31.4 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Usaha Olahan Ikan Khas Kalteng Sukses Pasarkan Produk Sampai ke Luar Daerah

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Yuliatma (56) tampak puas dengan usaha yang dijalaninya. Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan (Poklahsar) Tampung Parei milik Yuliatma yang menjual oleh-oleh Khas Kalimantan Tengah (Kalteng) berupa olahan ikan lokal ini sukses memasarkan produknya sampai ke tingkat Nasional.

Berbagai macam olahan dari ikan sungai tersusun rapi di etalase rumah produksi milik Yuliatma di Jalan Tingang VIIB atau Jalan Bukit Pengharapan No.2 Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya.

Lokasinya di sudut kota dengan perkiraan jarak 5 kilometer dari perkotaan. Rumah tersebut bersebelahan dengan rumah pribadinya. Produk olahan yang dijual seperti Keripik Saluang, Keripik Lais, Amplang Ikan Pipih, Amplang Ikan Gabus, Abon Ikan Gabus, dan Wadi menjadi oleh-oleh khas Palangkaraya Provinsi Kalteng.

Yuliatma mengakui, salah satu yang membantu kesuksesan dalam berusahanya yakni dari bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI).

”Pernah meminjam KUR BRI. Jadi nasabah BRI dulu pinjaman KUR Rp 20 juta sampai Rp 25 juta. Itu sangat membantu dalam usaha,” ujarnya, Minggu (21/4).

Dia menjelaskan, pinjaman KUR BRI dipergunakan untuk membeli peralatan dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi. Salah satunya juga untuk pembuatan kemasan produk.

”Kita biasa produksi lumayan banyak sehari rata-rata 30 kilogram (olahan ikan),”bebernya.

Yuliatma menceritakan sebelum ada pinjaman modal, produksi olahan ikan hanya menggunakan modal pribadi seadanya.

”Tapi setelaha ada KUR BRI sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas kami. Kami kadang-kadang beli alat, kami juga dibantu peralatan kemarin dari BI. Dulu gak punya spiner, spiner harganya 5 juta dan sekarang sudah ada yang kecil -kecil. Jadi kami pinjam modal untuk beli spiner, peralatan yang lain. Sampai sekarang, selain dari BI, bantuan KUR ini sudah bisa menjalankan aktivitas produksi,” jelasnya.

Baca Juga :  Dedikasi PLN Memajukan Negeri, Desa Pesisir Paling Ujung Kalteng Nikmati Listrik 24 Jam

Sebelum memulai usaha, ide membuat olahan ikan ini muncul ketika ibu tiga anak ini memiliki kesukaannya di bidang kuliner. Pada saat itu ia mengikuti lomba masak di daerah pulau Jawa tingkat Nasional.

”Saya liat punya orang, jadi iri dengan produk yang di Jawa. Jadi saat itu ada lomba masak tingkat nasional. Sepulangnya dari sana, kepikiran apa yang saya olah untuk Palangkaraya. Saya coba-coba, ternyata dapat satu produk yang ada Keripik Saluang dengan modal Rp 200 ribu,” jelasnya.

Produk Keripik Saluang itu yang menjadi awal mula merintis usaha Yuliatma ini. Modal yang kecil itu akhirnya bisa berkembang dan akhirnya Yuliatma memutuskan untuk melepas usaha kantin yang saat itu sudah berjalan 8 tahun dan fokus usaha olahan ikan tersebut.

”Nyaman di UMKM, karena pasionnya enak. Saya bekerja di rumah, saya bisa produktif dan sampai sekarang mempromosi produk khas Kalteng hampir di seluruh Indonesia,” terangnya.

Selain bantuan KUR BRI, Yuliatma juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah (Pemda) hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Bantuan dari KKP ini yakni berupa rumah produksi.

”Rumah produksi dari KKP melalui Gubernur Kalteng. Awalnya memang agak kecil yang punya pribadi dan akhirnya dijadikan tempat layak sesuai dengan standar dari produk KKP,” imbuhnya.

