25.2 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Beberapa Tanda Kecanduan Media Sosial Membentuk Pribadi Tertutup

Kecanduan media sosial merupakan perilaku yang mengakibatkan seseorang terjebak dalam penggunaan media sosial secara berlebihan dan mengganggu fungsi kehidupan normal.

Masa remaja yang ditandai menjadi periode perkembangan otak pesat, menjadikan remaja sangat rentan terhadap kecanduan media sosial.

Salah satu tanda yang paling jelas dari kecanduan media sosial, yakni waktu berlebihan yang dihabiskan di depan layar. Akan tetapi, banyak organisasi, seperti sekolah dan kelompok ekstrakurikuler yang memakai platform online, sehingga membuat remaja menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial.

Ini membuat pemantauan kecanduan media sosial lebih sulit, karena waktu yang dihabisakan tidak selalu mencerminkan durasi penggunaan media sosial. Mengutip addictioncenter.com, berikut ini beberapa tanda kecanduan media sosial yang membentuk pribadi yang tertutup.

  1. Tidak mampu memutus hubungan

Remaja yang menunjukkan kesulitan dalam melakukan kegiatan di dunia nyata, seperti percakapan langsung dengan orang lain atau aktivitas sosial tanpa menggunakan perangkat elektronik. Mereka sepertinya tidak bisa melepaskan diri dari media sosial, maka mungkin sedang mengalami kecanduan terhadap platform digital tersebut.

Ketergantungan ini dapat terlihat dari ketidakmampuan mereka untuk menjauh dari media sosial, bahkan dalam situasi yang membutuhkan interaksi sosial langsung, sehinggan kondisi ini bisa mengganggu keseimbangan kehidupan mereka secara keseluruhan.

  1. Mengabaikan tanggung jawab

Apabila seorang remaja mulai melewatkan sekolah atau kegiatan lainnya, tidak menyelesaikan pekerjaan rumah, atau mengabaikan tugas-tugas penting dan menghabiskan waktu di media sosial, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka kesulitan dalam memprioritaskan kewajiban dan tanggung jawab mereka.

Perilaku seperti ini biasanya menunjukkan ketergantungan pada media sosial dan bisa berkembang menjadi kecanduan. Saat media sosial mulai mengalihkan perhatian dari kegiatan penting, seperti belajar atau berinteraksi langsung dengan orang lain, itu menjadi tanda bahwa kecanduan tersebut mulai mengganggu kehidupan sehari-hari.

  1. Penarikan diri
Baca Juga :  5 Ciri-Ciri Kalau Kamu Seseorang dengan Tipe Kepribadian JOMO, Kebalikan dari FOMO

Menolak untuk menghadiri acara sosial atau menghabiskan waktu bersama keluarga demi menyendiri dan menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, juga bisa menjadi tanda jelas dari kecanduan yang mulai mengganggu kehidupan sosial seseorang.

Ketika seseorang lebih memilih menjauh dari interaksi sosial langsung, baik itu berkumpul dengan teman-teman atau keluarga, demi mendapatkan waktu lebih banyak di dunia maya, ini menunjukkan bahwa pemakaian media sosial telah menguasai prioritas mereka.

Kecanduan semacam ini tidak hanya mengurangi kualitas hubungan personal, tetapi juga bisa mengisolasi remaja, bahkan menciptakan berbagai dampak negatif pada kesejahteraan sosial dan emosional mereka.

  1. Kelelahan dan gangguan tidur

Remaja yang kecanduan media sosial sering menghadapi gangguan tidur yang disebabkan oleh kebiasaan mereka menghabiskan waktu di platform media sosial sebelum tidur. Mereka terbangun di tengah malam guna mengecek notifikasi atau langsung memeriksa ponsel mereka begitu bangun di pagi hari.

Kebiasaan ini dapat merusak pola tidur mereka, menimbulkan tidur yang tidak nyenyak atau terputus-putus, hingga berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Ketergantungan pada media sosial untuk hiburan atau interaksi sosial juga dapat mengurangi waktu tidur yang cukup, memperburuk kelelahan dan kesulitan konsentrasi di siang hari.

  1. Mudah tersinggung

Jika remaja menunjukkan perubahan emosi yang drastis, seperti mudah marah, cemas, atau tersinggung saat tidak bisa mengakses media sosial, ini bisa menjadi tanda kecanduan. Frustrasi dan stres yang muncul saat mereka tidak terhubung dengan media sosial menunjukkan adanya ketergantungan emosional.

Media sosial bukan hanya alat komunikasi atau hiburan, namun juga sumber identitas emosional bagi remaja. Ketika akses terputus, kecemasan atau kemarahan yang berlebihan menunjukkan kesulitan dalam menyeimbangkan kehidupan sosial dan sehari-hari. Ketergantungan ini bisa mengganggu kesejahteraan emosional, hubungan sosial, dan kemampuan mengatasi stres.

