PALANGKA
RAYA-Menjelang masa pendaftaran di pilkada Kalteng, bursa
calon gubernur (cagub) maupun calon wakil gubernur (cawagub) semakin memanas.
Nama-nama elite bermunculan. Tak hanya dari politikus, tapi juga berlatar
belakang pengusaha, birokrat, tokoh masyarakat, tokoh agama, terlebih petahana
turut menjadi perbincangan publik. Apalagi ada sinyal kuat dari petahana Sugianto
Sabran kembali maju pada pilkada yang akan digelar 2020 nanti.
Trik dan intrik
mulai dimainkan. Ada yang secara gamblang menyatakan akan maju. Ada yang masih
malu-malu tapi mau akan maju. Ada juga yang masih mencari celah agar bisa maju.
Semuanya, lantaran untuk maju di pilkada, bukan hanya popularitas dan
elektabilitas, tapi juga syarat formal yang harus dimiliki, maju melalui jalur
independen atau diusung oleh partai politik (parpol) dengan jumlah minimal sembilan
kursi di DPRD Kalteng.
Menelisik ramainya
perbincangan publik tentang siapa yang akan menjadi cagub dan cawagub Kalteng,
pengamat politik dan pemerintahan Dr Jhon Retei Alfri Sandi memiliki
pandangannya. Menurutnya, desain pasangan calon pada pilkada amatlah menentukan
keberhasilan pada pertarungan. Baginya, munculnya nama-nama kandidat, selain
faktor popularitas, juga harus diperhitungkan secara matang elektabilitasnya.
“Elektabilitas
relatif cukup ditentukan banyak faktor. Seperti rekam jejak dan potensi
politik. Bisa saja berafiliasi ke partai, dengan standar peluang diusung oleh
parpol. Kemudian, ada SARA, intelektualitas dan sentiment korps, asosiasi,
ormas, dan lain-lainnya,†katanya saat diwawancarai Kalteng Pos, kemarin.
Munculnya sosok
Jukiman, lanjut dia, cukup menarik. “Selain itu, unik dan spekulatif,â€
lanjutnya.
Alasan itu ia
tuangkan, lantaran dilihat dari demografi, mindset publik terhadap latar korps
masih harus perlu pengasahan mendalam agar bisa berpeluang.
Ia juga menyebutkan
nama-nama lainnya yang bisa jadi pertimbangan. Katanya, banyak variabel
seseorang bisa diajukan untuk menjadi calon gubernur maupun wagub.
“Jika memperhatikan
beberapa variabel di atas, maka nama Arton S Dohong, Aty Djodier (Wabup Barsel
Satya Titiek Atyani Djoedir, red), Faridawaty (Ketua DPW NasDem Kalteng Faridawaty
D Atjeh, red), Sigit K Yunianto (Ketua DPRD Kota Palangka Raya, red) dan Sipet
Hermanto (Mantan Kepala Dinas Kehutanan Kalteng, red) jadi sosok yang bagus,â€
lanjut dia.
Tak hanya dari sisi
itu saja, tapi dari akademik juga disampaikannya. Menurutnya, para kandidat
yang berasal dari akademik, seperti Dr Andrie Elia Embang (Rektor Universitas
Palangka Raya), Katma F Dirun (saat ini menjabat kepala Badan Kepegawaian
Daerah Kalteng), Dr Bulkani (Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya),
Dr Ibnu Elmi AS Pelu (Mantan Rektor IAIN Palangka Raya), juga menjadi sosok
yang dinilai cukup kuat.
Selain ukuran itu,
dari birokrat juga banyak nama yang dianggap pantas. Sebut saja seperti Slamet
Winaryo (Kepala Dinas Pendidikan Kalteng), Agus Pramono (Kepala Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kalteng), Leonard S Ampung (Kepala Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kalteng), dan Mofit Saptono Subagio (Plt
Kepala BPBD Kalteng) juga masuk radar.
Di sisi lain,
beberapa waktu terakhir, banyak nama-nama bakal calon yang kerap
diperbincangkan publik bakal maju, baik sebagai cagub maupun cawagub. Sebut
saja seperti Sugianto Sabran yang merupakan incumbent, Habib Ismail Bin Yahya
yang juga seorang petahana, Willy M Yoseph, Abdul Razak, Ujang Iskandar, Riban
Satia, dan Nadalsyah (H Koyem, red). Sebagai seorang petahana, Sugianto kerap
diharapkan berpasangan dengan kandidat yang bakal mendongkrak suaranya dan
melengkapi unsur di pemerintahan. Selain itu, terangnya, skenario untuk
pasangan calon yang bisa mendampingi Sugianto, harus memiliki berbagai unsur.
Sebut saja seperti sosial keagamaan.
“Sebenarnya harus
melihat komposisi paslon usungan partai lain,†terangnya.
Jika dalam skenario
usungan yang lain tidak muncul tokoh muslim-muslim, atau bergelar kai maupun
habib, dia menilai Sugianto-Arton, Sugianto-Aty Djoedir, atau Sugianto-Asdi.
“Jika pasangan calon lain dengan komposisi muslim-muslim kurang kokoh, dapat
diajukan Sugianto-Sigit K Yunianto,†bebernya.
Namun, skenario
Sugianto-Edy Pratowo atau Sugianto-Koyem, Sugianto-Ben Brahim, Sugianto-Mofit,
Sugianto-Slamet, Sugianto-Agus Pramono, dinilainya akan jauh lebih kokoh. “Sisi
lain calon yang mungkin bakal muncul, yakni Willy-Ujang, Willy-Habib,
Ujang-Habib, Willy-Edy Pratowo, Willy-Mariono,†ungkapnya.
Begitu pentingnya
skenario itu, pungkasnya, bukan karena track record pelaksanaan pemilihan di
Kalteng saja, tapi juga demi menguatkan pasangan calon (paslon) kelak. “Di
Kalteng, tren pemilih, selain kemungkinan ada dugaan money politic, aspek
sosial juga cukup memengaruhi. Karena strategi kampanye hitam pasti akan
dipakai,†pungkasnya. (ami/ce/ala)