30.2 C
Jakarta
Thursday, December 5, 2024

Marak Aksi Unjuk Rasa Sempat Melemah, IHSG Kembali Menguat

SETELAH sempat melemah pada Rabu (22/5/2019), Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (23/5/2019) dibuka menguat
4,4 poin atau 0,07 persen ke posisi 5.944,03.

Sementara kelompok 45 saham
unggulan atau Indeks LQ45 bergerak naik 1,43 poin atau 0,15 persen menjadi
923,16.

Aksi unjuk rasa penolakan hasil
pemilihan presiden yang dilakukan oleh massa yang menamakan ‘Gerakan Nasional
Kedaulatan Rakyat’ cukup merepotkan aparat keamanan sepanjang Rabu (22/5).
Stabilitas politik yang terganggu akibat konflik di sejumlah tempat sedikit
banyak berpengaruh di lantai bursa.

IHSG mengakhiri perdagangan
berada di teritori negatif sepanjang hari ini, dan ditutup turun tipis 19,24
poin atau 0,19 persen ke 5.939,63.

Sementara Indeks LQ45 turun 3,40
poin atau 0,4 persen menjadi 921, indeks Jakarta Islamic Index (JII) turun 3,53
poin atau 0,6 persen ke 621, dan indeks IDX30 turun 1,87 poin atau 0,4 persen
ke 508.

Baca Juga :  Ekspor Non Migas Kalteng 2020 Turun 16,27 Persen

Sepanjang perdagangan hari ini,
193 saham menguat, 193 saham melemah, dan 149 saham stagnan. Transaksi
perdagangan mencapai Rp 6,8 triliun dari 16,3 miliar lembar saham diperdagangkan.

Analis Senior PT KGI Sekuritas
Indonesia, Yuganur Wijanarko mengatakan, penurunan IHSG hari ini lantaran
pergerakan saham telah mengalami kenaikan sejak awal pekan.

“IHSG rawan mengalami penurunan
akibat aksi ambil untung pada saham-saham yang telah mengalami kenaikan
tinggi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (22/5).

Yuganur menjelaskan, secara
teknikal, laju IHSG masih memiliki ruang untuk melanjutkan proses penguatan
dalam rentang jangka menengah.

“Pelaku pasar dapat melakukan
aksi jual untuk ambil untung setelah kenaikan dari level 5.770 selama beberapa
hari terakhir,” tandasnya.

Sementara Ekonom Institute for
Development on Economic (INDEF) Bhima Yudhistira menyatakan, indikator jangka
pendek dari reaksi investor terlihat dari nilai kurs rupiah yang mengalami
pelemahan. Selain itu, kata dia, perdagangan pasar saham juga sedikit
tergoncang dengan turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di pasar saham.

Baca Juga :  Indonesia Menarik Tujuan Investasi, Direktur Utama BRI Ungkap Optimisme Kinerja

“Diperkirakan rupiah bergerak
melemah ke range 14.500-14.580 per USD. Sedangkan IHSG menurun tipis di
5.900-5.930,” kata Bhima ketika dihubungi JawaPos.com, Rabu (22/5).

Dia mengatakan, adanya gejolak
politik yang memanas pasca pemilihan presiden juga berpengaruh terhadap outlook
ekonomi sepanjang 2019. Menurutnya, investor khususnya asing masih lakukan
posisi menahan (hold) realisasi investasi langsung.

“Ini kondisi yang harus
diwaspadai. Padahal investasi dan ekspor adalah motor penggerak utama yang
diharapkan selain konsumsi rumah tangga,” pungkasnya.

Selain itu, katanya, pusat
perbelanjaan atau sektor retail dinilai paling berdampak atas aksi unjuk rasa
tersebut. Di momentum persiapan belanja lebaran, masyarakat kemudian menjadi
menahan diri ke pusat perbelanjaan akibat situasi politik nasional yang tidak
stabil. (JPC/nto/KPC)

SETELAH sempat melemah pada Rabu (22/5/2019), Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (23/5/2019) dibuka menguat
4,4 poin atau 0,07 persen ke posisi 5.944,03.

Sementara kelompok 45 saham
unggulan atau Indeks LQ45 bergerak naik 1,43 poin atau 0,15 persen menjadi
923,16.

Aksi unjuk rasa penolakan hasil
pemilihan presiden yang dilakukan oleh massa yang menamakan ‘Gerakan Nasional
Kedaulatan Rakyat’ cukup merepotkan aparat keamanan sepanjang Rabu (22/5).
Stabilitas politik yang terganggu akibat konflik di sejumlah tempat sedikit
banyak berpengaruh di lantai bursa.

IHSG mengakhiri perdagangan
berada di teritori negatif sepanjang hari ini, dan ditutup turun tipis 19,24
poin atau 0,19 persen ke 5.939,63.

Sementara Indeks LQ45 turun 3,40
poin atau 0,4 persen menjadi 921, indeks Jakarta Islamic Index (JII) turun 3,53
poin atau 0,6 persen ke 621, dan indeks IDX30 turun 1,87 poin atau 0,4 persen
ke 508.

Baca Juga :  Ekspor Non Migas Kalteng 2020 Turun 16,27 Persen

Sepanjang perdagangan hari ini,
193 saham menguat, 193 saham melemah, dan 149 saham stagnan. Transaksi
perdagangan mencapai Rp 6,8 triliun dari 16,3 miliar lembar saham diperdagangkan.

Analis Senior PT KGI Sekuritas
Indonesia, Yuganur Wijanarko mengatakan, penurunan IHSG hari ini lantaran
pergerakan saham telah mengalami kenaikan sejak awal pekan.

“IHSG rawan mengalami penurunan
akibat aksi ambil untung pada saham-saham yang telah mengalami kenaikan
tinggi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (22/5).

Yuganur menjelaskan, secara
teknikal, laju IHSG masih memiliki ruang untuk melanjutkan proses penguatan
dalam rentang jangka menengah.

“Pelaku pasar dapat melakukan
aksi jual untuk ambil untung setelah kenaikan dari level 5.770 selama beberapa
hari terakhir,” tandasnya.

Sementara Ekonom Institute for
Development on Economic (INDEF) Bhima Yudhistira menyatakan, indikator jangka
pendek dari reaksi investor terlihat dari nilai kurs rupiah yang mengalami
pelemahan. Selain itu, kata dia, perdagangan pasar saham juga sedikit
tergoncang dengan turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di pasar saham.

Baca Juga :  Indonesia Menarik Tujuan Investasi, Direktur Utama BRI Ungkap Optimisme Kinerja

“Diperkirakan rupiah bergerak
melemah ke range 14.500-14.580 per USD. Sedangkan IHSG menurun tipis di
5.900-5.930,” kata Bhima ketika dihubungi JawaPos.com, Rabu (22/5).

Dia mengatakan, adanya gejolak
politik yang memanas pasca pemilihan presiden juga berpengaruh terhadap outlook
ekonomi sepanjang 2019. Menurutnya, investor khususnya asing masih lakukan
posisi menahan (hold) realisasi investasi langsung.

“Ini kondisi yang harus
diwaspadai. Padahal investasi dan ekspor adalah motor penggerak utama yang
diharapkan selain konsumsi rumah tangga,” pungkasnya.

Selain itu, katanya, pusat
perbelanjaan atau sektor retail dinilai paling berdampak atas aksi unjuk rasa
tersebut. Di momentum persiapan belanja lebaran, masyarakat kemudian menjadi
menahan diri ke pusat perbelanjaan akibat situasi politik nasional yang tidak
stabil. (JPC/nto/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru