26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Tekstur Daging Ayamnya Lembut, Bumbunya Meresap, Gurih di Lidah

AYAM goreng dan ayam bakar adalah menu yang sudah biasa disantap pecinta kuliner. Namun, sajian dari rumah makan Bu Tatik Magelang ini berbeda. Tekstur dagingnya lembut, bumbunya meresap. Gurih di lidah. Ayam goreng dan ayam bakar menjadi menu andalan rumah makan yang dikelola Tatik dan Suharso. Cita rasa ayam goreng dan bakar ini beda dengan biasanya. Ayam goreng Bu Tatik memiliki cita rasa berbeda karena bumbu rempahnya meresap ditambah aromanya yang benar-benar harum.

“Yang membedakan dari menu ayam kami adalah rasanya. Karena ada resep rahasia dari Bu Tatik dengan bumbu tradisional. Ditambah proses pembuatannya sedikit lebih lama,” ucap Suharso pemilik rumah makan Ayam Bu Tatik.

Untuk mendapatkan rasa yang gurih dan daging yang empuk membutuhkan waktu hingga 30 sampai 60 menit. Dagingnya dipresto. Sebelum dibumbui, ayam dipresto terlebih dahulu sekitar 10 menit biar empuk. “Selesai dipresto, ayam goreng dan bakar diungkep kembali sambil dibumbui menggunakan resep rahasia. Sehingga memiliki rasa yang berbeda,” ucap suami Bu Tatik ini.
Sudah lebih dari 22 tahun rumah makan ayam goreng Bu Tatik melayani pembeli. Apalagi tempat makan ini berada di perbatasan Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. Tepatnya di Jl. Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Karena itulah ketika ada yang mencari ayam goreng atau bakar di Magelang, tempat satu ini selalu menjadi rekomendasi.

Baca Juga :  Tumis Ayam Brokoli yang Simpel Juga Tetap Sehat

“Kami buka mulai pukul 07.00 sampai pukul 22.00,” ujarnya.

Setiap hari rumah makan Bu Tatik menghabiskan 100 sampai 150 potong untuk hari biasa. Sedangkan hari libur bisa mencapai 250 potong. Sejarah berdirinya rumah makan ini terkait dengan masa orde baru dan saat krisis moneter terjadi di Indonesia. Saat itu Indonesia sedang berjuang bangkit dari krisis ekonomi tahun 1998. Sikap Bu Tatik yang optimistis membuat rumah makan ini berhasil hingga sekarang.

“Waktu awal-awal benar-benar berat dan susah. Apalagi merintis usaha setelah krisis,” terang Suharso. Selain menu utama ayam, pecinta kuliner bisa memilih sop iga, bebek goreng atau bakar, macam-macam seafood. Ada juga garang asem.

Baca Juga :  Money Bag, Kreasi Dimsum yang Mudah Dibuat

“Untuk minum kami menyediakan berbagai jenis, termasuk wedang uwuh,” ujarnya. Tempat makan yang luas ditambah fasilitas spot foto yang dikonsep tradisional membuat pengunjung betah.

“Jika anak muda ingin berfoto di sini juga ada sepeda tua dan berbagai peralatan dapur zaman dulu yang bisa digunakan,” ucapnya.

 

AYAM goreng dan ayam bakar adalah menu yang sudah biasa disantap pecinta kuliner. Namun, sajian dari rumah makan Bu Tatik Magelang ini berbeda. Tekstur dagingnya lembut, bumbunya meresap. Gurih di lidah. Ayam goreng dan ayam bakar menjadi menu andalan rumah makan yang dikelola Tatik dan Suharso. Cita rasa ayam goreng dan bakar ini beda dengan biasanya. Ayam goreng Bu Tatik memiliki cita rasa berbeda karena bumbu rempahnya meresap ditambah aromanya yang benar-benar harum.

“Yang membedakan dari menu ayam kami adalah rasanya. Karena ada resep rahasia dari Bu Tatik dengan bumbu tradisional. Ditambah proses pembuatannya sedikit lebih lama,” ucap Suharso pemilik rumah makan Ayam Bu Tatik.

Untuk mendapatkan rasa yang gurih dan daging yang empuk membutuhkan waktu hingga 30 sampai 60 menit. Dagingnya dipresto. Sebelum dibumbui, ayam dipresto terlebih dahulu sekitar 10 menit biar empuk. “Selesai dipresto, ayam goreng dan bakar diungkep kembali sambil dibumbui menggunakan resep rahasia. Sehingga memiliki rasa yang berbeda,” ucap suami Bu Tatik ini.
Sudah lebih dari 22 tahun rumah makan ayam goreng Bu Tatik melayani pembeli. Apalagi tempat makan ini berada di perbatasan Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. Tepatnya di Jl. Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Karena itulah ketika ada yang mencari ayam goreng atau bakar di Magelang, tempat satu ini selalu menjadi rekomendasi.

Baca Juga :  Tumis Ayam Brokoli yang Simpel Juga Tetap Sehat

“Kami buka mulai pukul 07.00 sampai pukul 22.00,” ujarnya.

Setiap hari rumah makan Bu Tatik menghabiskan 100 sampai 150 potong untuk hari biasa. Sedangkan hari libur bisa mencapai 250 potong. Sejarah berdirinya rumah makan ini terkait dengan masa orde baru dan saat krisis moneter terjadi di Indonesia. Saat itu Indonesia sedang berjuang bangkit dari krisis ekonomi tahun 1998. Sikap Bu Tatik yang optimistis membuat rumah makan ini berhasil hingga sekarang.

“Waktu awal-awal benar-benar berat dan susah. Apalagi merintis usaha setelah krisis,” terang Suharso. Selain menu utama ayam, pecinta kuliner bisa memilih sop iga, bebek goreng atau bakar, macam-macam seafood. Ada juga garang asem.

Baca Juga :  Money Bag, Kreasi Dimsum yang Mudah Dibuat

“Untuk minum kami menyediakan berbagai jenis, termasuk wedang uwuh,” ujarnya. Tempat makan yang luas ditambah fasilitas spot foto yang dikonsep tradisional membuat pengunjung betah.

“Jika anak muda ingin berfoto di sini juga ada sepeda tua dan berbagai peralatan dapur zaman dulu yang bisa digunakan,” ucapnya.

 

Terpopuler

Artikel Terbaru