27.2 C
Jakarta
Wednesday, May 28, 2025

Untuk Menghindari Penyesalan, 3 Hal Penting Harus Dipertimbangkan Sebelum Memutuskan Berhenti Kerja

Fenomena Great Resignation atau gelombang pengunduran diri besar-besaran menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir. Banyak pekerja memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, entah karena merasa terjebak dalam lingkungan kerja yang tidak sehat, ingin mengejar impian pribadi, atau sekadar ingin istirahat sejenak dari rutinitas yang melelahkan.

Namun, sebelum kamu mengambil langkah serupa, ada baiknya untuk berhenti sejenak dan mempertimbangkannya secara matang. Menurut laporan dari podcast WorkLife yang dipandu oleh psikolog organisasi Adam Grant, banyak orang yang justru mengalami penyesalan setelah mereka memutuskan untuk mengundurkan diri.

“The Great Resignation telah membebaskan banyak orang dari pekerjaan yang menyiksa dan atasan yang tidak suportif. Namun, bagi sebagian lainnya, fenomena ini justru berubah menjadi The Great Regret,” ujar Adam Grant.

Adam Grant mewawancarai Anthony C. Klotz, profesor manajemen dari Texas A&M University sekaligus pencetus istilah “The Great Resignation.” Klotz menyatakan bahwa cukup banyak individu yang belakangan menyesal karena keputusan mereka tidak menghasilkan perubahan yang diharapkan.

Lebih lanjut, Grant mengutip sebuah penelitian psikologis berskala besar yang mengikuti ribuan orang yang mengundurkan diri secara sukarela. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka justru merasa lebih tidak puas dalam pekerjaan baru mereka hingga lebih dari satu tahun setelahnya.

Baca Juga :  Pengunduran Diri Alfian dari PDI-P Tunggu Surat Resmi, Freddy Ering: Secara De Facto Sudah Mundur

Untuk menghindari penyesalan serupa, ada tiga hal penting yang sebaiknya kamu pertimbangkan sebelum benar-benar mengundurkan diri, yaitu: Suara (Voice), Loyalitas (Loyalty), dan Alternatif (Alternatives).

  1. Suara: Apakah Kamu Pernah Menyampaikan Keluhan atau Masukan?

Jika ketidaknyamanan kamu hanya mencakup sebagian kecil dari pekerjaan (misalnya 20 persen), cobalah untuk mendiskusikannya terlebih dahulu dengan atasan atau bagian SDM. Menurut Klotz, saat ini banyak perusahaan bersedia memfasilitasi job crafting, yaitu proses menyesuaikan pekerjaan agar lebih sesuai dengan minat dan kebutuhan karyawan.

Alih-alih terburu-buru pindah kerja dan menemukan masalah lain yang tak terduga, sebaiknya upayakan terlebih dahulu perbaikan di tempat kerja saat ini.

  1. Loyalitas: Apakah Kamu Masih Peduli terhadap Misi atau Rekan Kerja?

Jika setelah menyuarakan pendapat tidak ada perubahan yang berarti, pertimbangkan sejauh mana kamu memiliki keterikatan emosional terhadap perusahaan. Apakah kamu masih merasa bangga menjadi bagian dari organisasi? Apakah kamu masih peduli terhadap rekan kerja dan tujuan yang sedang diperjuangkan?

Jika jawabannya adalah tidak, maka mungkin saatnya mempertimbangkan langkah selanjutnya secara lebih serius.

  1. Alternatif: Sudahkah Kamu Memiliki Pilihan yang Lebih Baik?

Banyak orang yang memutuskan untuk berhenti bekerja tanpa terlebih dahulu merancang rencana yang matang. Padahal, menurut Grant, keputusan yang baik tidak hanya didorong oleh keinginan untuk ‘kabur’ dari pekerjaan lama, tetapi juga oleh ketertarikan yang kuat terhadap peluang baru yang lebih menjanjikan.

Baca Juga :  Pahami 5 Finansial Rules Supaya Perekonomianmu Tidak Terpuruk

Pertimbangkan apakah kamu sudah memiliki opsi pekerjaan yang lebih menarik, budaya kerja yang lebih mendukung, atau peluang belajar yang lebih luas. Jika belum, mungkin sebaiknya kamu menunda pengunduran diri hingga ada arah yang lebih jelas.

Menurut Klotz, saat ini peluang kerja alternatif semakin terbuka. Mulai dari pekerjaan lepas (freelance), wirausaha kecil, hingga kerja daring yang fleksibel. Ditambah lagi, selama pandemi, banyak orang mulai hidup lebih hemat dan memiliki tabungan yang cukup untuk mengambil jeda sejenak.

“Banyak individu memutuskan untuk tidak kembali pada gaya hidup yang boros seperti sebelum pandemi. Mereka memilih untuk mengambil jeda karena merasa kelelahan atau ingin mencoba hal baru,” ungkap Klotz.

Kesimpulan: Bijak Sebelum Mengundurkan Diri

Mengundurkan diri dari pekerjaan adalah keputusan besar yang sebaiknya tidak diambil secara tergesa-gesa. Tiga hal (suara, loyalitas, dan alternatif) dapat menjadi pertimbangan penting sebelum kamu benar-benar mengambil langkah tersebut.

