25.5 C
Jakarta
Friday, December 19, 2025

Bibingka, Kue Khas Filipina Beraroma Kelapa dan Daun Pisang

Di Filipina, suasana Natal terasa semakin lengkap dengan kehadiran bibingka. Aroma kelapa, daun pisang, serta teksturnya yang lembut menjadikan bibingka sebagai sajian favorit dan kaya makna budaya.

Menurut Gensan Hub, dibuat dari tepung beras, santan, dan telur, bibingka memiliki tekstur lembut dan sedikit mengembang, dengan permukaan agak gosong.

Adonan bibingka biasanya dituangkan ke dalam wadah tanah liat yang dilapisi daun pisang, menghasilkan aroma khas yang menggugah selera. Sebagai pelengkap, bibingka kerap diberi topping telur asin, keju, atau kelapa parut, menciptakan perpaduan rasa gurih dan manis yang seimbang.

Identik dengan Musim Natal

Melansir dari Cadbury, sejak abad ke-19 bibingka mulai lekat dengan musim Natal di Filipina.

Hal ini tak lepas dari bahan-bahan utamanya yang mudah diperoleh pada akhir tahun, seperti tepung beras ketan dan santan.

Hingga kini, bibingka tetap menjadi camilan atau hidangan penutup favorit yang dinikmati masyarakat lintas generasi.

Electronic money exchangers listing

Dalam beberapa penyajian, bibingka kerap disajikan dengan latik atau dadih kelapa manis, yang bahkan dijadikan varian rasa dalam es krim khas Filipina.

Baca Juga :  Resep Pepes Tongkol Pedas Enak dan Mudah, Berikut Cara Mengolahnya

Sejarah dan Beragam Pengaruh

Melansir dari Liz’s Filipino Desserts, bibingka termasuk dalam kelompok kakanin, sebutan untuk aneka kudapan tradisional berbahan dasar beras di Filipina. Secara sederhana, bibingka adalah kue beras yang rasanya manis legit. Asal-usul bibingka sendiri cukup kompleks dan memiliki berbagai teori.

Ada yang menyebut pengaruh Indonesia, India, hingga kemungkinan pengaruh Portugis dari Goa. Meski demikian, versi Portugis berbeda bentuk karena menyerupai kue berlapis seperti sapin-sapin.

Bibingka Filipina dikenal sebagai kue beras yang dipanggang, dengan santan sebagai bahan utama, yang juga menunjukkan kemiripan dengan tradisi kuliner Asia Tenggara.

Ada pula teori lain yang menyebut pengaruh Tiongkok, merujuk pada kata “bi” yang berarti biji-bijian mentah, yang diyakini dibawa oleh pedagang Tionghoa ke Filipina.

Pada masa lalu, bibingka hanya dapat dijumpai selama sembilan hari misa subuh menjelang Natal dan kerap menggantikan sarapan pagi seperti pandesal. Disajikan panas-panas setelah bangun pagi hari, bibingka bersama puto bumbong menjadi sumber energi sebelum memulai aktivitas harian.

Baca Juga :  Soto Ayam, Khas Indonesia yang Mendunia, Begini Sejarahnya!

Proses Pembuatan

Mengutip dari Serious Eats, secara tradisional, bibingka dibuat dari galapong atau beras ketan yang difermentasi dan digiling, dicampur dengan santan, air, dan gula.

Adonan kental kemudian dituangkan ke dalam wadah terakota berlapis daun pisang, ditutup daun pisang, lalu dipanggang dengan bara api di bagian atas dan bawah. Teknik ini menghasilkan kue bertekstur lembut dan berpori, dengan aroma daun pisang yang khas.

Dalam varian modern, bibingka kini banyak dipanggang menggunakan oven agar lebih praktis, meski begitu rasanya yang khas tetap dipertahankan.

Adonan umumnya terdiri dari mentega cair, gula, telur, santan, baking powder, sedikit garam, serta campuran tepung beras putih dan beras ketan.

Setelah dipanggang setengah matang, bagian atasnya bisa diberi macapuno sebelum dipanggang kembali hingga matang sempurna.

