Site icon Prokalteng

Sifat yang Biasanya Ditampilkan Orang-Orang yang Sering Menonaktifkan Akun Medsosnya

ilustrasi seseorang yang merasa perlu menonaktifkan media akun sosial/Freepik

Di era digital saat ini, media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi banyak orang.Akan tetapi, tidak sedikit yang merasa perlu untuk menonaktifkan akun media sosial mereka secara berkala.

Meski keputusan ini tampak seperti langkah yang ekstrem bagi sebagian orang, bagi mereka yang melakukannya, ini adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan hidup.

Dilansir dari Geediting pada Jumat (8/11), terdapat tujuh sifat yang biasanya ditampilkan oleh orang-orang yang sering menonaktifkan akun media sosial mereka:

  1. Sadar akan Kesehatan Mentalnya

Orang yang sering menonaktifkan media sosial biasanya memiliki kesadaran tinggi terhadap kesehatan mentalnya.Mereka menyadari bahwa media sosial bisa menjadi sumber stres, kecemasan, atau perasaan tidak berharga akibat perbandingan sosial.

Alih-alih terus-menerus merasa terjebak dalam siklus ini, mereka memilih untuk rehat sementara agar bisa merasakan ketenangan dan mengurangi ekspektasi dari luar.

  1. Mendambakan Ketulusan dalam Interaksi

Banyak dari mereka yang menonaktifkan media sosial merasa bahwa interaksi di dunia nyata jauh lebih bermakna. Mereka cenderung menghargai percakapan tatap muka atau komunikasi langsung dengan orang-orang terdekatnya.

Ini disebabkan karena interaksi di media sosial sering kali terasa dangkal, dan orang yang menginginkan ketulusan biasanya akan merasa tidak puas hanya dengan komunikasi digital.

  1. Cenderung Menjaga Privasi

Mereka yang sering menonaktifkan media sosial umumnya lebih menjaga privasi mereka.Mereka merasa tidak nyaman untuk terus-menerus membagikan kehidupan pribadinya kepada orang banyak.

Tindakan ini juga menghindarkan mereka dari terlalu banyaknya informasi atau opini yang bisa membebani pikiran.Sifat menjaga privasi ini membuat mereka lebih selektif dalam menunjukkan sisi kehidupan mereka ke publik.

  1. Menghargai Produktivitas dan Waktu Pribadi

Orang yang sering rehat dari media sosial biasanya memiliki kesadaran tinggi akan waktu dan produktivitas.

Mereka menyadari bahwa penggunaan media sosial dapat menyita waktu yang berharga, sehingga memilih untuk menguranginya demi bisa fokus pada hal-hal yang lebih produktif seperti bekerja, membaca, atau melakukan hobi yang bermanfaat.

Bagi mereka, waktu offline jauh lebih berharga dibandingkan terus-menerus memeriksa notifikasi.

  1. Sensitif Terhadap Pengaruh Negatif

Sifat sensitif terhadap pengaruh negatif juga sering dimiliki oleh orang-orang yang memilih untuk sementara waktu tidak aktif di media sosial.Mereka menyadari bahwa informasi negatif, berita palsu, atau komentar-komentar yang tidak sehat dapat dengan mudah memengaruhi suasana hati mereka.

Untuk itu, mereka lebih memilih untuk menjaga jarak agar tetap tenang dan menghindari pikiran negatif.

  1. Ingin Fokus pada Pertumbuhan Diri

Mereka yang sering menonaktifkan media sosial biasanya memiliki orientasi yang kuat terhadap perkembangan diri. Tanpa gangguan dan perbandingan yang ada di media sosial, mereka lebih mudah fokus pada diri sendiri dan mencapai tujuan pribadinya.

Waktu yang dihabiskan tanpa media sosial bisa mereka gunakan untuk refleksi diri, meditasi, atau belajar hal-hal baru yang akan meningkatkan kualitas hidup mereka.

  1. Merasa Cemas Akan Persepsi Orang Lain

Salah satu alasan utama orang menonaktifkan media sosial adalah karena mereka merasa terlalu sering mengkhawatirkan pendapat atau persepsi orang lain.Mereka mungkin merasa cemas tentang apa yang akan dikatakan orang lain terhadap unggahan mereka atau merasa tertekan untuk tampil sempurna di mata publik.

Dengan menonaktifkan akun, mereka bisa melepaskan diri dari tekanan tersebut dan kembali menjadi diri sendiri tanpa perlu berpura-pura.

Kesimpulan

Menonaktifkan media sosial bisa menjadi langkah efektif bagi mereka yang ingin menjaga keseimbangan hidup, menurunkan tingkat stres, dan fokus pada kehidupan nyata.

Orang-orang yang sering melakukannya biasanya memiliki kesadaran tinggi terhadap kesehatan mental, menghargai ketulusan, menjaga privasi, menghargai produktivitas, sensitif terhadap pengaruh negatif, fokus pada pertumbuhan diri, dan tidak ingin hidup dalam bayang-bayang persepsi orang lain.

Langkah ini bisa jadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial demi kesehatan mental dan kualitas hidup yang lebih baik.(jpc)

 

Exit mobile version