Jangan sampai keputusan yang tampak membebaskan justru berubah menjadi beban baru di masa depan. Luangkan waktu untuk berpikir secara jernih, dan pastikan bahwa kamu melangkah dengan penuh kesadaran, bukan sekadar dorongan emosi sesaat.(jpc)

Fenomena Great Resignation atau gelombang pengunduran diri besar-besaran menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir. Banyak pekerja memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, entah karena merasa terjebak dalam lingkungan kerja yang tidak sehat, ingin mengejar impian pribadi, atau sekadar ingin istirahat sejenak dari rutinitas yang melelahkan.

Namun, sebelum kamu mengambil langkah serupa, ada baiknya untuk berhenti sejenak dan mempertimbangkannya secara matang. Menurut laporan dari podcast WorkLife yang dipandu oleh psikolog organisasi Adam Grant, banyak orang yang justru mengalami penyesalan setelah mereka memutuskan untuk mengundurkan diri.

“The Great Resignation telah membebaskan banyak orang dari pekerjaan yang menyiksa dan atasan yang tidak suportif. Namun, bagi sebagian lainnya, fenomena ini justru berubah menjadi The Great Regret,” ujar Adam Grant.

Adam Grant mewawancarai Anthony C. Klotz, profesor manajemen dari Texas A&M University sekaligus pencetus istilah “The Great Resignation.” Klotz menyatakan bahwa cukup banyak individu yang belakangan menyesal karena keputusan mereka tidak menghasilkan perubahan yang diharapkan.

Lebih lanjut, Grant mengutip sebuah penelitian psikologis berskala besar yang mengikuti ribuan orang yang mengundurkan diri secara sukarela. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka justru merasa lebih tidak puas dalam pekerjaan baru mereka hingga lebih dari satu tahun setelahnya.

Baca Juga :  Pengunduran Diri Alfian dari PDI-P Tunggu Surat Resmi, Freddy Ering: Secara De Facto Sudah Mundur

Untuk menghindari penyesalan serupa, ada tiga hal penting yang sebaiknya kamu pertimbangkan sebelum benar-benar mengundurkan diri, yaitu: Suara (Voice), Loyalitas (Loyalty), dan Alternatif (Alternatives).

  1. Suara: Apakah Kamu Pernah Menyampaikan Keluhan atau Masukan?

Jika ketidaknyamanan kamu hanya mencakup sebagian kecil dari pekerjaan (misalnya 20 persen), cobalah untuk mendiskusikannya terlebih dahulu dengan atasan atau bagian SDM. Menurut Klotz, saat ini banyak perusahaan bersedia memfasilitasi job crafting, yaitu proses menyesuaikan pekerjaan agar lebih sesuai dengan minat dan kebutuhan karyawan.

Alih-alih terburu-buru pindah kerja dan menemukan masalah lain yang tak terduga, sebaiknya upayakan terlebih dahulu perbaikan di tempat kerja saat ini.

  1. Loyalitas: Apakah Kamu Masih Peduli terhadap Misi atau Rekan Kerja?

Jika setelah menyuarakan pendapat tidak ada perubahan yang berarti, pertimbangkan sejauh mana kamu memiliki keterikatan emosional terhadap perusahaan. Apakah kamu masih merasa bangga menjadi bagian dari organisasi? Apakah kamu masih peduli terhadap rekan kerja dan tujuan yang sedang diperjuangkan?

Jika jawabannya adalah tidak, maka mungkin saatnya mempertimbangkan langkah selanjutnya secara lebih serius.

  1. Alternatif: Sudahkah Kamu Memiliki Pilihan yang Lebih Baik?

Banyak orang yang memutuskan untuk berhenti bekerja tanpa terlebih dahulu merancang rencana yang matang. Padahal, menurut Grant, keputusan yang baik tidak hanya didorong oleh keinginan untuk ‘kabur’ dari pekerjaan lama, tetapi juga oleh ketertarikan yang kuat terhadap peluang baru yang lebih menjanjikan.

Baca Juga :  Pahami 5 Finansial Rules Supaya Perekonomianmu Tidak Terpuruk

Pertimbangkan apakah kamu sudah memiliki opsi pekerjaan yang lebih menarik, budaya kerja yang lebih mendukung, atau peluang belajar yang lebih luas. Jika belum, mungkin sebaiknya kamu menunda pengunduran diri hingga ada arah yang lebih jelas.

Menurut Klotz, saat ini peluang kerja alternatif semakin terbuka. Mulai dari pekerjaan lepas (freelance), wirausaha kecil, hingga kerja daring yang fleksibel. Ditambah lagi, selama pandemi, banyak orang mulai hidup lebih hemat dan memiliki tabungan yang cukup untuk mengambil jeda sejenak.

“Banyak individu memutuskan untuk tidak kembali pada gaya hidup yang boros seperti sebelum pandemi. Mereka memilih untuk mengambil jeda karena merasa kelelahan atau ingin mencoba hal baru,” ungkap Klotz.

Kesimpulan: Bijak Sebelum Mengundurkan Diri

Mengundurkan diri dari pekerjaan adalah keputusan besar yang sebaiknya tidak diambil secara tergesa-gesa. Tiga hal (suara, loyalitas, dan alternatif) dapat menjadi pertimbangan penting sebelum kamu benar-benar mengambil langkah tersebut.

Jangan sampai keputusan yang tampak membebaskan justru berubah menjadi beban baru di masa depan. Luangkan waktu untuk berpikir secara jernih, dan pastikan bahwa kamu melangkah dengan penuh kesadaran, bukan sekadar dorongan emosi sesaat.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru