Kain tenun tradisional telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Bali. Tidak hanya berfungsi sebagai pakaian ritual dan adat, tetapi juga sebagai produk fashion dan diyakini dapat memberikan kekuatan positif, maupun penangkal energi negatif.
Mengutip dari laman Bali Express (Jawa Pos Grup). Akademisi Institut Seni Indonesia Denpasar, Anak Agung Ngurah Anom Mayun Konta Tenaya menyebutkan, ada enam jenis kain tenun tradisional yang dipercaya memiliki fungsi selain sebagai pakaian adat dan ritual:
- Kain Bebali
Di Bali, kain ini memiliki beberapa nama yang disesuaikan dengan daerahnya. Untuk masyarakat Bali utara biasanya menyebut dengan nama kain Wangsul. Sedangkan di wilayah Bali timur disebut dengan kain Gedongan.
Motif Bebali umumnya disertai corak garis melintang, dengan bentuk seperti lingkaran yang tidak putus.Kain Bebali umumnya digunakan dalam upacara Manusa Yadnya, mulai dari upacara bayi dalam kandungan, kepus pusar, 42 hari, atau pada saat upacara enam bulan.
Kain Bebali berjenis Suka Werdhi, diyakini dapat menangkal bahaya dan energi negatif bagi pemakainya.Selain itu, kain ini juga digunakan untuk upacara Pebayuhan, Ngangget Don Bingin, dan Mapurwa Daksina pada upacara Pitra Yadnya.Adapun jenis-jenis kain Bebali antara lain: Uyah Areng, Kayu Tulak, Tulang Mimi, Alang-Alang Sekabung dan sebagainya.
- Kain Wali
Memiliki corak kotak-kotak kecil berwarna kuning, dengan berbahan dasar benang katun atau sutra.Kain ini biasanya dipakai oleh kaum perempuan, pada saat upacara potong gigi.Kain Wali diyakini sebagai permohonan, agar anak bisa menebarkan dan mendapatkan kasih sayang dari keluarga dan masyarakat.
- Kain Endek
Merupakan kain tenun ikat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, saat ini kain Endek telah menjadi bagian terpenting dalam industri fashion modern.Tidak hanya untuk pakaian adat, melainkan juga berfungsi sebagai produk fashion yang bersifat daily wear (pakaian keseharian)
- Kain Cepuk
Termasuk dalam jenis kain Endek. Keunikan dari kain Cepuk terletak pada warna dan motif khas, yakni warna dasar merah dengan garis putih melintang.Kain Cepuk hanya digunakan untuk upacara adat yang bersifat spiritual, karena diyakini memiliki kekuatan mistis.Bahkan kain yang dibuat dari Nusa Penida ini, hanya digunakan untuk upacara Pitra Yadnya seperti untuk tatakan kajang (sejenis upacara Ngaben untuk menyucikan roh orang yang sudah meninggal)
- Kain Gringsing
Satu-satunya kain tenun tradisional yang dibuat menggunakan teknik dobel ikat. Kain Gringsing memiliki makna sebagai penolak bencana serta pengusir dari berbagai penyakit jasmani. Kain ini hanya boleh digunakan di tubuh bagian tengah, yakni sampai batas pusar.
- Kain Poleng
Merupakan kain bermotif kotak hitam putih, yang melambangkan filosofi Rwa Bhineda, yaitu suatu konsep keseimbangan alam antara kanan-kiri, atas-bawah dan baik-buruk di mana kedua kotak warna ini memiliki jumlah yang sama.Kain ini dipercayai sebagai pertanda bahwa benda, tempat atau pohon yang dihiasi kain Poleng mempunyai kekuatan magis, yang harus dihormati dan dilindungi.(jpc/ind)