26.5 C
Jakarta
Friday, November 29, 2024

Bahagia di Medsos, Tapi Kesepian di Dunia Nyata? Ini 9 Tandanya

PROKALTENG.CO – Apakah Anda pernah melihat orang yang bahagia dan bangga di media sosial ternyata di dunia nyata mereka adalah orang paling kesepian? Ini bisa terjadi oleh siapapun dan dengan perilaku yang berbeda-beda pula

Kesepian memengaruhi kesejahteraan emosional, mental, dan akhirnya juga fisik. Tanda-tandanya bisa sangat beragam, tetapi sering kali meliputi perasaan terisolasi, sedih, dan kurangnya hubungan yang bermakna di dunia nyata, sehingga untuk melampiaskannya mereka beralih ke media sosial.

Penelitian mengungkapkan bahwa eksplorasi dampak media sosial terhadap kesepian mengungkap hubungan yang kompleks, dengan bukti yang menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan platform seperti Facebook dikaitkan dengan meningkatnya perasaan terisolasi.

Dilansir dari laman positivepsych.edu.sg oleh JawaPos.com, berikut ini 9 ciri dan karakter orang yang sangat kesepian di media sosial:

  1. Membandingkan

Orang yang benar-benar kesepian akan membandingkan dirinya dengan orang lain di media sosialnya.

Baca Juga :  Pengalaman Masa Kecil Membuat Tumbuh Jadi Sosok dengan Kecerdasan Emosional Tinggi

Platform media sosial penuh dengan peluang untuk melakukan perbandingan. Melihat orang lain mengunggah tentang pencapaian, pertemuan sosial, atau gaya hidup mereka yang tampak sempurna.

Hal itu dapat membuat seseorang merasa tidak mampu atau tersisih, yang berujung pada perasaan kesepian dan terisolasi.

  1. Interaksi yang dangkal

Meskipun media sosial memungkinkan konektivitas yang konstan, interaksi yang diciptakannya sering kali bersifat dangkal.

Kurangnya percakapan yang mendalam dan bermakna dapat membuat individu merasa terputus meskipun terhubung secara daring.

  1. Kuantitas lebih penting daripada kualitas

Penekanan pada jumlah teman atau pengikut dapat mengurangi pentingnya membina hubungan yang berkualitas tinggi.

Fokus pada kuantitas daripada kualitas ini dapat menghasilkan jaringan ikatan yang lemah, yang berkontribusi pada rasa kesepian.

  1. Kurangnya interaksi tatap muka

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyita waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi secara langsung, yang sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung.

Baca Juga :  Simak Kekuatan dan Energi Huruf Pertama dari Nama Anda

Tidak adanya kehadiran fisik dan isyarat non-verbal dapat memperburuk perasaan terisolasi.

  1. Takut ketinggalan (FOMO)

Media sosial kerap kali menyoroti aspek paling menarik dalam kehidupan seseorang, membuat orang lain merasa kehilangan pengalaman dan koneksi, yang dapat memperparah perasaan kesepian.

  1. Privasi kurang

Kekhawatiran atas privasi dan keaslian persona daring dapat menghambat perkembangan kepercayaan dalam hubungan daring.

Ketakutan bahwa interaksi daring kurang autentik dapat menyebabkan rasa kesepian.

  1. Bias sudut pandang

Algoritma media sosial dapat menciptakan ruang gema di mana individu hanya terpapar pada sudut pandang yang mirip dengan sudut pandang mereka sendiri.

Hal ini dapat membatasi keberagaman interaksi dan mempersulit untuk merasakan hubungan sejati dengan komunitas yang lebih luas. (pri/jawapos.com)

PROKALTENG.CO – Apakah Anda pernah melihat orang yang bahagia dan bangga di media sosial ternyata di dunia nyata mereka adalah orang paling kesepian? Ini bisa terjadi oleh siapapun dan dengan perilaku yang berbeda-beda pula

Kesepian memengaruhi kesejahteraan emosional, mental, dan akhirnya juga fisik. Tanda-tandanya bisa sangat beragam, tetapi sering kali meliputi perasaan terisolasi, sedih, dan kurangnya hubungan yang bermakna di dunia nyata, sehingga untuk melampiaskannya mereka beralih ke media sosial.

Penelitian mengungkapkan bahwa eksplorasi dampak media sosial terhadap kesepian mengungkap hubungan yang kompleks, dengan bukti yang menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan platform seperti Facebook dikaitkan dengan meningkatnya perasaan terisolasi.

Dilansir dari laman positivepsych.edu.sg oleh JawaPos.com, berikut ini 9 ciri dan karakter orang yang sangat kesepian di media sosial:

  1. Membandingkan

Orang yang benar-benar kesepian akan membandingkan dirinya dengan orang lain di media sosialnya.

Baca Juga :  Pengalaman Masa Kecil Membuat Tumbuh Jadi Sosok dengan Kecerdasan Emosional Tinggi

Platform media sosial penuh dengan peluang untuk melakukan perbandingan. Melihat orang lain mengunggah tentang pencapaian, pertemuan sosial, atau gaya hidup mereka yang tampak sempurna.

Hal itu dapat membuat seseorang merasa tidak mampu atau tersisih, yang berujung pada perasaan kesepian dan terisolasi.

  1. Interaksi yang dangkal

Meskipun media sosial memungkinkan konektivitas yang konstan, interaksi yang diciptakannya sering kali bersifat dangkal.

Kurangnya percakapan yang mendalam dan bermakna dapat membuat individu merasa terputus meskipun terhubung secara daring.

  1. Kuantitas lebih penting daripada kualitas

Penekanan pada jumlah teman atau pengikut dapat mengurangi pentingnya membina hubungan yang berkualitas tinggi.

Fokus pada kuantitas daripada kualitas ini dapat menghasilkan jaringan ikatan yang lemah, yang berkontribusi pada rasa kesepian.

  1. Kurangnya interaksi tatap muka

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyita waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi secara langsung, yang sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung.

Baca Juga :  Simak Kekuatan dan Energi Huruf Pertama dari Nama Anda

Tidak adanya kehadiran fisik dan isyarat non-verbal dapat memperburuk perasaan terisolasi.

  1. Takut ketinggalan (FOMO)

Media sosial kerap kali menyoroti aspek paling menarik dalam kehidupan seseorang, membuat orang lain merasa kehilangan pengalaman dan koneksi, yang dapat memperparah perasaan kesepian.

  1. Privasi kurang

Kekhawatiran atas privasi dan keaslian persona daring dapat menghambat perkembangan kepercayaan dalam hubungan daring.

Ketakutan bahwa interaksi daring kurang autentik dapat menyebabkan rasa kesepian.

  1. Bias sudut pandang

Algoritma media sosial dapat menciptakan ruang gema di mana individu hanya terpapar pada sudut pandang yang mirip dengan sudut pandang mereka sendiri.

Hal ini dapat membatasi keberagaman interaksi dan mempersulit untuk merasakan hubungan sejati dengan komunitas yang lebih luas. (pri/jawapos.com)

Terpopuler

Artikel Terbaru