Baca Juga :  Di Dukung BRI, Ini Perjalanan Start Up Plépah di Hannover Messe 2023

Awal mula berjualan, Yuliatma menyebut produksinya hanya sekitar 20 kilogram dalam seminggu. Oleh karena itu, ia mulai mencoba menjualkan dari satu toko secara bertahap dan mengalami peningkatan. Hingga sekarang, Tampung Parei sudah memasarkan lebih dari 15 toko outlet di Palangkaraya.

”Saya nyoba dari satu toko, akhirnya 2, 3, dan 4 toko dan sampai sekarang lebih dari 15 toko di Palangkaraya, toko oleh-oleh, kantin Korem, Bhayangkara, dan Bandara,” bebernya.

Produk dari Tampung Parei ini, sebut Yuliatma sudah dipasarkan pada berbagai ajang pameran di daerah Kalteng maupun di luar daerah Kalteng.

Kini, penghasilan omset dari Tampung Parei ini sudah sekitar kurang lebih Rp.30 juta per bulan dengan jumlah 4 anggota yang mengelola. Dari usaha ini, Yuliatma bisa menyekolahkan tiga anaknya sampai kuliah.

Sementara itu, Manajer Bisnis Mikro BRI Cabang Palangkaraya Menoto A Kalit mengungkapkan, kebutuhan kredit KUR ditentukan dengan dua tujuan penggunaan kredit. Diantaranya yakni untuk modal kerja dan investasi.

”Misalkan contoh orang beli sembako, dia mengajuan untuk penambahan stok barang, otomatis larinya ke modal kerja, beda cerita kalau misalkan dia nanti permohonannnya untuk perluasan tempat usaha, atau pembelian aset untuk menunjang keperluan bisnis dia itu larinya ke investasi,” ujarnya.

Menoto menjelaskan, layanan KUR BRI di Palangkaraya terbanyak pada sektor perdagangan.

”Komitmen BRI mensejahterakan UMKM dengan penyaluran KUR dan BRI sebagai finansial advisor sehingga UMKM dapat naik kelas dan dapat meningkatkan perekonomian,”imbuhnya. (hfz)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Yuliatma (56) tampak puas dengan usaha yang dijalaninya. Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan (Poklahsar) Tampung Parei milik Yuliatma yang menjual oleh-oleh Khas Kalimantan Tengah (Kalteng) berupa olahan ikan lokal ini sukses memasarkan produknya sampai ke tingkat Nasional.

Berbagai macam olahan dari ikan sungai tersusun rapi di etalase rumah produksi milik Yuliatma di Jalan Tingang VIIB atau Jalan Bukit Pengharapan No.2 Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya.

Lokasinya di sudut kota dengan perkiraan jarak 5 kilometer dari perkotaan. Rumah tersebut bersebelahan dengan rumah pribadinya. Produk olahan yang dijual seperti Keripik Saluang, Keripik Lais, Amplang Ikan Pipih, Amplang Ikan Gabus, Abon Ikan Gabus, dan Wadi menjadi oleh-oleh khas Palangkaraya Provinsi Kalteng.

Yuliatma mengakui, salah satu yang membantu kesuksesan dalam berusahanya yakni dari bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI).

”Pernah meminjam KUR BRI. Jadi nasabah BRI dulu pinjaman KUR Rp 20 juta sampai Rp 25 juta. Itu sangat membantu dalam usaha,” ujarnya, Minggu (21/4).

Dia menjelaskan, pinjaman KUR BRI dipergunakan untuk membeli peralatan dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi. Salah satunya juga untuk pembuatan kemasan produk.

”Kita biasa produksi lumayan banyak sehari rata-rata 30 kilogram (olahan ikan),”bebernya.

Yuliatma menceritakan sebelum ada pinjaman modal, produksi olahan ikan hanya menggunakan modal pribadi seadanya.

”Tapi setelaha ada KUR BRI sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas kami. Kami kadang-kadang beli alat, kami juga dibantu peralatan kemarin dari BI. Dulu gak punya spiner, spiner harganya 5 juta dan sekarang sudah ada yang kecil -kecil. Jadi kami pinjam modal untuk beli spiner, peralatan yang lain. Sampai sekarang, selain dari BI, bantuan KUR ini sudah bisa menjalankan aktivitas produksi,” jelasnya.

Baca Juga :  Dedikasi PLN Memajukan Negeri, Desa Pesisir Paling Ujung Kalteng Nikmati Listrik 24 Jam

Sebelum memulai usaha, ide membuat olahan ikan ini muncul ketika ibu tiga anak ini memiliki kesukaannya di bidang kuliner. Pada saat itu ia mengikuti lomba masak di daerah pulau Jawa tingkat Nasional.

”Saya liat punya orang, jadi iri dengan produk yang di Jawa. Jadi saat itu ada lomba masak tingkat nasional. Sepulangnya dari sana, kepikiran apa yang saya olah untuk Palangkaraya. Saya coba-coba, ternyata dapat satu produk yang ada Keripik Saluang dengan modal Rp 200 ribu,” jelasnya.

Produk Keripik Saluang itu yang menjadi awal mula merintis usaha Yuliatma ini. Modal yang kecil itu akhirnya bisa berkembang dan akhirnya Yuliatma memutuskan untuk melepas usaha kantin yang saat itu sudah berjalan 8 tahun dan fokus usaha olahan ikan tersebut.

”Nyaman di UMKM, karena pasionnya enak. Saya bekerja di rumah, saya bisa produktif dan sampai sekarang mempromosi produk khas Kalteng hampir di seluruh Indonesia,” terangnya.

Selain bantuan KUR BRI, Yuliatma juga mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah (Pemda) hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Bantuan dari KKP ini yakni berupa rumah produksi.

”Rumah produksi dari KKP melalui Gubernur Kalteng. Awalnya memang agak kecil yang punya pribadi dan akhirnya dijadikan tempat layak sesuai dengan standar dari produk KKP,” imbuhnya.

Baca Juga :  Di Dukung BRI, Ini Perjalanan Start Up Plépah di Hannover Messe 2023

Awal mula berjualan, Yuliatma menyebut produksinya hanya sekitar 20 kilogram dalam seminggu. Oleh karena itu, ia mulai mencoba menjualkan dari satu toko secara bertahap dan mengalami peningkatan. Hingga sekarang, Tampung Parei sudah memasarkan lebih dari 15 toko outlet di Palangkaraya.

”Saya nyoba dari satu toko, akhirnya 2, 3, dan 4 toko dan sampai sekarang lebih dari 15 toko di Palangkaraya, toko oleh-oleh, kantin Korem, Bhayangkara, dan Bandara,” bebernya.

Produk dari Tampung Parei ini, sebut Yuliatma sudah dipasarkan pada berbagai ajang pameran di daerah Kalteng maupun di luar daerah Kalteng.

Kini, penghasilan omset dari Tampung Parei ini sudah sekitar kurang lebih Rp.30 juta per bulan dengan jumlah 4 anggota yang mengelola. Dari usaha ini, Yuliatma bisa menyekolahkan tiga anaknya sampai kuliah.

Sementara itu, Manajer Bisnis Mikro BRI Cabang Palangkaraya Menoto A Kalit mengungkapkan, kebutuhan kredit KUR ditentukan dengan dua tujuan penggunaan kredit. Diantaranya yakni untuk modal kerja dan investasi.

”Misalkan contoh orang beli sembako, dia mengajuan untuk penambahan stok barang, otomatis larinya ke modal kerja, beda cerita kalau misalkan dia nanti permohonannnya untuk perluasan tempat usaha, atau pembelian aset untuk menunjang keperluan bisnis dia itu larinya ke investasi,” ujarnya.

Menoto menjelaskan, layanan KUR BRI di Palangkaraya terbanyak pada sektor perdagangan.

”Komitmen BRI mensejahterakan UMKM dengan penyaluran KUR dan BRI sebagai finansial advisor sehingga UMKM dapat naik kelas dan dapat meningkatkan perekonomian,”imbuhnya. (hfz)

Terpopuler

Artikel Terbaru