Site icon Prokalteng

Kepribadian Orang yang Mendambakan Banyak ‘Like’ di Media Sosial

Ilustrasi orang yang sedang bermain sosial media.(Pexels/ANTONI SHKRABA production)

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi platform utama bagi banyak orang untuk berinteraksi, berbagi momen, dan menyuarakan pendapat mereka. Setiap unggahan, komentar, atau foto yang dibagikan di dunia maya seringkali diukur keberhasilannya dengan jumlah ‘like’ yang didapatkan.

‘Like’ seolah menjadi simbol penerimaan, pengakuan, dan validasi sosial. Fenomena ini, yang awalnya hanya bagian dari interaksi online yang kasual, kini telah berkembang menjadi sebuah obsesi bagi sebagian orang.

Rasa puas yang muncul ketika melihat angka ‘like’ terus bertambah bisa terasa seperti pengakuan dari dunia luar, sebuah tanda bahwa diri mereka diterima dan dihargai. Namun di balik pencarian ini, terselip beragam kepribadian yang berbeda, yang cenderung mendambakan ‘like’ sebagai bentuk validasi atas keberadaan mereka.

Banyaknya jumlah ‘like’ tidak hanya berbicara tentang popularitas seseorang di dunia maya, tetapi juga mencerminkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri dan bagaimana mereka mencari pengakuan dari orang lain. Psikologi modern telah menemukan berbagai pola perilaku dan kepribadian yang mendasari obsesi ini.

Dilansir dari Geediting.com, inilah sembilan kepribadian yang sering ditemui pada orang-orang yang merasa perlu mendapatkan banyak ‘like’ di media sosial, serta bagaimana hal ini berhubungan dengan dinamika psikologis yang lebih dalam.

  1. Pencarian Validasi

Banyak orang yang mendambakan ‘like’ di media sosial sebenarnya sedang mencari validasi dari orang lain. Mereka ingin merasa bahwa mereka diakui, diterima, dan dihargai oleh lingkungan sosialnya, baik itu teman, keluarga, atau bahkan orang asing.

Pencarian validasi ini sering kali berakar pada kebutuhan dasar manusia untuk diakui secara sosial.Ketika seseorang menerima banyak ‘like’, mereka merasa bahwa orang-orang di sekitar mereka memberikan persetujuan terhadap apa yang mereka lakukan atau tampilkan di dunia maya.

Hal ini bisa memberikan rasa puas sesaat, tetapi dalam jangka panjang, ketergantungan pada validasi eksternal ini dapat membuat seseorang menjadi kurang percaya diri tanpa adanya pengakuan dari orang lain.

  1. Takut Ketinggalan (FOMO)

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) atau takut ketinggalan sering kali menjadi salah satu faktor pendorong orang untuk terus aktif di media sosial dan mendambakan banyak ‘like’.

Orang-orang yang merasa takut ketinggalan sering kali merasa perlu untuk selalu terhubung dan mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia maya.

Mereka khawatir bahwa jika mereka tidak mendapatkan ‘like’ atau perhatian di media sosial, mereka akan merasa terputus dari lingkungannya dan tertinggal dari tren atau peristiwa terkini. Ketakutan ini bisa mendorong seseorang untuk terus membagikan konten hanya demi tetap relevan dan mendapat perhatian.

  1. Tingkat Narsisme Tinggi

Orang yang memiliki tingkat narsisme yang tinggi cenderung mendambakan banyak ‘like’ karena mereka melihatnya sebagai bentuk pengakuan atas superioritas diri mereka.

Mereka sering kali memandang diri mereka sebagai sosok yang luar biasa, dan jumlah ‘like’ yang mereka dapatkan seolah-olah menjadi bukti dari pandangan tersebut.

Narsisme yang tinggi membuat mereka terobsesi dengan citra diri yang mereka tampilkan di media sosial, karena mereka ingin orang lain melihat dan mengakui betapa hebatnya mereka. Dalam banyak kasus, media sosial menjadi cerminan dari kebutuhan mereka untuk terus mendapatkan perhatian dan pengakuan dari dunia luar.

