PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar nonton bareng (nobar) Film Lafran di salah satu bioskop Kota Palangkaraya, Selasa (18/6) malam.
Kegiatan nobar ini dihadiri Koordinator Presidium Majelis Nasional (MN) KAHMI Ahmad Doli Kurnia, Ketua Umum Majelis Wilayah KAHMI Kalteng, Abdul Razak, beserta jajaran pengurus dan para alumni, serta kader-kader HMI.
Ahmad Doli Kurnia mengatakan Kota Palangkaraya merupakan kota ke 19 yang dihadiri untuk nobar film Lafran dan jumlah saat ini sudah 25.000. Ia berharap penonton film Lafran bisa mencapai 1,5 juta.
”Rencana ada 35 kota dalam rangka untuk mensosialisasikan film yang diproduksi oleh keluarga besar HMI dan KAHMI. Film ini film biopik bercerita tentang seorang tokoh yang bernama Lafran Fane, beliau adalah seorang mahasiswa yang mendirikan HMI,” ujarnya.
”Film ini bukan hanya sekedar cerita ketokohan seorang Lafran, juga bukan hanya sekedar bercerita tentang lahirnya HMI. Tetapi juga menceritakan perjalanan bangsa ini bagaimana waktu itu masyarakat Indonesia ini sangat sungguh-sungguh untuk merebut kemerdekaan, melawan penjajahan Belanda, kemudian Jepang, bagaimana mempertahankan kemerdekaan,” sambungnya.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar menerangkan film Lafran ini memberikan pesan moral syarat tentang nilai-nilai kebangsaan. Ia menyebut, dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut bangsa harus mempunyai nilai.
”Pertama nilai ke-Indonesiaan, sebagai wujud kecintaan masyarakat Indonesia terhadap cintanya terhadap bangsa dan negara. Kedua adalah masyarakat kita adalah masyarakat religius, masyarakat yang beragama, apapun agamanya,” bebernya.
Ketua Komisi II DPR RI ini menerangkan, film ini untuk umat dan bangsa. Ia berharap akan mendapat sambutan masyarakat Indonesia khususnya di Kalteng. Film tersebut akan tayang di Bioskop tanggal 20 Juni 2024.
”Apa yang disampaikan Lafran itu dulu nilai-nilai yang harus dikembangkan adalah ke Indonesiaan dan keagamaan. Cuman karena kita mayoritas muslim, organisasi Islam. Maka kemudian menjadi ke Indonesiaan dan ke Islaman. Itu yang menjadi doktrin kader-kader dan alumni HMI,” ungkapnya.(hfz)