Site icon Prokalteng

Aplikasi Kencan Online Ternyata Digunakan untuk Selingkuh dan Penipuan

Ilustrasi: Platform kencan daring, Tinder. (Norwegian SciTech News)

ZAMAN digital memang zaman yang memudahkan. Di balik kemudahan itu terdapat risiko yang patut dihindari. Contohnya dalam penggunaan aplikasi kencan online. Tidak sedikit para penggunanya memanfaatkan aplikasi itu untuk selingkuh dan menipu.

Penggunaan aplikasi untuk itu terungkap dalam hasil survei yang dilakukan Populix. Adapun aplikasi kencan online yang disurvei yakni Tinder, Tantan, Bumble, Omi, Dating.com, Badoo, Taaruf.id, OkCupid, dan Muslima. Umumnya aplikasi itu digunakan untuk mencari pasangan.

COO & Co-Founder Populix Eileen Kamtawijoyo mengatakan, kehadiran aplikasi kencan online semakin menjamur di Indonesia. Hal itu memperlihatkan peran teknologi digital dalam membentuk kebiasaan baru untuk membangun hubungan, termasuk dalam mencari pasangan hidup.

“Data memperlihatkan bahwa aplikasi kencan utamanya tidak digunakan untuk mencari pasangan hidup, melainkan untuk mendapatkan teman chat, penasaran ingin mencoba, dan untuk bersenang-senang,” ujar Eileen dalam jumpa pers daring yang digelar secara daring, Sabtu (2/3).

Eileen menjelaskan, waktu penggunaan aplikasi kencan online. Umumnya pada malam hari. Persisnya para pengguna telah selesai menyelesaikan kegiatan hariannya.

Tingginya pengguna aplikasi kencan online baru terjadi dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Hal itu menunjukkan bahwa aplikasi kencan merupakan fenomena yang masih relatif baru.

Menariknya, sebanyak 37 persen pengguna menyatakan keraguan mereka menemukan pasangan hidup melalui aplikasi kencan online. Di sisi lain, dari total responden yang menggunakan aplikasi kencan online, hanya terdapat 20 persen pengguna yang berhasil menemukan pasangan hingga memasuki jenjang pernikahan atau hubungan yang serius.

Keraguan dan pandangan masyarakat tentang peran aplikasi kencan online dalam mencari pasangan hidup juga tidak dapat dilepaskan dari pengalaman mereka di aplikasi lain. Survei mengungkap 56 persen responden menyatakan pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan di aplikasi.

Beberapa kejadian tidak menyenangkan ini meliputi penipuan profil (71 persen), penggunaan bahasa yang kasar atau tidak sopan (52 persen), pelecehan seksual (30 persen), perselingkuhan (23 perselingkuhan), penipuan uang (22 persen), cyberstalking (21 persen), dan pencurian identitas atau doxing (21 persen).

Kejadian-kejadian tersebut mendorong pengguna untuk menjadi lebih berhati-hati dalam berinteraksi di platform. Mayoritas responden mengatakan akan mengecek profil secara menyeluruh sebelum memulai percakapan yang lebih serius, serta memastikan untuk tidak membagikan informasi pribadi kepada orang yang baru dikenal maupun mencantumkannya pada laman profil.

Sebelum memutuskan untuk bertemu secara langsung, mayoritas pengguna juga akan membangun komunikasi dan mengecek profil media sosial terlebih dahulu. Hal itu menunjukkan keinginan untuk membangun keakraban dan kepercayaan dengan orang yang baru mereka temui di aplikasi, sebelum melangkah lebih jauh.

Selain itu, pengalaman tidak menyenangkan ini juga disinyalir menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya pergeseran perilaku yang signifikan pada 55% responden yang bersedia membayar biaya langganan premium aplikasi kencan demi bertemu dengan pengguna aplikasi yang lebih meyakinkan dan serius, serta mendapatkan tambahan fitur yang lebih aman dan canggih.

Lebih dari setengah responden rela mengalokasikan anggaran hingga Rp 100.000 per bulan untuk berlangganan pada aplikasi kencan online premium.

“Dari survei ini terlihat bahwa aplikasi kencan online memiliki tantangan dalam hal keamanan pengguna. Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya popularitas aplikasi kencan online, penting bagi setiap pengguna untuk memiliki kesadaran dan pemahaman dalam menjaga informasi pribadi, serta bagi penyedia aplikasi untuk terus mengambil langkah-langkah serius guna memastikan aplikasi mereka aman bagi setiap pengguna,” tutup Eileen.

Adapun tingkat popularitas aplikasi kencan online yang dipakai pengguna untuk Tinder (38 persen), Tantan (33 persen), Bumble (17 persen), Omi (13 persen), Dating.com (12 persen), Badoo (10 persen), Taaruf.id (7 persen), OkCupid (7 persen) dan Muslima (5 persen).

(jpg)

Exit mobile version