29.4 C
Jakarta
Thursday, June 26, 2025

Amalan Malam Tahun Baru 1 Muharram 1447 H, Manfaatnya Rezeki Tak Terputus Setahun

BERBEDA dengan perayaan tahun baru Masehi yang meriah, Malam 1 Suro seringkali disambut dengan ritual dan tradisi sakral yang kental nuansa spiritual dan budaya. Salah satu tradisi paling ikonik yang sering digelar adalah Kirab Malam 1 Suro.

Bagi sebagian orang, terutama yang tidak terbiasa dengan budaya Jawa, istilah Kirab Malam 1 Suro mungkin terdengar misterius.

Kirab Malam 1 Suro adalah sebuah prosesi pawai budaya yang diselenggarakan untuk memperingati dan menyambut datangnya tanggal 1 Suro.

Malam 1 Suro sendiri jatuh pada tanggal 27 Juni 2025 mendatang, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Kirab ini biasanya dilakukan pada malam hari menjelang pergantian tahun, yaitu setelah waktu Magrib pada tanggal 26 Juni 2025.

Kata “Suro” diambil dari kata “Asyura” dalam bahasa Arab, yang merujuk pada 1 Muharram.

Tradisi 1 Suro ini diinisiasi oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, pemimpin Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17.

Tujuannya adalah untuk menyatukan masyarakat Jawa yang kala itu terpecah antara kaum abangan (Kejawen) dan kaum putihan (Islam) melalui perayaan keagamaan dan budaya yang serentak.

Kirab Malam 1 Suro umumnya diselenggarakan oleh institusi yang memiliki ikatan kuat dengan tradisi dan kebudayaan Jawa.

Di Solo, Kirab Malam 1 Suro digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) dan Pura Mangkunegaran.

Kirab Malam 1 Suro di Keraton Solo identik dengan iring-iringan Kebo Bule Kyai Slamet (kerbau bule keramat) yang dianggap sebagai cucu dari kerbau kesayangan Sri Susuhunan Pakubuwono II.

Kehadiran kebo bule dalam Kirab Malam 1 Suro sangat dinantikan masyarakat, sebab hewan keramat ini diyakini membawa anugerah dan keselamatan.

Baca Juga :  Kenali Bahasa Tubuh Seseorang yang Agresif

Ribuan orang akan membanjiri sepanjang rute kirab, yang biasanya dimulai jelang tengah malam.

Prosesi ini umumnya mengambil rute utama di Kota Solo, bermula dan berakhir di Keraton Solo setelah melewati berbagai titik penting.

Peserta kirab tampil mengenakan busana adat Jawa serba hitam.

Pria dengan Jawi jangkep dan wanita berkebaya hitam.

Pura Mangkunegaran juga mengadakan kirab pusaka, yang biasanya diikuti oleh para abdi dalem, sentana dalem, dan masyarakat.

Selain itu, di beberapa daerah lain yang kental dengan budaya Jawa, acara serupa mungkin juga diselenggarakan oleh pemerintah daerah setempat (pemda) atau komunitas adat yang masih melestarikan tradisi ini.

Kirab Pusaka Malam Satu Suro yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta dipastikan kembali digelar meriah pada Kamis (26/6) malam.

Dalam budaya Islam Indonesia, momentum 1 Muharram yang juga dikenal sebagai malam 1 Suro dalam penanggalan Jawa dianggap sakral dan penuh makna spiritual.

Bukan sekadar pergantian tahun dalam kalender Hijriah, malam ini kerap dimaknai sebagai waktu terbaik untuk berdoa, memohon perlindungan, dan membuka pintu rezeki di tahun baru.

Amalan ini tidak hanya menjanjikan kelancaran rezeki uang, tapi juga kesehatan, kecukupan untuk anak dan keluarga, hingga terhindar dari keterlambatan rezeki.

Gus Ellham Yahya Lq menyampaikan bahwa siapa pun yang membaca sholawat Jibril sebanyak 313 kali dan dilanjutkan dengan membaca ayat kursi sebanyak 7 kali di malam 1 Muharram (26 Juni 2025) akan mendapatkan limpahan rezeki selama setahun penuh.

Baca Juga :  Apakah Minuman Kolagen Rumahan Aman dan Berkhasiat? Begini Penjelasannya

Isi dari amalan tersebut menekankan bahwa rezeki bukan hanya soal uang, tapi juga kesehatan, kecukupan pangan, pekerjaan, dan ketenangan keluarga.

Bacaan singkat namun penuh makna ini dianggap sebagai kunci untuk membuka “gerbang rezeki” secara spiritual.

Adapun bacaan sholawat Jibril adalah 

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ

Shallallahu ‘ala Muhammad

Arti: “Semoga rahmat Allah tercurah kepada Nabi Muhammad.” 

Jumlah bacaan sholawat 313 kali bukan angka sembarangan.

Dalam tradisi Islam, angka 313 dikenal sebagai jumlah pasukan Badar yang memenangkan perang meski secara jumlah kalah jauh dari musuh.

Simbol ini mengandung makna kekuatan spiritual, keberanian, dan pertolongan Ilahi.

Sementara itu, ayat kursi dikenal sebagai ayat pelindung yang sangat kuat, dan dalam banyak tradisi keagamaan Islam digunakan untuk tolak bala atau penjagaan diri.

Membaca ayat ini tujuh kali dipercaya mempertebal perlindungan dari bahaya, baik yang kasat mata maupun tidak.

Dalam tradisi Jawa-Islam, malam Suro memang dipercaya sebagai waktu spiritual yang sangat kuat, bahkan sering dikaitkan dengan “malam keramat”.

