33 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Melebihi Asumsi, Defisit APBN Bisa Capai Angka Rp 310 Triliun

DEFISIT Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  (APBN) 2019 berpotensi mencapai 1,93 persen
terhadap produk domestik bruto (PDB) atau sebesar Rp310,8 triliun. Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, lubang defisit fiskal itu lebih
besar dibanding asumsi defisit dalam APBN 2019 yang sebesar 1,84 persen PDB
atau Rp 296 triliun.

Sri Mulyani mengatakan, lebih
tingginya perkiraan defisit APBN dibanding asumsi atau target defisit karena
tekanan terhadap penghimpunan pendapatan negara, yang juga merupakan imbas dari
perlambatan perekonomian global.

“‘Outlook’ (perkiraan) APBN
2019 untuk defisit di atas yang ditetapkan untuk 2019, tapi dengan deviasi yang
tidak terlalu jauh. Hal ini karena ada tekanan penerimaan dan perlambatan
ekonomi global,” katanya dalam rapat Badan Anggaran DPR di Kompleks
Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Perkiraan defisit itu berdasarkan
proyeksi belanja negara akan mencapai Rp2.341,6 triliun atau sebesar 95,1
persen dari pagu APBN 2019 yang sebesar Rp 2.461.1 triliun. Sedangkan,
pendapatan negara diperkirakan Sri Mulyani lebih rendah dari belanja negara, yakni
Rp 2.030,8 triliun atau sebesar 93,8 persen dari pagu APBN 2019 yang sebesar Rp
2.165,1 triliun.

Baca Juga :  Makin Mudah, Pengguna BRImo Kini Bisa Cek Saldo Lewat Chat Banking

Jika merujuk pada realisasi APBN
2019 untuk semester I 2019, pencairan belanja negara mencapai Rp 1.034,5
triliun, dengan pendapatan negara sebesar Rp898,8 triliun. Oleh karena itu,
defisit APBN 2019 hingga semester I 2019 sebesar 0,84 persen PDB atau 135,8
triliun.

Namun, Sri Mulyani menyebutkan
tekanan dan risiko fiskal terhadap kinerja instrumen fiskal hingga saat ini
masih dapat dikendalikan.

“Kinerja fiskal sampai
dengan semester I 2019 cukup baik ditandai dengan pendapatan negara yang tetap
tumbuh dan kinerja belanja negara yang meningkat serta manajemen pengelolaan
kas semakin baik ditandai dengan Silpa (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun
Berkenaan) yang lebih rendah,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia
itu.

Baca Juga :  Sukses Jadi AgenBRILink, Ibu Muda Asal Ciamis Angkat Ekonomi Keluarga

Selain itu, asumsi dasar makro
ekonomi untuk semester II 2019 berdasarkan kajian perekonomian hingga
pertengahan tahun ini, di antaranya untuk pergerakan kurs rupiah yang
diproyeksikan di kisaran Rp14.303 per dolar, atau lebih kuat dibanding asumsi
sebelumnya di APBN 2019 yang sebesar Rp15.000 per dolar AS.

Dengan proyeksi kurs pada paruh
kedua 2019 yang sebesar Rp14.303 per dolar AS, maka untuk perkiraan (outlook)
keseluruhan 2019 sebesar Rp 14.250 per dolar AS. “Sementara hingga
semester I 2019, asumsi dasar kurs rupiah masih bergerak di Rp 14.197 per dolar
AS,” ujar Sri Mulyani. (indopos/kpc)

DEFISIT Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  (APBN) 2019 berpotensi mencapai 1,93 persen
terhadap produk domestik bruto (PDB) atau sebesar Rp310,8 triliun. Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, lubang defisit fiskal itu lebih
besar dibanding asumsi defisit dalam APBN 2019 yang sebesar 1,84 persen PDB
atau Rp 296 triliun.

Sri Mulyani mengatakan, lebih
tingginya perkiraan defisit APBN dibanding asumsi atau target defisit karena
tekanan terhadap penghimpunan pendapatan negara, yang juga merupakan imbas dari
perlambatan perekonomian global.

“‘Outlook’ (perkiraan) APBN
2019 untuk defisit di atas yang ditetapkan untuk 2019, tapi dengan deviasi yang
tidak terlalu jauh. Hal ini karena ada tekanan penerimaan dan perlambatan
ekonomi global,” katanya dalam rapat Badan Anggaran DPR di Kompleks
Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Perkiraan defisit itu berdasarkan
proyeksi belanja negara akan mencapai Rp2.341,6 triliun atau sebesar 95,1
persen dari pagu APBN 2019 yang sebesar Rp 2.461.1 triliun. Sedangkan,
pendapatan negara diperkirakan Sri Mulyani lebih rendah dari belanja negara, yakni
Rp 2.030,8 triliun atau sebesar 93,8 persen dari pagu APBN 2019 yang sebesar Rp
2.165,1 triliun.

Baca Juga :  Makin Mudah, Pengguna BRImo Kini Bisa Cek Saldo Lewat Chat Banking

Jika merujuk pada realisasi APBN
2019 untuk semester I 2019, pencairan belanja negara mencapai Rp 1.034,5
triliun, dengan pendapatan negara sebesar Rp898,8 triliun. Oleh karena itu,
defisit APBN 2019 hingga semester I 2019 sebesar 0,84 persen PDB atau 135,8
triliun.

Namun, Sri Mulyani menyebutkan
tekanan dan risiko fiskal terhadap kinerja instrumen fiskal hingga saat ini
masih dapat dikendalikan.

“Kinerja fiskal sampai
dengan semester I 2019 cukup baik ditandai dengan pendapatan negara yang tetap
tumbuh dan kinerja belanja negara yang meningkat serta manajemen pengelolaan
kas semakin baik ditandai dengan Silpa (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun
Berkenaan) yang lebih rendah,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia
itu.

Baca Juga :  Sukses Jadi AgenBRILink, Ibu Muda Asal Ciamis Angkat Ekonomi Keluarga

Selain itu, asumsi dasar makro
ekonomi untuk semester II 2019 berdasarkan kajian perekonomian hingga
pertengahan tahun ini, di antaranya untuk pergerakan kurs rupiah yang
diproyeksikan di kisaran Rp14.303 per dolar, atau lebih kuat dibanding asumsi
sebelumnya di APBN 2019 yang sebesar Rp15.000 per dolar AS.

Dengan proyeksi kurs pada paruh
kedua 2019 yang sebesar Rp14.303 per dolar AS, maka untuk perkiraan (outlook)
keseluruhan 2019 sebesar Rp 14.250 per dolar AS. “Sementara hingga
semester I 2019, asumsi dasar kurs rupiah masih bergerak di Rp 14.197 per dolar
AS,” ujar Sri Mulyani. (indopos/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru