31.9 C
Jakarta
Friday, May 16, 2025

Gejala Dialami Seseorang yang Secara Sadar Mengalami Depresi Berat

Jika Anda pernah mendengar tentang kortisol, kemungkinan besar hormon ini dikaitkan dengan stres jangka panjang. Dimana kortisol sendiri sudah pasti memiliki reputasi buruk dalam hal ini.

Alasan mengapa kortisol terkenal adalah karena efek kadarnya yang tinggi secara terus-menerus pada tubuh Anda. Beberapa hal menakutkan terjadi pada tubuh seseorang selama depresi.

Saat Anda depresi, kadar kortisol Anda melonjak saat seharusnya kadarnya sedang rendah. Hubungan antara kortisol dan depresi dapat menemukan bahwa kortisol berhubungan dengan timbulnya depresi, kekambuhan, resolusi, dan kerentanan yang berkelanjutan.

Berikut 4 gejala yang dialami oleh seseorang yang secara sadar mengalami depresi berat, seperti dilansir dari laman YourTango.

Kondisi imun yang menurun

Kortisol sangat penting bagi kehidupan, dan kita semua terkadang memiliki kadar kortisol yang tinggi. Saat seseorang mengalami lonjakan kortisol di pagi hari dapat membantu orang tersebut bangun dari tidur dan memulai hari dengan sedikit semangat.

Baca Juga :  Beberapa Zodiak yang Dikenal Memiliki Intuisi dan Firasat Sangat Tajam

Namun, di sisi lain kortisol juga dapat membuat Anda lebih mungkin terkena infeksi. Baik stres maupun depresi telah dikaitkan dengan gangguan fungsi imun dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit tertentu.

Kini jelas bahwa perubahan adaptif diakibatkan oleh depresi yang menyebabkan hipoaktivitas reseptor glukokortikoid pada sel imun dan di daerah limbik otak yang dapat menjadi penyebab stres berat pada seseorang.

Mengalami gangguan tidur

Biasanya, kadar kortisol Anda akan menurun sepanjang hari, membuat Anda merasa lelah dan segar menjelang tidur. Inilah sebabnya mengapa ketika Anda mengalami depresi, biasanya kondisinya paling buruk di pagi hari dan membaik seiring berjalannya hari.

Jika kadar kortisol yang tinggi di luar rutinitas pagi dapat menjadikan Anda merasa gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak di malam hari. Salah satu penelitian mengatakan bahwa tingkat keparahan insomnia yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat kortisol pagi yang lebih tinggi, depresi, dan ketegangan hingga kecemasan.

Baca Juga :  Jaga Berat Badan, Salah Satu Cara Menjaga Sendi Tetap Sehat dan Kuat

Penuaan yang begitu cepat

Kortisol dapat memecah otot dan jaringan ikat dimana dalam hal ini dapat membuat Anda tampak lebih cepat tua. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa gangguan depresi mayor ditandai dengan banyaknya mediator yang berpotensi merusak dan kurangnya mediator yang bersifat protektif atau restoratif.

Faktor-faktor ini berinteraksi dalam meningkatkan kemungkinan penyakit fisik dan percepatan penuaan pada tingkat sel.

Meningkatknya kadar lemak pada tubuh

Kortisol dapat membuat Anda hampir tidak mungkin menghilangkan berat badan ekstra, terutama di bagian tengah tubuh. Salah satu penelitian menunjukka bahwa pasien depresi hiperkortisolemik akan menderita resistensi insulin dan peningkatan lemak visceral.

Fakta bahwa hiperkortisolemia membalikkan hilangnya lemak terkait depresi, terutama di area visceral hal ini menjadi salah satu sebab utama orang yang mengalami depresi berat dapat dianggap sebagai faktor risiko gangguan kardiovaskular.(jpc)

Jika Anda pernah mendengar tentang kortisol, kemungkinan besar hormon ini dikaitkan dengan stres jangka panjang. Dimana kortisol sendiri sudah pasti memiliki reputasi buruk dalam hal ini.

Alasan mengapa kortisol terkenal adalah karena efek kadarnya yang tinggi secara terus-menerus pada tubuh Anda. Beberapa hal menakutkan terjadi pada tubuh seseorang selama depresi.

Saat Anda depresi, kadar kortisol Anda melonjak saat seharusnya kadarnya sedang rendah. Hubungan antara kortisol dan depresi dapat menemukan bahwa kortisol berhubungan dengan timbulnya depresi, kekambuhan, resolusi, dan kerentanan yang berkelanjutan.

Berikut 4 gejala yang dialami oleh seseorang yang secara sadar mengalami depresi berat, seperti dilansir dari laman YourTango.

Kondisi imun yang menurun

Kortisol sangat penting bagi kehidupan, dan kita semua terkadang memiliki kadar kortisol yang tinggi. Saat seseorang mengalami lonjakan kortisol di pagi hari dapat membantu orang tersebut bangun dari tidur dan memulai hari dengan sedikit semangat.

Baca Juga :  Beberapa Zodiak yang Dikenal Memiliki Intuisi dan Firasat Sangat Tajam

Namun, di sisi lain kortisol juga dapat membuat Anda lebih mungkin terkena infeksi. Baik stres maupun depresi telah dikaitkan dengan gangguan fungsi imun dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit tertentu.

Kini jelas bahwa perubahan adaptif diakibatkan oleh depresi yang menyebabkan hipoaktivitas reseptor glukokortikoid pada sel imun dan di daerah limbik otak yang dapat menjadi penyebab stres berat pada seseorang.

Mengalami gangguan tidur

Biasanya, kadar kortisol Anda akan menurun sepanjang hari, membuat Anda merasa lelah dan segar menjelang tidur. Inilah sebabnya mengapa ketika Anda mengalami depresi, biasanya kondisinya paling buruk di pagi hari dan membaik seiring berjalannya hari.

Jika kadar kortisol yang tinggi di luar rutinitas pagi dapat menjadikan Anda merasa gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak di malam hari. Salah satu penelitian mengatakan bahwa tingkat keparahan insomnia yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat kortisol pagi yang lebih tinggi, depresi, dan ketegangan hingga kecemasan.

Baca Juga :  Jaga Berat Badan, Salah Satu Cara Menjaga Sendi Tetap Sehat dan Kuat

Penuaan yang begitu cepat

Kortisol dapat memecah otot dan jaringan ikat dimana dalam hal ini dapat membuat Anda tampak lebih cepat tua. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa gangguan depresi mayor ditandai dengan banyaknya mediator yang berpotensi merusak dan kurangnya mediator yang bersifat protektif atau restoratif.

Faktor-faktor ini berinteraksi dalam meningkatkan kemungkinan penyakit fisik dan percepatan penuaan pada tingkat sel.

Meningkatknya kadar lemak pada tubuh

Kortisol dapat membuat Anda hampir tidak mungkin menghilangkan berat badan ekstra, terutama di bagian tengah tubuh. Salah satu penelitian menunjukka bahwa pasien depresi hiperkortisolemik akan menderita resistensi insulin dan peningkatan lemak visceral.

Fakta bahwa hiperkortisolemia membalikkan hilangnya lemak terkait depresi, terutama di area visceral hal ini menjadi salah satu sebab utama orang yang mengalami depresi berat dapat dianggap sebagai faktor risiko gangguan kardiovaskular.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/