KALTENGPOS.CO – Bank Indonesia (BI) menyebutkan kinerja penjualan
eceran anjlok pada Mei 2020. Indikator penurunan tersebut tercermin dari Indeks
Penjualan Riil (IPR) sebesar 198,3 atau turun 20,6 persen secara tahunan.
Direktur Eksekutif Kepala
Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, penurunan penjualan
bersumber dari kontraksi penjualan di seluruh kelompok komoditas yang dipantau.
“Penurunan terdalam pada
subkelompok sandang serta kelompok barang budaya dan rekreasi,†katanya dalam
laman resmi BI, seperti dikutip Rabu (8/7).
Rincian penurunan IPR, yakni
untuk sub-kelompok sandang hanya 62,45 atau anjlok 74 persen. Sementara, IPR
barang budaya dan rekreasi turun 53 persen. Kinerja penjualan eceran menurun di
hampir seluruh kota yang disurvei.
Dari sepuluh kota yang disurvei,
penurunan terdalam terjadi pada DKI Jakarta sebesar minus 59,8 persen,
Banjarmasin minus 38,3 persen, dan Denpasar minus 33,5 persen. Penurunan
penjualan tersebut disebabkan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi virus corona.
Sementara pada Juni 2020, kinerja
penjualan eceran diperkirakan akan membaik meskipun masih fase kontraksi.
Penguatan ini diperkirakan dari pertumbuhan IPR sebesar minus 14,4 persen pada
Juni 2020. Penurunan persentase ini tidak sedalam kontraksi penjualan pada Mei
2020.
“Kinerja penjualan diperkirakan
akan membaik terutama pada kelompok makanan, minuman, tembakau dan bahan bakar
kendaraan bermotor,†paparnya.
Di sisi lain, katanya, tekanan
kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam tiga dan enam bulan mendatang
diprediksi menurun. Ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) pada
Agustus dan November yang akan datang masing-masing sebesar 138,6 dan 142,5,
lebih rendah dibandingkan dengan 162,4 dan 146,4 pada Juli dan Oktober 2020.
“Kondisi tersebut disebabkan
responden cenderung masih menjaga harga jual untuk mempertahankan level
permintaan,†ungkapnya.
Terpisah, ekonom dari Institute
for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan
penurunan IPR terjadi lantaran saat itu belum ada program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) akibat Covid-19.
“Indeks Penjualan Riil pada bulan
Mei memang otomatis masih rendah sebab pada bulan itu pemerintah belum
mengagendakan program PEN,†ujarnya kepada Fajar Indonesia Network (FIN),
kemarin (8/7).
Sehingga menurutnya kinerja
penjualan eceran akan mulai membaik diperkirakan pada akhir tahun 2021 setelah
pemerintah mengucurkan anggaran PEN pada Juni 2020 ke tengah-tengah masyarakat
yang terdampak Covid-19. “Sangat tergantung efektivitas PEN dan juga penyebaran
Covid-19, kalau efektif paling cepat Desember, tapi kalau tidak efektif bisa
hingga akhir tahun depan,†pungkasnya.