Dalam tradisi yang diwariskan turun-temurun, doa dan bacaan menjadi medium untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan dalam proses itu, siapa tahu, jalan rezeki benar-benar terbuka lebih lapang. (fal/jpg)

BERBEDA dengan perayaan tahun baru Masehi yang meriah, Malam 1 Suro seringkali disambut dengan ritual dan tradisi sakral yang kental nuansa spiritual dan budaya. Salah satu tradisi paling ikonik yang sering digelar adalah Kirab Malam 1 Suro.

Bagi sebagian orang, terutama yang tidak terbiasa dengan budaya Jawa, istilah Kirab Malam 1 Suro mungkin terdengar misterius.

Kirab Malam 1 Suro adalah sebuah prosesi pawai budaya yang diselenggarakan untuk memperingati dan menyambut datangnya tanggal 1 Suro.

Malam 1 Suro sendiri jatuh pada tanggal 27 Juni 2025 mendatang, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Kirab ini biasanya dilakukan pada malam hari menjelang pergantian tahun, yaitu setelah waktu Magrib pada tanggal 26 Juni 2025.

Kata “Suro” diambil dari kata “Asyura” dalam bahasa Arab, yang merujuk pada 1 Muharram.

Tradisi 1 Suro ini diinisiasi oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, pemimpin Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17.

Tujuannya adalah untuk menyatukan masyarakat Jawa yang kala itu terpecah antara kaum abangan (Kejawen) dan kaum putihan (Islam) melalui perayaan keagamaan dan budaya yang serentak.

Kirab Malam 1 Suro umumnya diselenggarakan oleh institusi yang memiliki ikatan kuat dengan tradisi dan kebudayaan Jawa.

Di Solo, Kirab Malam 1 Suro digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) dan Pura Mangkunegaran.

Kirab Malam 1 Suro di Keraton Solo identik dengan iring-iringan Kebo Bule Kyai Slamet (kerbau bule keramat) yang dianggap sebagai cucu dari kerbau kesayangan Sri Susuhunan Pakubuwono II.

Kehadiran kebo bule dalam Kirab Malam 1 Suro sangat dinantikan masyarakat, sebab hewan keramat ini diyakini membawa anugerah dan keselamatan.

Baca Juga :  Kenali Bahasa Tubuh Seseorang yang Agresif

Ribuan orang akan membanjiri sepanjang rute kirab, yang biasanya dimulai jelang tengah malam.

Prosesi ini umumnya mengambil rute utama di Kota Solo, bermula dan berakhir di Keraton Solo setelah melewati berbagai titik penting.

Peserta kirab tampil mengenakan busana adat Jawa serba hitam.

Pria dengan Jawi jangkep dan wanita berkebaya hitam.

Pura Mangkunegaran juga mengadakan kirab pusaka, yang biasanya diikuti oleh para abdi dalem, sentana dalem, dan masyarakat.

Selain itu, di beberapa daerah lain yang kental dengan budaya Jawa, acara serupa mungkin juga diselenggarakan oleh pemerintah daerah setempat (pemda) atau komunitas adat yang masih melestarikan tradisi ini.

Kirab Pusaka Malam Satu Suro yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta dipastikan kembali digelar meriah pada Kamis (26/6) malam.

Dalam budaya Islam Indonesia, momentum 1 Muharram yang juga dikenal sebagai malam 1 Suro dalam penanggalan Jawa dianggap sakral dan penuh makna spiritual.

Bukan sekadar pergantian tahun dalam kalender Hijriah, malam ini kerap dimaknai sebagai waktu terbaik untuk berdoa, memohon perlindungan, dan membuka pintu rezeki di tahun baru.

Amalan ini tidak hanya menjanjikan kelancaran rezeki uang, tapi juga kesehatan, kecukupan untuk anak dan keluarga, hingga terhindar dari keterlambatan rezeki.

Gus Ellham Yahya Lq menyampaikan bahwa siapa pun yang membaca sholawat Jibril sebanyak 313 kali dan dilanjutkan dengan membaca ayat kursi sebanyak 7 kali di malam 1 Muharram (26 Juni 2025) akan mendapatkan limpahan rezeki selama setahun penuh.

Baca Juga :  Apakah Minuman Kolagen Rumahan Aman dan Berkhasiat? Begini Penjelasannya

Isi dari amalan tersebut menekankan bahwa rezeki bukan hanya soal uang, tapi juga kesehatan, kecukupan pangan, pekerjaan, dan ketenangan keluarga.

Bacaan singkat namun penuh makna ini dianggap sebagai kunci untuk membuka “gerbang rezeki” secara spiritual.

Adapun bacaan sholawat Jibril adalah 

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ

Shallallahu ‘ala Muhammad

Arti: “Semoga rahmat Allah tercurah kepada Nabi Muhammad.” 

Jumlah bacaan sholawat 313 kali bukan angka sembarangan.

Dalam tradisi Islam, angka 313 dikenal sebagai jumlah pasukan Badar yang memenangkan perang meski secara jumlah kalah jauh dari musuh.

Simbol ini mengandung makna kekuatan spiritual, keberanian, dan pertolongan Ilahi.

Sementara itu, ayat kursi dikenal sebagai ayat pelindung yang sangat kuat, dan dalam banyak tradisi keagamaan Islam digunakan untuk tolak bala atau penjagaan diri.

Membaca ayat ini tujuh kali dipercaya mempertebal perlindungan dari bahaya, baik yang kasat mata maupun tidak.

Dalam tradisi Jawa-Islam, malam Suro memang dipercaya sebagai waktu spiritual yang sangat kuat, bahkan sering dikaitkan dengan “malam keramat”.

Dalam tradisi yang diwariskan turun-temurun, doa dan bacaan menjadi medium untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan dalam proses itu, siapa tahu, jalan rezeki benar-benar terbuka lebih lapang. (fal/jpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/