26.5 C
Jakarta
Thursday, May 22, 2025

Berada di Zona Nyaman Jadi Kunci Menjaga Kesehatan Mental dan Mendorong Produktivitas

Zona nyaman sering kali dianggap sebagai musuh pertumbuhan diri. Padahal, menurut Psikolog Klinis Tara de Thouars, berada di zona nyaman justru bisa jadi kunci untuk menjaga kesehatan mental dan mendorong produktivitas.

“Kalau kita merasa nyaman, justru disitulah kita akan lebih punya energi untuk mengembangkan diri,” ujarnya kepada wartawan di acara Salonpas Patchtastic Day 2025, Kamis (22/5).

Dalam kegiatan yang mengambil tema “In My Comfort Zone, Why Not?” itu, Tara mengungkapkan bahwa banyak orang takut dianggap tidak berkembang hanya karena memilih untuk istirahat atau tidak terus-menerus mendorong diri dalam tekanan pekerjaan.

Padahal, data global menunjukkan beban kerja yang berlebihan dan tekanan dari budaya hustle bisa menjadi pemicu utama masalah kesehatan mental.“Menurut data WHO, tahun 2018 ada 6% populasi yang mengalami depresi, dan jumlah ini meningkat drastis pasca pandemi,” jelasnya.

Baca Juga :  Wanita yang Memiliki Kepribadian Menawan, Biasanya Akan Menunjukkan 7 Sifat Langka Ini, Apa Saja?

Data dari Asia Care Survey 2024 bahkan memperkuat pandangan ini yang menunjukkan bahwa stres dan burnout banyak muncul dari situasi yang tidak nyaman dan penuh tekanan.

“Kita sering keliru menyamakan zona nyaman dengan zona aman. Zona aman itu ketika kita memilih stagnan, tapi zona nyaman adalah ketika kita merasa cukup stabil dan punya ruang untuk bertumbuh,” kata Tara.

Ia menegaskan bahwa istirahat dan perasaan nyaman dapat meningkatkan inovasi, produktivitas, dan kesehatan mental secara menyeluruh.(jpc)

Zona nyaman sering kali dianggap sebagai musuh pertumbuhan diri. Padahal, menurut Psikolog Klinis Tara de Thouars, berada di zona nyaman justru bisa jadi kunci untuk menjaga kesehatan mental dan mendorong produktivitas.

“Kalau kita merasa nyaman, justru disitulah kita akan lebih punya energi untuk mengembangkan diri,” ujarnya kepada wartawan di acara Salonpas Patchtastic Day 2025, Kamis (22/5).

Dalam kegiatan yang mengambil tema “In My Comfort Zone, Why Not?” itu, Tara mengungkapkan bahwa banyak orang takut dianggap tidak berkembang hanya karena memilih untuk istirahat atau tidak terus-menerus mendorong diri dalam tekanan pekerjaan.

Padahal, data global menunjukkan beban kerja yang berlebihan dan tekanan dari budaya hustle bisa menjadi pemicu utama masalah kesehatan mental.“Menurut data WHO, tahun 2018 ada 6% populasi yang mengalami depresi, dan jumlah ini meningkat drastis pasca pandemi,” jelasnya.

Baca Juga :  Wanita yang Memiliki Kepribadian Menawan, Biasanya Akan Menunjukkan 7 Sifat Langka Ini, Apa Saja?

Data dari Asia Care Survey 2024 bahkan memperkuat pandangan ini yang menunjukkan bahwa stres dan burnout banyak muncul dari situasi yang tidak nyaman dan penuh tekanan.

“Kita sering keliru menyamakan zona nyaman dengan zona aman. Zona aman itu ketika kita memilih stagnan, tapi zona nyaman adalah ketika kita merasa cukup stabil dan punya ruang untuk bertumbuh,” kata Tara.

Ia menegaskan bahwa istirahat dan perasaan nyaman dapat meningkatkan inovasi, produktivitas, dan kesehatan mental secara menyeluruh.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/