Site icon Prokalteng

Awas! Remaja Lebih Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental Akibat Media Sosial

Ilustrasi-remaja bermain media sosial. (freepik.com)

PROKALTENG.CO-Masalah kesehatan mental pada remaja telah meningkat sepuluh tahun terakhir, dan banyak ahli mempertanyakan media sosial berperan di dalamnya. Pada 2023, Dr. Vivek Murthy, Dokter Umum AS, merilis peringatan tentang dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

Selain itu, American Psychological Association (APA) pun mengeluarkan panduan serupa. Kemudian, pada 2024, Dr. Murthy mengusulkan pemberian label peringatan pada platform media sosial yang membutuhkan tindakan legislatif.

Sayangnya, meski ada bukti dampak negatif, pemakaian media sosial yang positif dan membangun hubungan sehat bisa memberi manfaat. Dr. Murthy menekankan perlunya penelitian lebih lanjut, ini berarti orang tua tidak mendapatkan jawaban yang pasti.

Dikutip dari yalemedicine.org, Dr. Mayes dan Dr. Yann Poncin, MD, seorang psikiater anak dari YCSC, memberikan rekomendasi kepada orang tua yang ingin mendampingi remaja mereka dalam menggunakan media sosial secara positif, sebagai berikut ini.

  1. Tentukan usia anak dalam mengakses media sosial

Walau usia minimal yang ditetapkan oleh sebagian besar platform media sosial di AS adalah 13 tahun, banyak anak usia 8–12 tahun sudah memakainya. Menurut Dr. Murthy, hal ini menunjukkan betapa sulitnya menegakkan aturan ini tanpa pengawasan orang tua.

Dr. Poncin menyarankan supaya orang tua membuat rencana media sosial keluarga sebelum anak mencapai usia remaja. Anak-anak sekolah dasar sebaiknya tidak diberikan akses penuh ke internet atau media sosial.

Sebagai alternatif, mereka bisa mulai dengan dumbphone yang tidak memiliki aplikasi media sosial. Bagi anak-anak sekolah menengah yang menunjukkan tanggung jawab, akses terbatas bisa diperbolehkan.

Dr. Poncin menyarankan menunda pemakaian gadget penuh dan memilih perangkat yang memungkinkan penambahan aplikasi secara bertahap. Membuat rencana media sosial keluarga yang meliputi aturan privasi, keselamatan online, dan pencegahan perundungan siber bisa sangat membantu, menurut Dr. Mayes.

  1. Jauhkan perangkat elektronik dari kamar tidur

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial berhubungan dengan gangguan tidur pada remaja, termasuk kualitas tidur yang buruk, durasi tidur yang lebih singkat, dan kesulitan tidur, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Murthy. Kurang tidur pada remaja juga dihubungkan dengan masalah kesehatan emosional dan peningkatan risiko bunuh diri.

Dr. Murthy melaporkan bahwa hampir sepertiga remaja menggunakan perangkat digital hingga tengah malam atau lebih pada hari kerja biasa. Meskipun pemakaian media layar mencakup berbagai aktivitas, aplikasi media sosial adalah yang paling sering digunakan oleh remaja.

  1. Berhati-hatilah dengan cara komunikasimu dengan remaja

Komunikasi terbuka itu penting, sebab caramu menyampaikan kekhawatiran juga sangat berpengaruh. Jika kamu khawatir tentang penggunaan media sosial anak, kamu bisa memberikan nasehat yang jelas mengapa anak harus berhenti bermain media sosial.

Terkadang, kamu juga perlu lebih tegas, misalnya dengan memberikan peraturan atau mengajaknya diskusi tentang kapan dan berapa lama anak boleh menggunakan gadget sebagai alat yang bermanfaat baginya.

  1. Taatilah aturan yang dibuat

Sebagai orang tua, kamu adalah contoh bagi anak-anakmu,  ini berarti kamu harus mengikuti aturan yang diterapkan pada mereka. Jika kamu meminta anak membatasi bermain gadgeg, kamu juga harus melakukannya. Sebab kadang orang tua juga sering memeriksa ponsel mereka saat sedang bersama anak-anak mereka.

Kami mungkin merasa sulit menahan diri dari membuka media sosial, pesan teks, atau email. Dalam situasi seperti ini, kadang-kadang lebih baik untuk mengakui kepada anakmu bahwa kamu juga mengalami kesulitan dalam berhenti memakai media sosial. (jpg)

Exit mobile version