Meski setiap orang punya hari-hari di mana mereka malas melakukan apapun, sebagian orang tampaknya hidup dalam keadaan tidak teratur secara terus menerus. Faktanya, psikologi menunjukkan bahwa ada hal lain yang lebih dari sekadar berantakan.
Hidup seperti orang jorok seringkali mencerminkan sifat kepribadian dan pola perilaku yang lebih dalam. Ini bukan hanya tentang kurangnya kerapian. Hal itu dapat dikaitkan dengan kebiasaan, pola pikir, dan bahkan faktor emosional yang memengaruhi cara seseorang menjaga atau mengabaikan lingkungannya. Dilansir dari Geediting, terdapat tujuh ciri psikologis orang yang hidupnya jorok.
- Kreativitas
Penumpukan barang yang berantakan seringkali merupakan hasil sampingan dari pikiran yang aktif dan kreatif. Penataan barang yang tampak asal-asalan, bagi orang luar, mungkin tampak tidak teratur. Namun bagi orang yang ‘tidak rapi’, itu adalah sistem unik mereka.
Psikolog berpendapat bahwa orang-orang kreatif cenderung melihat dunia secara berbeda. Mereka cenderung keluar dari norma-norma konvensional, termasuk cara mereka mengelola ruang. Material yang berserakan dapat berfungsi sebagai representasi fisik dari proses kreatif otak. Kekacauan yang tidak menentu namun tetap produktif.
- Penundaan
Menurut penelitian, ada hubungan yang jelas antara penundaan dan kekacauan. Orang yang berantakan tidak berencana untuk hidup dalam kekacauan, itu terjadi begitu saja karena mereka terus menunda bersih-bersih hingga “nanti.”
Masalahnya, nanti berubah menjadi besok, lalu minggu depan, dan sebelum mereka menyadarinya, mereka sudah mengarungi tumpukan cucian dan surat yang belum dibuka. Bukan berarti mereka tidak melihat kekacauan.
Mereka melihatnya. Namun, dalam benak mereka, merapikan terasa seperti tugas yang sangat besar sehingga mereka lebih suka mengabaikannya sampai mereka benar-benar harus membereskannya.
- Rendahnya kesadaran
Ada orang yang secara alamiah terkondisikan untuk bersikap rapi dan teratur, sementara yang lain tidak. Dalam psikologi, hal ini mengarah pada kehati-hatian, yaitu ciri kepribadian yang terkait dengan disiplin diri, tanggung jawab, dan perhatian terhadap detail.
Orang yang berantakan biasanya mendapat peringkat rendah dalam area ini, yang berarti mereka tidak terlalu mementingkan ketertiban atau struktur. Mereka adalah tipe orang yang kehilangan kunci lima kali sehari, lupa janji temu, dan membiarkan barang-barang berserakan tanpa benar-benar menyadarinya.
Bukan berarti mereka tidak peduli. Hanya saja mereka tidak menganggapnya sebagai prioritas. Jika mereka harus memilih antara membersihkan dan melakukan hal lain, mereka akan memilih yang terakhir tanpa ragu.Karena mereka pada dasarnya tidak mendambakan keteraturan, mereka seringkali kesulitan mempertahankan rutinitas yang dapat menjaga segala sesuatunya tetap rapi.
- Impulsivitas
Orang yang berantakan seringkali berjuang melawan impulsivitas, yaitu bertindak berdasarkan keinginan sesaat alih-alih berpikir ke depan. Jika mereka ingin menonton TV, mereka akan meletakkan barang-barangnya di sofa tanpa berpikir dua kali.
Membersihkan memerlukan tingkat perencanaan dan pengendalian diri yang tidak dimiliki secara alami oleh orang-orang yang impulsif. Mereka tidak berhenti untuk berpikir, “Mungkin saya harus menyingkirkan ini sekarang, jadi tidak menumpuk nanti”. Sebaliknya, mereka berpikir “saya akan melakukannya saat saya menginginkannya.”
- Kurangnya rutinitas
Orang-orang yang menjaga tempat tinggalnya tetap bersih biasanya mengikuti suatu sistem atau rutinitas, seperti mereka mencuci piring setelah makan atau menyisihkan hari tertentu untuk mencuci pakaian.
Sedangkan mereka yang terlihat jorok, tidak punya struktur seperti itu. Mereka membersihkan saat mereka harus melakukannya, bukan karena itu bagian dari rutinitas mereka.
Tanpa kebiasaan yang pasti, segala sesuatunya akan cepat terabaikan. Satu sesi pembersihan yang terlewat berubah menjadi dua sesi, dan sebelum mereka menyadarinya, semuanya menjadi tidak terkendali.
Karena mereka tidak mempunyai rencana dalam mengerjakan tugas-tugas, mereka sering melakukan segala sesuatunya dengan tergesa-gesa, panik di menit-menit terakhir, alih-alih dalam langkah-langkah kecil yang dapat dikelola.
- Kesulitan dengan fungsi eksekutif
Fungsi eksekutif dapat membantu orang merencanakan, mengatur, dan menyelesaikan tugas secara efisien, dan itu benar-benar memengaruhi tingkat kerapian seseorang. Ketika seseorang mengalami kesulitan dalam hal ini, menjaga kebersihan bisa terasa seperti tantangan yang mustahil.
Ini bukan sekadar kemalasan, ini adalah kesulitan nyata dalam memecah tugas dan menindaklanjutinya. Bagi orang-orang ini, bahkan hal-hal sederhana seperti memutuskan di mana akan mulai membersihkan dapat terasa membebani.
Alih-alih menyelesaikan satu hal kecil pada satu waktu, mereka membeku, menghindarinya, dan membiarkan kekacauan semakin menumpuk. Kelelahan mental karena mencoba mencari tahu apa yang harus dilakukan seringkali lebih berat daripada tugas itu sendiri.
- Kewalahan dan penghindaran
Kekacauan bukan disebabkan oleh kecerobohan, melainkan karena merasa terlalu kewalahan untuk mengatasinya. Ketika hidup terasa penuh tekanan, bersih-bersih bisa terasa seperti hal yang paling tidak penting dalam daftar, sehingga terus dikesampingkan.
Masalahnya, kekacauan itu sendiri dapat menjadi sumber stres lainnya. Ruang yang berantakan dapat membuat seseorang merasa terkuras secara mental, yang berujung pada lebih banyak penghindaran dan kekacauan yang lebih besar. Ini merupakan lingkaran setan, semakin kewalahan mereka, semakin sulit pula untuk mulai membersihkan.(jpc)