25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Harga Cabai Naik, Inflasi Bisa Ikut Naik

PALANGKA RAYA,
PROKALTENG.CO

– Dua hari terakhir harga cabai di Kalteng melambung tinggi hingga Rp100 ribu
per kilogram. Kondisi ini tentu akan berdampak pada inflasi Kalteng pada akhir
bulan nanti. Meski, saat ini belum diketahui inflasi yang disebabkan oleh cabai
yang melonjak tinggi ini.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng
Yudo Herlambang mengatakan, penghitungan inflasi itu dilakukan setiap sebulan
sekali.  Terhadap kenaikan harga cabai
nanti akan diketahui inflasinya akhir bulan nanti. Saat ini, kenaikan harga
cabai masih berada di awal bulan, meskipun harapannya kenaikan ini tidak
berangsur-angsur.

“Saat ini kan masih awal bulan, memang pasti sedikit
banyak akan ada inflasi, hanya saja yang perlu kita ketahui jangan
berandai-andai terlebih dahulu,” kata Yudo, Kamis (7/1).

Diungkapkannya, dengan kurangnya stok cabai ini
justru pihaknya meminta agar masyarakat mulai membiasakan mandiri dengan
menanam cabai di rumah dengan media yang sederhana. Apalagi, kebutuhan rumah
tangga juga tidak terlalu besar untuk cabai.

“Masyarakat jangan terlalu bergantung pada pasokan
dari luar Kalteng, apalagi untuk kebutuhan rumah tangga tidak terlalu besar
bisa menanam sendiri,” katanya.

Baca Juga :  BRI Sukseskan Pelatihan Sertifikasi TKDN dan UMKM di HUT Ke-43 Dekranas

Dijelaskannya, berdasarkan pantauannya terhadap
kenaikan cabai ini lantaran adanya perubahan musim di Pulau Jawa, yakni musim
hujan yang berdampak pada panen cabai para petani. Mengingat, pasokan cabai di
Kalteng hingga saat ini juga masih dari Pulau Jawa.

“Dengan curah hujan tinggi sehingga kematangan cabai
agak tertunda, kemudian beberapa sentra itu habis masa panennya termasuk yang
ada di Kalteng, sehingga setok di pasar berkurang. Selanjutnya, secara umum,
apabila penawaran permintaan tinggi dan pasokan yang tersedia sedikit maka
harga menjadi naik,” jelasnya kepada Kalteng Pos.

Selebihnya, terhadap bahan pangan lainnya hingga
saat ini masih stabil, meskipun adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) di Pulau Jawa dan Bali. Pasalnya, kondisi ini tidak pula
mempengaruhi pasokan bahan pangan ke Kalteng.

“Kami lihat sampai saat ini belum ada kendala, untuk
kebutuhan bahan pangan saya rasa tidak terhambat karena tidak terdampak PSBB,
tentu pemberlakuan PSBB juga sudah diperhitungkan pemerintah, ada pengecualian
terhadap distribusi pangan seperti yang sudah dilakukan beberapa waktu
terakhir,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalteng,
Lilis Suriani. pihaknya terus memantau harga dan ketersediaan cabai sebagai
kebutuhan pangan masyarakat Kalteng.

Baca Juga :  Mudah & Suku Bunga Kompetitif, 10 Menit Ajukan Pinjaman dengan BRI Ceria

“Pada bulan Desember 2020 lalu, cuaca memang
tidak menentu dan sering hujan, gelombang besar yang mengakibatkan banjir
membuat produksi menjadi tak maksimal,” ungkapnya, Kamis (7/1).

Dilanjutkannya, Dinas Ketahanan Pangan akan memantau
tetap harga cabai uang kini tembus angka Rp 100 ribu per kilonya. Kendati
demikian, walau cabai mahal, stok tetap tersedia dan permintaan masyarakat
selalu ada.

“Meskipun mahal, tapi tidak membuat gejolak di
masyarakat. Karena masyarakat memang perlu yang biasanya beli 1 kilo menjadi
dikurangi beli per ons,” ungkapnya.

Pihaknya hanya memantau ketahanan pangan supaya
pasokan ketersediaan bahan kebutuhan pangan masyarakat Kalimantan Tengah tetap
terpenuhi dan dengan harga masih dalam batas wajar.

Sementara itu, demi menjaga ketahanan pangan pada masa
pandemi Covid-19, Kalteng telah membentuk Satgas Ketahanan Pangan sesuai
Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah nomor 188.44/397/2020.

Di dalamnya sejumlah lembaga dan instansi dilibatkan
untuk memonitoring dan mengevaluasi terhadap ketersediaan, keamanan dan
distribusi pangan di Kalimantan Tengah.

