Orang kreatif sering digambarkan sebagai sosok penuh warna karena imajinasinya liar, ide-idenya segar, dan karyanya mampu memikat banyak orang. Namun, di balik segala pesona itu, ada sisi emosional yang tidak jarang membuat mereka tampak terombang-ambing.
Banyak kisah tentang seniman, musisi, hingga penulis terkenal yang hidupnya bergelimang karya brilian sekaligus drama emosional. Pertanyaan pun muncul, apakah orang kreatif memang lebih mudah mengalami mood swing dibandingkan mereka yang tidak terlalu bergelut dengan dunia ide?
Apakah Mereka yang Kreatif Memang Rentan Mood Swing?
Hubungan antara kreativitas dan mood swing sudah lama jadi perdebatan.
Beberapa riset menemukan adanya kaitan erat antara kepribadian kreatif dengan gangguan suasana hati, khususnya bipolar.Menurut tinjauan dalam Frontiers in Psychiatry, individu kreatif memang lebih sering menunjukkan gejala perubahan mood yang signifikan dibanding orang pada umumnya.
Kondisi ini terlihat jelas pada fase hipomania, di mana seseorang sangat produktif, penuh energi, dan seolah tidak pernah kehabisan ide.Namun, ketika fase itu berlalu, mereka bisa jatuh dalam kondisi depresi yang melemahkan semangat.
Studi besar di Swedia bahkan menegaskan bahwa penulis cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, bipolar, dan bahkan pikiran bunuh diri dibanding populasi umum.
Meskipun begitu, hal ini tidak serta-merta berlaku pada semua bidang kreatif, karena ilmuwan atau seniman visual justru tidak menunjukkan tingkat kerentanan yang sama. Dengan kata lain, meski ada pola, hubungan kreativitas dan mood swing tidak bisa digeneralisasi secara kaku.
Emosi Sebagai Pemantik Kreativitas
Hal menarik dari hubungan ini adalah bagaimana emosi bisa menjadi bahan bakar kreativitas.Tidak jarang, karya besar lahir dari pengalaman emosional yang intens.
Menurut laporan Wired, sebuah eksperimen menunjukkan bahwa partisipan yang menerima umpan balik negatif justru menghasilkan karya seni lebih kreatif dibanding mereka yang mendapat pujian.
Artinya, kesedihan atau tekanan bisa mendorong seseorang untuk memproses emosi lebih dalam dan menuangkannya ke dalam karya yang orisinal.
Namun, bukan berarti emosi negatif selalu baik. Mood swing ekstrem yang tidak terkendali justru dapat merusak konsistensi berkarya.Itulah mengapa penting bagi individu kreatif untuk bisa menyalurkan emosi dengan sehat.
Menariknya, emosi positif juga berperan besar. Suasana hati yang bahagia dan penuh semangat bisa membuat otak lebih terbuka pada ide-ide baru dan berani mengambil risiko kreatif.
Kombinasi keduanya antara emosi positif dan negatif sering kali justru melahirkan keseimbangan yang memicu inovasi.
Mengapa Mood Swing Sering Terjadi pada Orang Kreatif?
Ada beberapa alasan mengapa mood swing begitu erat dengan dunia kreatif. Pertama, sifat kepribadian yang kontradiktif.Banyak individu kreatif memiliki sisi yang kompleks. Mereka bisa sangat terbuka terhadap pengalaman baru, tetapi sekaligus sensitif terhadap kritik.
Mereka disiplin dalam berkarya, namun juga mudah kehilangan fokus jika mood sedang buruk. Kontradiksi inilah yang sering membuat emosi mereka naik turun dengan cepat. Selain itu, faktor genetika juga berperan. Studi kembar dan penelitian genetika menemukan adanya pola keterkaitan antara risiko bipolar dengan kreativitas.
Dalam dosis ringan, gen yang berkaitan dengan gangguan mood justru bisa meningkatkan daya imajinasi.Tetapi jika berlebihan, kondisi ini dapat menimbulkan masalah emosional serius yang menghambat produktivitas.
Jadi, ada garis tipis antara kreativitas yang sehat dengan kreativitas yang lahir dari instabilitas emosional.
Tidak kalah penting, fluiditas mental menjadi ciri khas orang kreatif.
Saat berada dalam fase energi tinggi, ide mengalir tanpa henti dan mereka bisa bekerja dengan fokus luar biasa.Tetapi ketika fase itu mereda, tubuh dan pikiran seperti kehabisan bensin, sehingga muncul rasa hampa, lelah, bahkan depresi.
Siklus ini tidak jarang membuat mereka tampak terombang-ambing secara emosional di mata orang lain.
Meski terdengar berat, bukan berarti orang kreatif harus pasrah dengan mood swing. Justru, memahami pola emosi diri bisa menjadi kunci untuk menjaga stabilitas. Banyak seniman besar yang menjadikan karya sebagai terapi, sebuah cara untuk menyalurkan badai emosinya ke dalam bentuk yang produktif.
Menulis, melukis, atau membuat musik bisa menjadi ruang aman untuk mengurai emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Di sisi lain, menjaga gaya hidup sehat juga sangat penting. Tidur cukup, makan dengan gizi seimbang, serta olahraga teratur dapat membantu menstabilkan hormon dan mengurangi frekuensi mood swing.
Lingkungan sosial yang suportif juga tidak kalah berperan, karena orang kreatif cenderung membutuhkan ruang aman untuk mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi.
Jika mood swing mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, mencari bantuan profesional seperti konseling atau terapi adalah langkah bijak yang bisa diambil.
Dari berbagai penelitian dan pandangan psikologis, bisa disimpulkan bahwa orang kreatif memang memiliki kecenderungan lebih besar mengalami mood swing. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat kreativitas identik dengan gangguan emosional.
Emosi, baik yang positif maupun negatif, justru bisa menjadi bahan bakar bagi karya besar, selama dikelola dengan bijak.
Kreativitas dan emosi pada dasarnya berjalan beriringan. Mood swing bisa menjadi tantangan, tapi juga peluang untuk menciptakan sesuatu yang autentik.
Jadi, jika kamu termasuk orang kreatif yang sering merasakan naik-turun emosi, jangan buru-buru melihatnya sebagai kelemahan. Justru, bisa jadi itulah kekuatan tersembunyi yang membuat karya dan hidupmu lebih berwarna.(jpc)