29.1 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

Menguak Perbedaan UFC dan Bellator

Usman Nurmagomedov (kanan) merayakan gelar juaranya di Bellator bersama Islam Makhachev. (Instagram/@usman_nurmagomedov)

Dunia seni bela diri campuran (MMA) terus berkembang pesat, dan dua promosi terbesar yang mendominasi industri ini adalah UFC (Ultimate Fighting Championship) dan Bellator.Keduanya menjadi rumah bagi para petarung terbaik, namun perbedaan antara keduanya cukup signifikan.

Tak heran, banyak atlet MMA, termasuk klan Nurmagomedov, sempat mempertimbangkan pilihan karier mereka di antara dua promotor ini.Klan Nurmagomedov, yang terkenal di UFC, bahkan memutuskan untuk menjajal peruntungan di Bellator. Mengapa demikian? Pembahasan ini akan menjelaskan perbedaan antara UFC dan Bellator serta mengapa pilihan ini penting dalam karier seni bela diri.

Jika membandingkan dari sisi sejarah, UFC jelas lebih unggul. UFC didirikan pada 1993 dan merupakan pelopor MMA modern di Amerika Serikat. Sejak awal, UFC menjadi ajang bagi petarung dari berbagai disiplin ilmu untuk membuktikan siapa yang terkuat di antara mereka. Berbeda dengan Bellator yang baru muncul lebih dari satu dekade kemudian pada 2008, dengan acara pertamanya pada 2009.

Dari segi kepemilikan, UFC saat ini dimiliki oleh perusahaan besar bernama Endeavor, yang membeli UFC pada 2016 dengan harga fantastis mencapai USD4 miliar.

Sementara itu, Bellator dikelola oleh ViacomCBS sejak 2011. Keduanya memiliki backing kuat, namun UFC sudah lama menjadi ikon di dunia MMA dan dianggap sebagai puncak karier para petarung.

Salah satu faktor terbesar yang membedakan UFC dan Bellator adalah tingkat persaingan serta kualitas petarungnya. UFC dikenal sebagai rumah bagi para petarung terbaik di dunia. Banyak di antara mereka yang sebelumnya sukses di promosi lain, termasuk Bellator, dan akhirnya berlabuh di UFC untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik.

Di sisi lain, Bellator memang masih memiliki kualitas, namun sebagian besar petarungnya adalah talenta yang sedang meniti karier di dunia MMA. Beberapa petarung yang bergabung dengan Bellator adalah mereka yang sudah berada di ujung kariernya di UFC atau ingin mencoba peluang lain setelah mengalami kekalahan beruntun. Bellator menjadi platform bagi para petarung untuk menghidupkan kembali kariernya atau meniti karier baru sebelum akhirnya mereka menarik perhatian UFC.

Namun, kehadiran petarung muda berbakat seperti Usman Nurmagomedov di Bellator menjadi indikasi bahwa organisasi ini tak hanya mengandalkan nama besar petarung veteran. Usman, yang merupakan sepupu dari legenda UFC Khabib Nurmagomedov, memilih Bellator untuk melanjutkan dominasinya di dunia MMA. Keputusannya ini diiringi dengan keyakinan bahwa Bellator bisa menjadi ajang baru bagi klan Nurmagomedov untuk menguasai panggung MMA global.

Baca Juga :  Degradasi, Kalteng Putra Tuntaskan Dua Laga Sisa

Perbedaan lain yang signifikan adalah format acara yang diselenggarakan oleh kedua promotor ini. UFC sepenuhnya mengadopsi format acara reguler tanpa mengikutsertakan turnamen. Berbeda dengan Bellator, yang masih mempertahankan tradisi turnamen “Grand Prix” di beberapa kelas berat. Format ini memberikan warna tersendiri bagi Bellator, mengingat UFC dulu juga sempat mengadakan turnamen pada masa awal keberadaannya, namun saat ini telah meninggalkan format tersebut.

Jika membahas kelas berat, UFC memiliki delapan kelas untuk petarung pria dan empat kelas untuk petarung wanita. Bellator sedikit lebih terbatas dengan tujuh kelas untuk pria dan hanya dua untuk perempuan. Ini menunjukkan bahwa UFC lebih variatif dalam menyediakan kelas-kelas pertarungan yang dapat diikuti oleh para petarung.

Meski kedua promotor ini sama-sama menggunakan “Unified Rules of MMA” yang ditetapkan sejak 2000, terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penerapannya. Misalnya, di UFC, semua pertarungan utama (main event) terdiri dari lima ronde, baik itu perebutan gelar ataupun bukan.

Sementara itu, di Bellator, hanya pertarungan perebutan gelar yang berlangsung selama lima ronde. Perbedaan kecil semacam ini menjadi salah satu hal yang membedakan kedua promotor ini dari segi format pertandingan.

Satu hal yang sangat mencolok adalah program pengujian drugs yang diterapkan di UFC dan Bellator. UFC bekerja sama dengan USADA (United States Anti-Doping Agency) sejak 2012 untuk menjaga kebersihan olahraga ini dari penggunaan obat peningkat kinerja.

Program pengujian UFC ini sangat ketat dan berkelanjutan, bahkan para petarung bisa diminta memberikan sampel darah atau urine kapan saja, di mana saja, tanpa memandang apakah mereka sedang mempersiapkan pertarungan atau tidak.

Di sisi lain, Bellator tidak memiliki program pengujian drugs yang seketat UFC. Mereka hanya bekerja sama dengan komisi negara bagian yang melakukan tes sebelum pertarungan berlangsung. Banyak yang menilai pengujian di Bellator lebih lemah dan menjadi salah satu alasan mengapa UFC dianggap lebih profesional dan ketat dalam menjaga integritas olahraga.

Dari segi popularitas dan nilai komersial, UFC jauh lebih unggul. UFC sudah menjadi brand besar yang dikenal di seluruh dunia, bahkan banyak orang yang menyamakan UFC dengan MMA. Ini menunjukkan seberapa besar pengaruh UFC dalam dunia seni bela diri campuran.

Dari segi penjualan pay-per-view (PPV), UFC juga jauh lebih sukses. Rekor PPV terbesar dipegang oleh UFC 229 yang menjual 2,4 juta PPV di seluruh dunia. Sementara itu, Bellator baru mulai menerapkan model PPV pada 2014, dan penjualan terbaik mereka tercatat di “Bellator 120” yang menjual 100 ribu PPV. Perbandingan ini jelas menunjukkan betapa besar dominasi UFC di pasar MMA.

Baca Juga :  Shin Tae Yong Beri Respons Positif Soal Tertundanya Sisa Laga Liga 1

 

Nilai UFC sendiri pada 2021 diperkirakan mencapai USD9 miliar dengan pendapatan tahunan lebih dari USD800 juta. Sebagai perbandingan, Bellator memiliki valuasi antara USD50 juta hingga USD100 juta dengan pendapatan tahunan sekitar USD100 juta. Perbedaan ini sangat mencolok, mengingat UFC memiliki jangkauan global yang lebih luas dan penggemar yang lebih banyak.

Di tengah dominasi UFC, keputusan Usman Nurmagomedov untuk bergabung dengan Bellator cukup mengejutkan banyak pihak. Dengan usia yang masih muda, Usman melihat Bellator sebagai ajang yang lebih cocok untuk memulai perjalanan kariernya tanpa terlalu cepat berada di bawah bayang-bayang UFC. Usman ingin membangun nama besar klan Nurmagomedov di Bellator dan tidak hanya terfokus pada UFC.

Usman menjelaskan bahwa kehadiran Khabib sebagai pelatih dan mentor di Bellator menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusannya. Khabib, yang pensiun dengan rekor tak terkalahkan, kini fokus menjadi pelatih dan membantu sepupunya dalam menghadapi para pesaing di Bellator. Dukungan penuh dari Khabib tentu memberi motivasi tambahan bagi Usman untuk sukses di ajang Bellator.

“Kami sudah mendapatkan cukup banyak Nurmagomedov pada UFC,” kata Usman dikutip dari MMAJunkie.com.

“Jadi kami harus pindah, jadi itulah mengapa saya memilih Bellator. Mereka juga membutuhkannya,” ucap Usman lagi.

Nurmagomedov mendominasi tidak hanya di UFC, tetapi juga di Bellator. Dalam wawancara dengan MMAJunkie, Usman mengungkapkan bahwa mereka sudah cukup banyak “mengirim” anggota klan ke UFC, hingga saatnya mencoba tantangan baru di Bellator.

Perbedaan antara UFC dan Bellator sangat mencolok, baik dari segi sejarah, kepemilikan, aturan, hingga kualitas petarung. UFC, sebagai promotor terbesar di dunia, memiliki petarung terbaik dan reputasi global yang sulit ditandingi. Namun, Bellator tidak kalah menarik dengan format turnamen dan talenta muda seperti Usman Nurmagomedov yang sedang meniti karier.