PALANGKA RAYA,
PROKALTENG.CO

– Dua hari terakhir harga cabai di Kalteng melambung tinggi hingga Rp100 ribu
per kilogram. Kondisi ini tentu akan berdampak pada inflasi Kalteng pada akhir
bulan nanti. Meski, saat ini belum diketahui inflasi yang disebabkan oleh cabai
yang melonjak tinggi ini.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng
Yudo Herlambang mengatakan, penghitungan inflasi itu dilakukan setiap sebulan
sekali.  Terhadap kenaikan harga cabai
nanti akan diketahui inflasinya akhir bulan nanti. Saat ini, kenaikan harga
cabai masih berada di awal bulan, meskipun harapannya kenaikan ini tidak
berangsur-angsur.

“Saat ini kan masih awal bulan, memang pasti sedikit
banyak akan ada inflasi, hanya saja yang perlu kita ketahui jangan
berandai-andai terlebih dahulu,” kata Yudo, Kamis (7/1).

Diungkapkannya, dengan kurangnya stok cabai ini
justru pihaknya meminta agar masyarakat mulai membiasakan mandiri dengan
menanam cabai di rumah dengan media yang sederhana. Apalagi, kebutuhan rumah
tangga juga tidak terlalu besar untuk cabai.

“Masyarakat jangan terlalu bergantung pada pasokan
dari luar Kalteng, apalagi untuk kebutuhan rumah tangga tidak terlalu besar
bisa menanam sendiri,” katanya.

Baca Juga :  BRI Sukseskan Pelatihan Sertifikasi TKDN dan UMKM di HUT Ke-43 Dekranas

Dijelaskannya, berdasarkan pantauannya terhadap
kenaikan cabai ini lantaran adanya perubahan musim di Pulau Jawa, yakni musim
hujan yang berdampak pada panen cabai para petani. Mengingat, pasokan cabai di
Kalteng hingga saat ini juga masih dari Pulau Jawa.

“Dengan curah hujan tinggi sehingga kematangan cabai
agak tertunda, kemudian beberapa sentra itu habis masa panennya termasuk yang
ada di Kalteng, sehingga setok di pasar berkurang. Selanjutnya, secara umum,
apabila penawaran permintaan tinggi dan pasokan yang tersedia sedikit maka
harga menjadi naik,” jelasnya kepada Kalteng Pos.

Selebihnya, terhadap bahan pangan lainnya hingga
saat ini masih stabil, meskipun adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) di Pulau Jawa dan Bali. Pasalnya, kondisi ini tidak pula
mempengaruhi pasokan bahan pangan ke Kalteng.

“Kami lihat sampai saat ini belum ada kendala, untuk
kebutuhan bahan pangan saya rasa tidak terhambat karena tidak terdampak PSBB,
tentu pemberlakuan PSBB juga sudah diperhitungkan pemerintah, ada pengecualian
terhadap distribusi pangan seperti yang sudah dilakukan beberapa waktu
terakhir,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalteng,
Lilis Suriani. pihaknya terus memantau harga dan ketersediaan cabai sebagai
kebutuhan pangan masyarakat Kalteng.

Baca Juga :  Mudah & Suku Bunga Kompetitif, 10 Menit Ajukan Pinjaman dengan BRI Ceria

“Pada bulan Desember 2020 lalu, cuaca memang
tidak menentu dan sering hujan, gelombang besar yang mengakibatkan banjir
membuat produksi menjadi tak maksimal,” ungkapnya, Kamis (7/1).

Dilanjutkannya, Dinas Ketahanan Pangan akan memantau
tetap harga cabai uang kini tembus angka Rp 100 ribu per kilonya. Kendati
demikian, walau cabai mahal, stok tetap tersedia dan permintaan masyarakat
selalu ada.

“Meskipun mahal, tapi tidak membuat gejolak di
masyarakat. Karena masyarakat memang perlu yang biasanya beli 1 kilo menjadi
dikurangi beli per ons,” ungkapnya.

Pihaknya hanya memantau ketahanan pangan supaya
pasokan ketersediaan bahan kebutuhan pangan masyarakat Kalimantan Tengah tetap
terpenuhi dan dengan harga masih dalam batas wajar.

Sementara itu, demi menjaga ketahanan pangan pada masa
pandemi Covid-19, Kalteng telah membentuk Satgas Ketahanan Pangan sesuai
Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah nomor 188.44/397/2020.

Di dalamnya sejumlah lembaga dan instansi dilibatkan
untuk memonitoring dan mengevaluasi terhadap ketersediaan, keamanan dan
distribusi pangan di Kalimantan Tengah.

Terpopuler

Artikel Terbaru