  1. Kepekaan terhadap Kritik

Mereka yang mendambakan banyak ‘like’ sering kali sangat peka terhadap kritik. Meskipun tampaknya mereka mencari perhatian dan pengakuan, di balik itu semua, ada rasa takut akan penolakan dan kritik negatif.

Setiap komentar yang kurang menyenangkan atau jumlah ‘like’ yang tidak sesuai dengan harapan dapat membuat mereka merasa cemas dan tidak aman.

Hal ini disebabkan oleh ketergantungan mereka pada pandangan orang lain untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri. Kepekaan ini membuat mereka terus-menerus mengawasi dan menganalisis setiap respons yang diberikan oleh audiens mereka di media sosial.

  1. Harga Diri Rendah

Ironisnya, orang-orang yang mendambakan banyak ‘like’ sering kali memiliki harga diri yang rendah. Mereka merasa bahwa diri mereka tidak cukup baik atau berharga tanpa pengakuan dari orang lain.

Ketika jumlah ‘like’ meningkat, harga diri mereka pun naik. Sebaliknya, ketika mereka tidak mendapatkan perhatian yang mereka harapkan, mereka bisa merasa tidak berharga.

Rasa rendah diri ini membuat mereka sangat bergantung pada feedback dari dunia maya untuk merasa puas dengan diri sendiri. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan mungkin merasa hampa atau cemas ketika tidak mendapatkan cukup ‘like’ dalam waktu singkat setelah memposting sesuatu.

  1. Kesepian

Kesepian sering kali menjadi alasan mengapa seseorang mencari pengakuan melalui ‘like’ di media sosial. Orang-orang yang merasa kesepian dalam kehidupan nyata cenderung mengandalkan interaksi virtual untuk mengisi kekosongan emosional mereka.

Setiap ‘like’ yang diterima dapat memberi mereka perasaan bahwa mereka terhubung dengan orang lain, meskipun interaksi tersebut bersifat dangkal dan sementara.

Rasa kesepian ini bisa menjadi motivasi yang kuat bagi seseorang untuk terus-menerus memposting dan berharap mendapatkan perhatian yang bisa memberikan mereka ilusi bahwa mereka tidak sendirian.

  1. Takut Ditolak

Takut ditolak adalah salah satu motivasi yang mendasari keinginan untuk mendapatkan banyak ‘like’. Orang-orang dengan ketakutan ini sering kali berusaha keras untuk menyenangkan orang lain dan mencari pengakuan sebanyak mungkin.

Mereka takut bahwa jika tidak mendapatkan cukup ‘like’, mereka akan dianggap tidak berharga atau tidak relevan.Ketakutan ini dapat membuat mereka sangat tergantung pada opini orang lain dan mendorong mereka untuk terus-menerus mengukur diri mereka berdasarkan respons yang diterima di media sosial.

Semakin banyak ‘like’ yang mereka dapatkan, semakin besar perasaan aman yang mereka rasakan.

  1. Perfeksionisme

Perfeksionisme sering kali membuat seseorang terobsesi dengan citra yang mereka tampilkan di media sosial. Mereka merasa bahwa setiap unggahan harus sempurna dan mendapatkan persetujuan dari banyak orang dalam bentuk ‘like’.

Perfeksionisme ini membuat mereka sangat kritis terhadap diri sendiri dan cenderung merasa tidak puas dengan apa yang mereka bagikan jika tidak mendapatkan respon yang sesuai dengan harapan.

Perfeksionisme ini juga dapat membuat mereka merasa tertekan untuk selalu terlihat sempurna di mata orang lain, sehingga setiap interaksi di media sosial menjadi ajang pembuktian diri.

  1. Ketergantungan pada Validasi Eksternal

Ketergantungan pada validasi eksternal adalah salah satu ciri utama orang yang mendambakan banyak ‘like’ di media sosial.

Mereka merasa bahwa nilai diri mereka ditentukan oleh seberapa banyak pengakuan yang mereka dapatkan dari orang lain. Tanpa validasi ini, mereka merasa kurang berharga atau tidak dihargai.

Ketergantungan ini membuat mereka sangat tergantung pada opini orang lain dan membuat mereka rentan terhadap perubahan suasana hati yang disebabkan oleh jumlah ‘like’ yang mereka terima.(jpc)

Exit mobile version