Pilihan klan Nurmagomedov untuk menjajal Bellator memberikan dinamika baru dalam dunia MMA. Ini menunjukkan bahwa meskipun UFC adalah yang terbesar, Bellator tetap menjadi pilihan yang menarik bagi para petarung yang ingin menonjolkan karier mereka di level yang berbeda. Bagi penggemar MMA, kedua promotor ini tetap menawarkan pertarungan kelas dunia dengan ciri khas masing-masing.(jpc)

Usman Nurmagomedov (kanan) merayakan gelar juaranya di Bellator bersama Islam Makhachev. (Instagram/@usman_nurmagomedov)

Dunia seni bela diri campuran (MMA) terus berkembang pesat, dan dua promosi terbesar yang mendominasi industri ini adalah UFC (Ultimate Fighting Championship) dan Bellator.Keduanya menjadi rumah bagi para petarung terbaik, namun perbedaan antara keduanya cukup signifikan.

Tak heran, banyak atlet MMA, termasuk klan Nurmagomedov, sempat mempertimbangkan pilihan karier mereka di antara dua promotor ini.Klan Nurmagomedov, yang terkenal di UFC, bahkan memutuskan untuk menjajal peruntungan di Bellator. Mengapa demikian? Pembahasan ini akan menjelaskan perbedaan antara UFC dan Bellator serta mengapa pilihan ini penting dalam karier seni bela diri.

Jika membandingkan dari sisi sejarah, UFC jelas lebih unggul. UFC didirikan pada 1993 dan merupakan pelopor MMA modern di Amerika Serikat. Sejak awal, UFC menjadi ajang bagi petarung dari berbagai disiplin ilmu untuk membuktikan siapa yang terkuat di antara mereka. Berbeda dengan Bellator yang baru muncul lebih dari satu dekade kemudian pada 2008, dengan acara pertamanya pada 2009.

Dari segi kepemilikan, UFC saat ini dimiliki oleh perusahaan besar bernama Endeavor, yang membeli UFC pada 2016 dengan harga fantastis mencapai USD4 miliar.

Sementara itu, Bellator dikelola oleh ViacomCBS sejak 2011. Keduanya memiliki backing kuat, namun UFC sudah lama menjadi ikon di dunia MMA dan dianggap sebagai puncak karier para petarung.

Salah satu faktor terbesar yang membedakan UFC dan Bellator adalah tingkat persaingan serta kualitas petarungnya. UFC dikenal sebagai rumah bagi para petarung terbaik di dunia. Banyak di antara mereka yang sebelumnya sukses di promosi lain, termasuk Bellator, dan akhirnya berlabuh di UFC untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik.

Di sisi lain, Bellator memang masih memiliki kualitas, namun sebagian besar petarungnya adalah talenta yang sedang meniti karier di dunia MMA. Beberapa petarung yang bergabung dengan Bellator adalah mereka yang sudah berada di ujung kariernya di UFC atau ingin mencoba peluang lain setelah mengalami kekalahan beruntun. Bellator menjadi platform bagi para petarung untuk menghidupkan kembali kariernya atau meniti karier baru sebelum akhirnya mereka menarik perhatian UFC.

Namun, kehadiran petarung muda berbakat seperti Usman Nurmagomedov di Bellator menjadi indikasi bahwa organisasi ini tak hanya mengandalkan nama besar petarung veteran. Usman, yang merupakan sepupu dari legenda UFC Khabib Nurmagomedov, memilih Bellator untuk melanjutkan dominasinya di dunia MMA. Keputusannya ini diiringi dengan keyakinan bahwa Bellator bisa menjadi ajang baru bagi klan Nurmagomedov untuk menguasai panggung MMA global.

Baca Juga :  Degradasi, Kalteng Putra Tuntaskan Dua Laga Sisa

Perbedaan lain yang signifikan adalah format acara yang diselenggarakan oleh kedua promotor ini. UFC sepenuhnya mengadopsi format acara reguler tanpa mengikutsertakan turnamen. Berbeda dengan Bellator, yang masih mempertahankan tradisi turnamen “Grand Prix” di beberapa kelas berat. Format ini memberikan warna tersendiri bagi Bellator, mengingat UFC dulu juga sempat mengadakan turnamen pada masa awal keberadaannya, namun saat ini telah meninggalkan format tersebut.

Jika membahas kelas berat, UFC memiliki delapan kelas untuk petarung pria dan empat kelas untuk petarung wanita. Bellator sedikit lebih terbatas dengan tujuh kelas untuk pria dan hanya dua untuk perempuan. Ini menunjukkan bahwa UFC lebih variatif dalam menyediakan kelas-kelas pertarungan yang dapat diikuti oleh para petarung.

Meski kedua promotor ini sama-sama menggunakan “Unified Rules of MMA” yang ditetapkan sejak 2000, terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penerapannya. Misalnya, di UFC, semua pertarungan utama (main event) terdiri dari lima ronde, baik itu perebutan gelar ataupun bukan.

Sementara itu, di Bellator, hanya pertarungan perebutan gelar yang berlangsung selama lima ronde. Perbedaan kecil semacam ini menjadi salah satu hal yang membedakan kedua promotor ini dari segi format pertandingan.

Satu hal yang sangat mencolok adalah program pengujian drugs yang diterapkan di UFC dan Bellator. UFC bekerja sama dengan USADA (United States Anti-Doping Agency) sejak 2012 untuk menjaga kebersihan olahraga ini dari penggunaan obat peningkat kinerja.

Program pengujian UFC ini sangat ketat dan berkelanjutan, bahkan para petarung bisa diminta memberikan sampel darah atau urine kapan saja, di mana saja, tanpa memandang apakah mereka sedang mempersiapkan pertarungan atau tidak.

Di sisi lain, Bellator tidak memiliki program pengujian drugs yang seketat UFC. Mereka hanya bekerja sama dengan komisi negara bagian yang melakukan tes sebelum pertarungan berlangsung. Banyak yang menilai pengujian di Bellator lebih lemah dan menjadi salah satu alasan mengapa UFC dianggap lebih profesional dan ketat dalam menjaga integritas olahraga.

Dari segi popularitas dan nilai komersial, UFC jauh lebih unggul. UFC sudah menjadi brand besar yang dikenal di seluruh dunia, bahkan banyak orang yang menyamakan UFC dengan MMA. Ini menunjukkan seberapa besar pengaruh UFC dalam dunia seni bela diri campuran.

Dari segi penjualan pay-per-view (PPV), UFC juga jauh lebih sukses. Rekor PPV terbesar dipegang oleh UFC 229 yang menjual 2,4 juta PPV di seluruh dunia. Sementara itu, Bellator baru mulai menerapkan model PPV pada 2014, dan penjualan terbaik mereka tercatat di “Bellator 120” yang menjual 100 ribu PPV. Perbandingan ini jelas menunjukkan betapa besar dominasi UFC di pasar MMA.

Baca Juga :  Shin Tae Yong Beri Respons Positif Soal Tertundanya Sisa Laga Liga 1

 

Nilai UFC sendiri pada 2021 diperkirakan mencapai USD9 miliar dengan pendapatan tahunan lebih dari USD800 juta. Sebagai perbandingan, Bellator memiliki valuasi antara USD50 juta hingga USD100 juta dengan pendapatan tahunan sekitar USD100 juta. Perbedaan ini sangat mencolok, mengingat UFC memiliki jangkauan global yang lebih luas dan penggemar yang lebih banyak.

Di tengah dominasi UFC, keputusan Usman Nurmagomedov untuk bergabung dengan Bellator cukup mengejutkan banyak pihak. Dengan usia yang masih muda, Usman melihat Bellator sebagai ajang yang lebih cocok untuk memulai perjalanan kariernya tanpa terlalu cepat berada di bawah bayang-bayang UFC. Usman ingin membangun nama besar klan Nurmagomedov di Bellator dan tidak hanya terfokus pada UFC.

Usman menjelaskan bahwa kehadiran Khabib sebagai pelatih dan mentor di Bellator menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusannya. Khabib, yang pensiun dengan rekor tak terkalahkan, kini fokus menjadi pelatih dan membantu sepupunya dalam menghadapi para pesaing di Bellator. Dukungan penuh dari Khabib tentu memberi motivasi tambahan bagi Usman untuk sukses di ajang Bellator.

“Kami sudah mendapatkan cukup banyak Nurmagomedov pada UFC,” kata Usman dikutip dari MMAJunkie.com.

“Jadi kami harus pindah, jadi itulah mengapa saya memilih Bellator. Mereka juga membutuhkannya,” ucap Usman lagi.

Nurmagomedov mendominasi tidak hanya di UFC, tetapi juga di Bellator. Dalam wawancara dengan MMAJunkie, Usman mengungkapkan bahwa mereka sudah cukup banyak “mengirim” anggota klan ke UFC, hingga saatnya mencoba tantangan baru di Bellator.

Perbedaan antara UFC dan Bellator sangat mencolok, baik dari segi sejarah, kepemilikan, aturan, hingga kualitas petarung. UFC, sebagai promotor terbesar di dunia, memiliki petarung terbaik dan reputasi global yang sulit ditandingi. Namun, Bellator tidak kalah menarik dengan format turnamen dan talenta muda seperti Usman Nurmagomedov yang sedang meniti karier.

Pilihan klan Nurmagomedov untuk menjajal Bellator memberikan dinamika baru dalam dunia MMA. Ini menunjukkan bahwa meskipun UFC adalah yang terbesar, Bellator tetap menjadi pilihan yang menarik bagi para petarung yang ingin menonjolkan karier mereka di level yang berbeda. Bagi penggemar MMA, kedua promotor ini tetap menawarkan pertarungan kelas dunia dengan ciri khas masing-masing.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/