7 Tekanan Sosial yang Harus Dilawan Perempuan Zaman Sekarang

PROKALTENG.CO – Perempuan di era modern tak hanya berjuang untuk meraih mimpi, tetapi juga harus melawan berbagai tekanan sosial yang membelenggu. Mulai dari standar kecantikan yang tak realistis hingga tuntutan peran di rumah dan karier, semua itu bisa menggerus kepercayaan diri dan kesehatan mental.

Tekanan tersebut bukan datang sekali lalu pergi. Ia hadir terus-menerus, membebani kehidupan perempuan dari berbagai sisi. Melansir Geediting.com, memahami sumber tekanan ini menjadi langkah awal untuk melawannya.

Berikut tujuh tekanan sosial yang masih harus dihadapi perempuan:

1. Standar Kecantikan
   Masyarakat dan media kerap memaksakan ukuran cantik yang sulit dicapai. Dampaknya, banyak perempuan merasa kurang percaya diri, bahkan mengalami gangguan makan atau kecemasan.

2. Sindrom “Superwoman”
   Perempuan diharapkan mampu “memiliki segalanya”—karier gemilang dan keluarga harmonis. Tekanan ini kerap berujung pada kelelahan ekstrem dan ekspektasi yang tidak realistis.

3. Kesenjangan Gaji
   Meski punya kualifikasi sama, perempuan sering dibayar lebih rendah dibanding laki-laki. Diskriminasi ini mengancam stabilitas finansial dan harus terus diperjuangkan.

4. Hukuman Keibuan
   Ibu bekerja kerap dinilai kurang berkomitmen pada karier. Stereotip ini menghambat peluang dan pertumbuhan profesional mereka.

5. Tenaga Emosional
   Perempuan sering dituntut mengelola perasaan dan kenyamanan orang lain. Beban tak kasatmata ini bisa membuat mental lelah.

6. Takut pada Kekerasan
   Kekhawatiran akan pelecehan atau kekerasan membatasi kebebasan perempuan. Ketakutan ini memberi dampak besar pada kesehatan mental.

7. Tekanan Usia
   Desakan untuk menikah dan memiliki anak pada usia tertentu membuat banyak perempuan merasa tertekan, bahkan memaksa mereka mengambil keputusan yang tak sesuai keinginan.

Tekanan sosial terhadap perempuan adalah persoalan kompleks. Bukan hanya soal kecantikan, tapi juga ekspektasi yang tak adil di rumah maupun tempat kerja. Menghadapinya butuh keberanian, perubahan sikap, dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Setiap perempuan berhak menentukan jalannya sendiri. (jpg)

PROKALTENG.CO – Perempuan di era modern tak hanya berjuang untuk meraih mimpi, tetapi juga harus melawan berbagai tekanan sosial yang membelenggu. Mulai dari standar kecantikan yang tak realistis hingga tuntutan peran di rumah dan karier, semua itu bisa menggerus kepercayaan diri dan kesehatan mental.

Tekanan tersebut bukan datang sekali lalu pergi. Ia hadir terus-menerus, membebani kehidupan perempuan dari berbagai sisi. Melansir Geediting.com, memahami sumber tekanan ini menjadi langkah awal untuk melawannya.

Berikut tujuh tekanan sosial yang masih harus dihadapi perempuan:

1. Standar Kecantikan
   Masyarakat dan media kerap memaksakan ukuran cantik yang sulit dicapai. Dampaknya, banyak perempuan merasa kurang percaya diri, bahkan mengalami gangguan makan atau kecemasan.

2. Sindrom “Superwoman”
   Perempuan diharapkan mampu “memiliki segalanya”—karier gemilang dan keluarga harmonis. Tekanan ini kerap berujung pada kelelahan ekstrem dan ekspektasi yang tidak realistis.

3. Kesenjangan Gaji
   Meski punya kualifikasi sama, perempuan sering dibayar lebih rendah dibanding laki-laki. Diskriminasi ini mengancam stabilitas finansial dan harus terus diperjuangkan.

4. Hukuman Keibuan
   Ibu bekerja kerap dinilai kurang berkomitmen pada karier. Stereotip ini menghambat peluang dan pertumbuhan profesional mereka.

5. Tenaga Emosional
   Perempuan sering dituntut mengelola perasaan dan kenyamanan orang lain. Beban tak kasatmata ini bisa membuat mental lelah.

6. Takut pada Kekerasan
   Kekhawatiran akan pelecehan atau kekerasan membatasi kebebasan perempuan. Ketakutan ini memberi dampak besar pada kesehatan mental.

7. Tekanan Usia
   Desakan untuk menikah dan memiliki anak pada usia tertentu membuat banyak perempuan merasa tertekan, bahkan memaksa mereka mengambil keputusan yang tak sesuai keinginan.

Tekanan sosial terhadap perempuan adalah persoalan kompleks. Bukan hanya soal kecantikan, tapi juga ekspektasi yang tak adil di rumah maupun tempat kerja. Menghadapinya butuh keberanian, perubahan sikap, dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Setiap perempuan berhak menentukan jalannya sendiri. (jpg)