  1. Takut ketinggalan (FOMO)
Baca Juga :  Fufufafa, Second Account dan Mentalitas di Dunia Maya

Rasa takut ketinggalan, atau Fear of Missing Out (FOMO) merupakan perasaan yang timbul saat seseorang merasa bahwa orang lain sedang menikmati pengalaman menyenangkan atau menjalani kehidupan yang penuh dengan hal-hal baru, sementara mereka tidak terlibat di dalamnya.

Perasaan ini biasanya muncul pada remaja. Mereka merasa khawatir atau cemas bahwa jika tidak selalu terhubung dengan dunia maya. Selain itu, mereka akan kehilangan kesempatan dalam mengetahui informasi atau ketinggalan acara, tren, sampai momen sosial yang dianggap penting.

  1. Masalah hubungan

Kecanduan media sosial bisa mulai memengaruhi hubungan sosial remaja, sebab mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu di platform media sosial dibandingkan berinteraksi secara langsung dengan teman-teman atau keluarga mereka.

Pilihan untuk terus-menerus terhubung dengan dunia maya sering kali menggantikan waktu yang seharusnya dihabiskan dalam membangun koneksi emosional yang lebih mendalam dengan orang-orang di sekitar mereka.

Hal ini bisa menyebabkan jarak emosional dalam hubungan, di mana remaja merasa lebih terhubung dengan dunia digital daripada dengan orang-orang yang dekat dengan mereka. Akibatnya, kualitas interaksi sosial mereka berkurang, dan hubungan yang penting dalam kehidupan nyata bisa terabaikan.

  1. Harga diri rendah

Menurut Jurnal Internasional Publikasi dan Ulasan Penelitian, “Keinginan untuk memperoleh validasi sosial memengaruhi respons emosional, dengan validasi positif meningkatkan harga diri, sementara validasi negatif dapat memicu perasaan tidak mampu atau tidak puas.”

Dengan kata lain, remaja sangat dipengaruhi oleh apa yang dilihat di media sosial dan kadang membandingkan diri mereka dengan standar yang ada. Apabila mereka merasa tidak bisa memenuhi ekspektasi atau gambaran yang ada di media sosial, hal ini bisa berdampak buruk pada harga diri mereka, sehingga membuat semakin rendah akibat kecanduan media sosial.(jpc)

Kecanduan media sosial merupakan perilaku yang mengakibatkan seseorang terjebak dalam penggunaan media sosial secara berlebihan dan mengganggu fungsi kehidupan normal.

Masa remaja yang ditandai menjadi periode perkembangan otak pesat, menjadikan remaja sangat rentan terhadap kecanduan media sosial.

Salah satu tanda yang paling jelas dari kecanduan media sosial, yakni waktu berlebihan yang dihabiskan di depan layar. Akan tetapi, banyak organisasi, seperti sekolah dan kelompok ekstrakurikuler yang memakai platform online, sehingga membuat remaja menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial.

Ini membuat pemantauan kecanduan media sosial lebih sulit, karena waktu yang dihabisakan tidak selalu mencerminkan durasi penggunaan media sosial. Mengutip addictioncenter.com, berikut ini beberapa tanda kecanduan media sosial yang membentuk pribadi yang tertutup.

  1. Tidak mampu memutus hubungan

Remaja yang menunjukkan kesulitan dalam melakukan kegiatan di dunia nyata, seperti percakapan langsung dengan orang lain atau aktivitas sosial tanpa menggunakan perangkat elektronik. Mereka sepertinya tidak bisa melepaskan diri dari media sosial, maka mungkin sedang mengalami kecanduan terhadap platform digital tersebut.

Ketergantungan ini dapat terlihat dari ketidakmampuan mereka untuk menjauh dari media sosial, bahkan dalam situasi yang membutuhkan interaksi sosial langsung, sehinggan kondisi ini bisa mengganggu keseimbangan kehidupan mereka secara keseluruhan.

  1. Mengabaikan tanggung jawab

Apabila seorang remaja mulai melewatkan sekolah atau kegiatan lainnya, tidak menyelesaikan pekerjaan rumah, atau mengabaikan tugas-tugas penting dan menghabiskan waktu di media sosial, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka kesulitan dalam memprioritaskan kewajiban dan tanggung jawab mereka.

Perilaku seperti ini biasanya menunjukkan ketergantungan pada media sosial dan bisa berkembang menjadi kecanduan. Saat media sosial mulai mengalihkan perhatian dari kegiatan penting, seperti belajar atau berinteraksi langsung dengan orang lain, itu menjadi tanda bahwa kecanduan tersebut mulai mengganggu kehidupan sehari-hari.

  1. Penarikan diri
Baca Juga :  5 Ciri-Ciri Kalau Kamu Seseorang dengan Tipe Kepribadian JOMO, Kebalikan dari FOMO

Menolak untuk menghadiri acara sosial atau menghabiskan waktu bersama keluarga demi menyendiri dan menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, juga bisa menjadi tanda jelas dari kecanduan yang mulai mengganggu kehidupan sosial seseorang.

Ketika seseorang lebih memilih menjauh dari interaksi sosial langsung, baik itu berkumpul dengan teman-teman atau keluarga, demi mendapatkan waktu lebih banyak di dunia maya, ini menunjukkan bahwa pemakaian media sosial telah menguasai prioritas mereka.

Kecanduan semacam ini tidak hanya mengurangi kualitas hubungan personal, tetapi juga bisa mengisolasi remaja, bahkan menciptakan berbagai dampak negatif pada kesejahteraan sosial dan emosional mereka.

  1. Kelelahan dan gangguan tidur

Remaja yang kecanduan media sosial sering menghadapi gangguan tidur yang disebabkan oleh kebiasaan mereka menghabiskan waktu di platform media sosial sebelum tidur. Mereka terbangun di tengah malam guna mengecek notifikasi atau langsung memeriksa ponsel mereka begitu bangun di pagi hari.

Kebiasaan ini dapat merusak pola tidur mereka, menimbulkan tidur yang tidak nyenyak atau terputus-putus, hingga berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Ketergantungan pada media sosial untuk hiburan atau interaksi sosial juga dapat mengurangi waktu tidur yang cukup, memperburuk kelelahan dan kesulitan konsentrasi di siang hari.

  1. Mudah tersinggung

Jika remaja menunjukkan perubahan emosi yang drastis, seperti mudah marah, cemas, atau tersinggung saat tidak bisa mengakses media sosial, ini bisa menjadi tanda kecanduan. Frustrasi dan stres yang muncul saat mereka tidak terhubung dengan media sosial menunjukkan adanya ketergantungan emosional.

Media sosial bukan hanya alat komunikasi atau hiburan, namun juga sumber identitas emosional bagi remaja. Ketika akses terputus, kecemasan atau kemarahan yang berlebihan menunjukkan kesulitan dalam menyeimbangkan kehidupan sosial dan sehari-hari. Ketergantungan ini bisa mengganggu kesejahteraan emosional, hubungan sosial, dan kemampuan mengatasi stres.

  1. Takut ketinggalan (FOMO)
Baca Juga :  Fufufafa, Second Account dan Mentalitas di Dunia Maya

Rasa takut ketinggalan, atau Fear of Missing Out (FOMO) merupakan perasaan yang timbul saat seseorang merasa bahwa orang lain sedang menikmati pengalaman menyenangkan atau menjalani kehidupan yang penuh dengan hal-hal baru, sementara mereka tidak terlibat di dalamnya.

Perasaan ini biasanya muncul pada remaja. Mereka merasa khawatir atau cemas bahwa jika tidak selalu terhubung dengan dunia maya. Selain itu, mereka akan kehilangan kesempatan dalam mengetahui informasi atau ketinggalan acara, tren, sampai momen sosial yang dianggap penting.

  1. Masalah hubungan

Kecanduan media sosial bisa mulai memengaruhi hubungan sosial remaja, sebab mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu di platform media sosial dibandingkan berinteraksi secara langsung dengan teman-teman atau keluarga mereka.

Pilihan untuk terus-menerus terhubung dengan dunia maya sering kali menggantikan waktu yang seharusnya dihabiskan dalam membangun koneksi emosional yang lebih mendalam dengan orang-orang di sekitar mereka.

Hal ini bisa menyebabkan jarak emosional dalam hubungan, di mana remaja merasa lebih terhubung dengan dunia digital daripada dengan orang-orang yang dekat dengan mereka. Akibatnya, kualitas interaksi sosial mereka berkurang, dan hubungan yang penting dalam kehidupan nyata bisa terabaikan.

  1. Harga diri rendah

Menurut Jurnal Internasional Publikasi dan Ulasan Penelitian, “Keinginan untuk memperoleh validasi sosial memengaruhi respons emosional, dengan validasi positif meningkatkan harga diri, sementara validasi negatif dapat memicu perasaan tidak mampu atau tidak puas.”

Dengan kata lain, remaja sangat dipengaruhi oleh apa yang dilihat di media sosial dan kadang membandingkan diri mereka dengan standar yang ada. Apabila mereka merasa tidak bisa memenuhi ekspektasi atau gambaran yang ada di media sosial, hal ini bisa berdampak buruk pada harga diri mereka, sehingga membuat semakin rendah akibat kecanduan media sosial.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru