29.2 C
Jakarta
Thursday, November 20, 2025

Sifat Sering Muncul Pada Oang yang Belajar Menyembunyikan Emosinya Sejak Kecil

Ada masa ketika anak-anak belajar memahami dunia bukan dari buku, melainkan dari cara orang dewasa memperlakukan perasaan mereka. Beberapa anak tumbuh dalam lingkungan yang hangat dan penuh ruang untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan.

Namun sebagian lainnya tumbuh dengan pesan tersirat: “Jangan cengeng.”, “Jangan marah.”, atau “Jangan bikin masalah.”

Jika sejak kecil Anda terbiasa menyembunyikan emosi untuk bertahan hidup atau menjaga ketenangan keluarga, psikologi menyebut fenomena ini sebagai emotional suppression in childhood — dan dampaknya bisa terbawa hingga dewasa.

Anda mungkin tidak menyadari prosesnya, tetapi pola yang dulu bersifat perlindungan kini berubah menjadi sifat-sifat yang membentuk cara Anda berinteraksi dengan dunia.

Dilansir dari Geediting, terdapat sembilan sifat yang sering muncul pada orang yang belajar menyembunyikan emosinya sejak kecil.

  1. Cenderung Menjadi Pendengar yang Sangat Baik

Karena terbiasa mengamati suasana sebelum bereaksi, Anda tumbuh menjadi seseorang yang peka terhadap bahasa tubuh, nada suara, dan emosi orang lain.

Anda bisa menangkap hal-hal yang tidak diucapkan—meski ironisnya, sulit melakukan hal yang sama untuk diri sendiri.

Electronic money exchangers listing
  1. Sulit Mengungkapkan Apa yang Sebenarnya Dirasakan

Saat kecil, berbicara tentang emosi bisa berakhir dengan penolakan, dimarahi, atau diabaikan. Kini, Anda mungkin sering menjawab dengan kalimat aman seperti “nggak apa-apa” meski sebenarnya Anda terluka atau kelelahan. Membuka diri terasa seperti risiko, bukan koneksi.

  1. Selalu Ingin Menghindari Konflik
Baca Juga :  8 Hal yang Akan Dikatakan Orang Narsis untuk Membuat Anda Merasa Rendah

Anda terbiasa menenangkan situasi, bukan memperumitnya. Akibatnya, Anda kerap menahan diri, mengalah, atau membiarkan kebutuhan Anda sendiri terabaikan demi terciptanya kedamaian semu.

  1. Memiliki Batasan Pribadi yang Tidak Jelas

Karena tidak terbiasa mengenali atau menyuarakan kebutuhan emosional, Anda mungkin kesulitan menetapkan batasan. Anda bisa terlalu mudah berkata “iya”, bahkan ketika hati Anda ingin berkata “tidak”.

  1. Merasa Bertanggung Jawab atas Perasaan Orang Lain

 

Sebagai anak, Anda mungkin merasa harus menjaga agar semua orang tetap tenang. Kini, ketika seseorang kecewa atau marah, Anda langsung merasa bersalah meski tidak melakukan kesalahan apa pun.

Ini disebut emotional caretaking.

  1. Cenderung Perfeksionis

Jika menunjukkan emosi dianggap kelemahan di masa kecil, Anda mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai Anda bergantung pada performa.Hasilnya: Anda mendorong diri sendiri untuk “selalu benar”, “selalu baik”, atau “selalu kuat.”

  1. Terbiasa Menahan Stres Sendirian

Anda jarang meminta bantuan karena tidak pernah belajar bagaimana rasanya ditenangkan oleh orang lain. Menurut psikologi, ini berkaitan dengan pola self-reliance yang tumbuh berlebihan—hingga Anda merasa hanya diri sendiri yang bisa diandalkan.

  1. Merasa Canggung Saat Mendapat Perhatian Emosional
Baca Juga :  Banyak Sedekah Bikin Rezeki Berlimpah

Ketika seseorang bertanya dengan tulus, “Kamu kenapa?” atau “Apa yang kamu rasakan?”, Anda justru bingung menjawab. Tubuh Anda terbiasa secara otomatis menutup pintu emosi, meski ada bagian diri yang sebenarnya ingin terbuka.

  1. Memiliki Dunia Batin yang Kaya, Tapi Jarang Terlihat

Anda bisa memikirkan banyak hal secara mendalam: takut mengecewakan orang lain, memikirkan kembali percakapan, atau merasakan sesuatu secara intens.  Namun, semua itu berjalan diam-diam di balik permukaan yang tampak tenang.

Kesimpulan: Luka Lama Bisa Sembuh—Dengan Ruang yang Tepat

Menyembunyikan emosi adalah cara bertahan hidup yang mungkin dulu Anda lakukan tanpa pilihan. Sekarang, sebagai orang dewasa, sifat-sifat ini bukan “kelemahan”—melainkan bekas jejak adaptasi.

Kabar baiknya, psikologi menunjukkan bahwa dengan lingkungan yang aman, hubungan yang suportif, dan keberanian untuk perlahan-lahan membuka diri, pola lama bisa berubah.

Anda tidak harus selalu menjadi orang yang kuat, tenang, atau sempurna.

Anda berhak untuk merasa, berhak untuk didengar, dan berhak untuk belajar kembali apa itu kehangatan emosional.(jpc)

Ada masa ketika anak-anak belajar memahami dunia bukan dari buku, melainkan dari cara orang dewasa memperlakukan perasaan mereka. Beberapa anak tumbuh dalam lingkungan yang hangat dan penuh ruang untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan.

Namun sebagian lainnya tumbuh dengan pesan tersirat: “Jangan cengeng.”, “Jangan marah.”, atau “Jangan bikin masalah.”

Jika sejak kecil Anda terbiasa menyembunyikan emosi untuk bertahan hidup atau menjaga ketenangan keluarga, psikologi menyebut fenomena ini sebagai emotional suppression in childhood — dan dampaknya bisa terbawa hingga dewasa.

Electronic money exchangers listing

Anda mungkin tidak menyadari prosesnya, tetapi pola yang dulu bersifat perlindungan kini berubah menjadi sifat-sifat yang membentuk cara Anda berinteraksi dengan dunia.

Dilansir dari Geediting, terdapat sembilan sifat yang sering muncul pada orang yang belajar menyembunyikan emosinya sejak kecil.

  1. Cenderung Menjadi Pendengar yang Sangat Baik

Karena terbiasa mengamati suasana sebelum bereaksi, Anda tumbuh menjadi seseorang yang peka terhadap bahasa tubuh, nada suara, dan emosi orang lain.

Anda bisa menangkap hal-hal yang tidak diucapkan—meski ironisnya, sulit melakukan hal yang sama untuk diri sendiri.

  1. Sulit Mengungkapkan Apa yang Sebenarnya Dirasakan

Saat kecil, berbicara tentang emosi bisa berakhir dengan penolakan, dimarahi, atau diabaikan. Kini, Anda mungkin sering menjawab dengan kalimat aman seperti “nggak apa-apa” meski sebenarnya Anda terluka atau kelelahan. Membuka diri terasa seperti risiko, bukan koneksi.

  1. Selalu Ingin Menghindari Konflik
Baca Juga :  8 Hal yang Akan Dikatakan Orang Narsis untuk Membuat Anda Merasa Rendah

Anda terbiasa menenangkan situasi, bukan memperumitnya. Akibatnya, Anda kerap menahan diri, mengalah, atau membiarkan kebutuhan Anda sendiri terabaikan demi terciptanya kedamaian semu.

  1. Memiliki Batasan Pribadi yang Tidak Jelas

Karena tidak terbiasa mengenali atau menyuarakan kebutuhan emosional, Anda mungkin kesulitan menetapkan batasan. Anda bisa terlalu mudah berkata “iya”, bahkan ketika hati Anda ingin berkata “tidak”.

  1. Merasa Bertanggung Jawab atas Perasaan Orang Lain

 

Sebagai anak, Anda mungkin merasa harus menjaga agar semua orang tetap tenang. Kini, ketika seseorang kecewa atau marah, Anda langsung merasa bersalah meski tidak melakukan kesalahan apa pun.

Ini disebut emotional caretaking.

  1. Cenderung Perfeksionis

Jika menunjukkan emosi dianggap kelemahan di masa kecil, Anda mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai Anda bergantung pada performa.Hasilnya: Anda mendorong diri sendiri untuk “selalu benar”, “selalu baik”, atau “selalu kuat.”

  1. Terbiasa Menahan Stres Sendirian

Anda jarang meminta bantuan karena tidak pernah belajar bagaimana rasanya ditenangkan oleh orang lain. Menurut psikologi, ini berkaitan dengan pola self-reliance yang tumbuh berlebihan—hingga Anda merasa hanya diri sendiri yang bisa diandalkan.

  1. Merasa Canggung Saat Mendapat Perhatian Emosional
Baca Juga :  Banyak Sedekah Bikin Rezeki Berlimpah

Ketika seseorang bertanya dengan tulus, “Kamu kenapa?” atau “Apa yang kamu rasakan?”, Anda justru bingung menjawab. Tubuh Anda terbiasa secara otomatis menutup pintu emosi, meski ada bagian diri yang sebenarnya ingin terbuka.

  1. Memiliki Dunia Batin yang Kaya, Tapi Jarang Terlihat

Anda bisa memikirkan banyak hal secara mendalam: takut mengecewakan orang lain, memikirkan kembali percakapan, atau merasakan sesuatu secara intens.  Namun, semua itu berjalan diam-diam di balik permukaan yang tampak tenang.

Kesimpulan: Luka Lama Bisa Sembuh—Dengan Ruang yang Tepat

Menyembunyikan emosi adalah cara bertahan hidup yang mungkin dulu Anda lakukan tanpa pilihan. Sekarang, sebagai orang dewasa, sifat-sifat ini bukan “kelemahan”—melainkan bekas jejak adaptasi.

Kabar baiknya, psikologi menunjukkan bahwa dengan lingkungan yang aman, hubungan yang suportif, dan keberanian untuk perlahan-lahan membuka diri, pola lama bisa berubah.

Anda tidak harus selalu menjadi orang yang kuat, tenang, atau sempurna.

Anda berhak untuk merasa, berhak untuk didengar, dan berhak untuk belajar kembali apa itu kehangatan emosional.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru