LIGA 2 Indonesia tak mau ketinggalan jauh dari Liga 1. Meski secara level masih di bawah, kompetisi sepak bola kasta kedua Indonesia tersebut berencana untuk menggunakan teknologi canggih Video Assistant Referee (VAR) di setiap pertandingan.
Itu diungkapkan oleh Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ferry Paulus. Dia merencanakan Liga 2 bisa menerapkan teknlologi maju tersebut, mengikuti Liga 1 Indonesia yang sudah mulai dijalankan pada musim 2024/2025. Namun, Ferry menyebut teknologi VAR masih belum akan diterapkan pada Liga 2 2024/2025.
“VAR belum untuk musim ini. Tapi, musim depan kita berkomitmen untuk menghadirkan VAR karena memang kesulitan hadirkan VAR bukan cuma finansial, tapi juga (membutuhkan) infrastruktur klub-klub Liga 2 yang memadai,” kata Ferry Paulus dalam jumpa pers di Pegadaian Tower, Jakarta, Selasa (3/9).
PT LIB selaku operator kompetisi Liga 2 pun mulai mempersiapkan diri untuk mewujudkan keinginan tersebut. Salah satunya dengan mencari sejumlah sumber atau cara untuk mengadopsi VAR di Liga 2.
“Mungkin tak seperti yang Liga 1 lakukan. Jadi, kita sedang mencari caranya karena secara geografis, Liga 2 itu lebih besar dan lebar (penyelenggaraannya). Dari ada ujung Sumatera sampai ujung Timur itu ada,” terang Ferry.
Saat ini klub Liga 2 Indonesia 2024/2025 memang lebih banyak, yakni berjumlah 26 tim. Mereka tersebar di berbagai wilayah dari Pulau Sumatera hingga Papua.
Penyelenggaraan dan home base kontestan Liga 2 tak seperti Liga 1, yang didominasi klub Pulau Jawa dan ditambah sejumlah perwakilan Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara untuk Pulau Papua, sebenarnya ada PSBS Biak. Tapi, juara Liga 2 musim lalu itu sementara berkandang di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Sementara itu, Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan bahwa VAR merupakan solusi untuk memperbaiki kompetisi sepak bola Indonesia. Itu sudah terbukti di Liga 1 2024/2025.
Hingga pekan ketiga bergulir, Erick mengaku belum mendengar adanya komplain dari para perwakilan klub Liga 1 terkait kepemimpinan wasit sejak VAR digunakan. VAR pun disebut olehnya dapat mencegah praktik match fixing.
“Tentu harapannya berlanjut di liga 2. Tapi, butuh stabilitas dulu. Harapannya agar para manajer dan pemilik klub menanamkan permainan bersih,” katanya.
“Siapa yang bermain sabun di Liga 2, pasti saya sikat. Karena tidak mungkin kita bangun liga seperti ini. Saya tahu para pemain sudah berkeringat mencari nafkah dan prestasi. Tapi, kalau matchnya diatur, ya sama saja (bohong),” imbuh Erick.
Erick Thohir pun mendorong agar Liga 2 nantinya bisa jadi kompetisi yang profesional seperti Liga 1. Di satu sisi, dia sadar semua itu butuh waktu.
“Karena itu kita juga dorong penyehatan Liga 2. Pelan-pelan kontribusi Liga 2 nanti naik. Jajaran manajemen liga, entah tahun depan akan mulai menggunakan VAR. Tapi, cashflow harus bagus dulu. Ini saya harapkan berkesinambungan antara Liga 1, Liga 2, dan timnas baik,” pungkas Erick Thohir.(jpc)