Bibingka paling nikmat disantap hangat, ditemani secangkir kopi atau teh panas, dan meski identik dengan Natal, kelezatannya membuat kue ini tetap relevan dinikmati kapanpun.(jpc)

Di Filipina, suasana Natal terasa semakin lengkap dengan kehadiran bibingka. Aroma kelapa, daun pisang, serta teksturnya yang lembut menjadikan bibingka sebagai sajian favorit dan kaya makna budaya.

Menurut Gensan Hub, dibuat dari tepung beras, santan, dan telur, bibingka memiliki tekstur lembut dan sedikit mengembang, dengan permukaan agak gosong.

Adonan bibingka biasanya dituangkan ke dalam wadah tanah liat yang dilapisi daun pisang, menghasilkan aroma khas yang menggugah selera. Sebagai pelengkap, bibingka kerap diberi topping telur asin, keju, atau kelapa parut, menciptakan perpaduan rasa gurih dan manis yang seimbang.

Electronic money exchangers listing

Identik dengan Musim Natal

Melansir dari Cadbury, sejak abad ke-19 bibingka mulai lekat dengan musim Natal di Filipina.

Hal ini tak lepas dari bahan-bahan utamanya yang mudah diperoleh pada akhir tahun, seperti tepung beras ketan dan santan.

Hingga kini, bibingka tetap menjadi camilan atau hidangan penutup favorit yang dinikmati masyarakat lintas generasi.

Dalam beberapa penyajian, bibingka kerap disajikan dengan latik atau dadih kelapa manis, yang bahkan dijadikan varian rasa dalam es krim khas Filipina.

Baca Juga :  Resep Pepes Tongkol Pedas Enak dan Mudah, Berikut Cara Mengolahnya

Sejarah dan Beragam Pengaruh

Melansir dari Liz’s Filipino Desserts, bibingka termasuk dalam kelompok kakanin, sebutan untuk aneka kudapan tradisional berbahan dasar beras di Filipina. Secara sederhana, bibingka adalah kue beras yang rasanya manis legit. Asal-usul bibingka sendiri cukup kompleks dan memiliki berbagai teori.

Ada yang menyebut pengaruh Indonesia, India, hingga kemungkinan pengaruh Portugis dari Goa. Meski demikian, versi Portugis berbeda bentuk karena menyerupai kue berlapis seperti sapin-sapin.

Bibingka Filipina dikenal sebagai kue beras yang dipanggang, dengan santan sebagai bahan utama, yang juga menunjukkan kemiripan dengan tradisi kuliner Asia Tenggara.

Ada pula teori lain yang menyebut pengaruh Tiongkok, merujuk pada kata “bi” yang berarti biji-bijian mentah, yang diyakini dibawa oleh pedagang Tionghoa ke Filipina.

Pada masa lalu, bibingka hanya dapat dijumpai selama sembilan hari misa subuh menjelang Natal dan kerap menggantikan sarapan pagi seperti pandesal. Disajikan panas-panas setelah bangun pagi hari, bibingka bersama puto bumbong menjadi sumber energi sebelum memulai aktivitas harian.

Baca Juga :  Soto Ayam, Khas Indonesia yang Mendunia, Begini Sejarahnya!

Proses Pembuatan

Mengutip dari Serious Eats, secara tradisional, bibingka dibuat dari galapong atau beras ketan yang difermentasi dan digiling, dicampur dengan santan, air, dan gula.

Adonan kental kemudian dituangkan ke dalam wadah terakota berlapis daun pisang, ditutup daun pisang, lalu dipanggang dengan bara api di bagian atas dan bawah. Teknik ini menghasilkan kue bertekstur lembut dan berpori, dengan aroma daun pisang yang khas.

Dalam varian modern, bibingka kini banyak dipanggang menggunakan oven agar lebih praktis, meski begitu rasanya yang khas tetap dipertahankan.

Adonan umumnya terdiri dari mentega cair, gula, telur, santan, baking powder, sedikit garam, serta campuran tepung beras putih dan beras ketan.

Setelah dipanggang setengah matang, bagian atasnya bisa diberi macapuno sebelum dipanggang kembali hingga matang sempurna.

Bibingka paling nikmat disantap hangat, ditemani secangkir kopi atau teh panas, dan meski identik dengan Natal, kelezatannya membuat kue ini tetap relevan dinikmati kapanpun.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/