
kalori, lemak, dan gula. Akibatnya, berat badan pun menjadi mudah bertambah,
bahkan obesitas.

Selain itu, para ahli juga menemukan bahwa janin yang mengalami
masalah kekurangan nutrisi selama berada di dalam kandungan juga akan memprogram
metabolisme tubuhnya sendiri agar lebih irit dibandingkan dengan janin lain
yang mendapatkan nutrisi yang cukup selama dalam kandungan.

Ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya
ibu tidak mengonsumsi nutrisi dan energi dalam jumlah yang cukup, ibu mengalami
preeklampsia atau kelainan tali pusat, sehingga terjadi gangguan transportasi
makanan dan nutrisi dari ibu ke janin.

Janin yang mengalami hal tersebut akan merasa dirinya akan hidup
dalam nutrisi yang berkekurangan juga saat ia lahir ke dunia nanti. Oleh karena
itu, dibuatlah gen yang irit dan hemat dalam  mengatur metabolisme energi.

Baca Juga :  Kenali 8 Bahan Herbal Penghilang Nyeri Ini, Termasuk untuk Kanker

Sehingga ketika ia lahir nanti, dengan mengonsumsi makanan sedikit
saja dan beraktivitas fisik sedemikian rupa, cadangan lemak dan energi di dalam
tubuhnya tetap cukup dan tidak banyak berkurang.

Hal inilah yang menyebabkan orang menjadi mudah gemuk, meski makan
dalam porsi yang dianggap ‘normal’ dan berolahraga ala kadarnya.

Para ahli telah menemukan lebih dari 400 gen yang turut andil
dalam menentukan berat badan seseorang. Ada gen yang memengaruhi nafsu makan,
rasa kenyang, cepat atau lambatnya metabolisme, kesukaan (preferensi) makanan,
penyebaran lemak tubuh, hingga kecenderungan seseorang untuk menyikapi makanan
saat ia sedang mengalami stres.

Orang yang memiliki nafsu makan tinggi, metabolisme lambat, gemar
makan makanan berlemak dan manis, serta makan kalap saat stres cenderung lebih
mudah gemuk.

Pengaruh gen ini terhadap berat badan bisa bervariasi untuk setiap
orang, berkisar antara 25-80 persen. Bisa jadi, gen berperan besar dalam
pengaturan berat badan. 

Namun, bila sejak kecil Anda sudah kelebihan berat badan, sangat
sulit untuk menurunkan berat badan, terlepas dari usaha apapun yang dilakukan.
Belum lagi, ketika orang tua dan kebanyakan keluarga besar Anda juga kelebihan
berat badan.(klikdokter)

 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru