Pengaruh media sosial terhadap pikiran sadar manusia dengan mengamati aktivitas-aktivitas yang dibagikan orang lain melalui statusnya dapat mengembangkan minat. Contohnya ketika pengguna yang membagikan kegiatannya sedang berbuat kebaikan, berolahraga, atau belajar.
Dilansir dari Medium, terdapat beberapa penjelasan berdasar psikologi terhadap kepribadian seseorang yang suka membuat status WhatsApp.
Ketertarikan seseorang dalam membagikan konten-konten kehidupan mereka karena adanya perasaan perlu mengunggah hal-hal di media sosial. Menurut psikolog Wilcox dan Stephen dalam makalah Are Close Friends the Enemy? Online Social Networks, Self-Esteem, and Self-Control, situs media sosial dapat meningkatkan harga diri dan pengendalian diri.
Orang-orang yang cenderung menampilkan pandangan dirinya dalam hal positif, dapat menaikkan tingkat percaya diri terhadap teman online. Mereka secara aktif mem-posting kegiatan kehidupan nyatanya agar orang lain dapat menikmati dan menyaksikan pengalamannya.
Alasan lain mengapa orang sering membuat status WhatsApp adalah kepribadian mereka yang bisa dibilang narsistik. Yaitu mencerminkan kebutuhan hidup mereka untuk dikagumi orang lain dan menginginkan pengakuan yang positif pada posting-an yang dibagikan.
Hal itu tidak hanya membuat lebih rentan terhadap jumlah suka dan komentar yang diterima, tetapi juga dapat menyebabkan kecanduan psikologis bahkan bisa menurunkan materi putih otak.
Menggunakan media sosial untuk meningkatkan harga diri adalah ide yang buruk. Karena hal itu menunjukkan bahwa seseorang harus melihat ke luar untuk meningkatkan emosi yang bernilai dibandingkan ke dalam diri.
Penilaian kognitif dan emosional atas nilai diri sendiri adalah definisi dari harga diri yang keliru berdasar jumlah suka dan komentar dengan kepuasan jangka pendek. Mereka gagal memiliki kebebasan untuk berkembang tanpa khawatir akan kegagalan yang tidak seharusnya mengubah nilai fundamental.
Kecanduan dengan menerima pengakuan yang berlebihan dari orang lain secara online, menyebabkan kita mengabaikan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan. Orang-orang yang mempunyai tujuan lebih cenderung menolak peningkatan harga diri yang datang dari menerima suka dan komentar di media sosial.(jpc)