PROKALTENG.CO – Lahan gambut di Kabupaten Pulang Pisau memiliki ketebalan kurang dari 3 meter. Kondisi tersebut mendukung pemanfaatan lahan gambut untuk sektor pertanian budidaya. Pada tahun pertama merebaknya pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang terdampak perekonomiannya. Tidak terkecuali, masyarakat yang melakukan kegiatan pemanfaatan di ekosistem lahan gambut.
Pada tahun 2020, Pemerintah melaksanakan kegiatan pemulihan ekonomi nasional (PEN) guna memperbaiki perekonomian masyarakat. Salah satu program yang diusung dalam skema PEN tersebut adalah Program Pertanian Terpadu (Food Estate) yang dikembangkan di beberapa daerah, di antaranya di Provinsi Kalimantan Tengah.
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang pada saat itu masih BRG ikut serta dalam mendukung program PEN yang dicanangkan oleh Pemerintah melalui pembangunan Demonstration Farm (Demfarm) Revitalisasi Gambut untuk Ketahanan Pangan dengan kegiatan Budidaya Padi pada Lahan Gambut Rawa Pasang Surut di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Lokasi gambut di Desa Talio Hulu sebelumnya adalah areal sawah program transmigrasi yang mulai ditinggalkan dan menjadi terbengkalai serta mengalami kebakaran berulang. Untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi potensi kebakaran maka diperlukan perlakuan khusus dan intervensi yang tepat.
BRGM sejak tahun 2020 telah mendampingi baik dalam hal bantuan finansial maupun aspek teknis. Pendampingan oleh pakar sampai penataan tata air mikro dan penguatan kelembagaan masyarakat dilakukan untuk mengembangkan pengelolaan lahan gambut melalui budidaya padi berbasis kelompok masyarakat. Tahun 2021, Demfarm ini menghasilkan panen GKG 2800 – 6.600 kg/ha dengan jenis padi yg ditanam adalah hybrida dan Inpari.
Pada dialog dengan masyarakat dan pemerintah setempat di Talio Hulu, Kamis (15/06). Sekretaris Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Ayu Dewi Utari menyampaikan bahwa, pengembangan budidaya tanaman padi di lahan gambut pasang surut dapat dipertimbangkan untuk dijalankan. Demfarm di Desa Talio Hulu Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, dapat menjadi model pengelolaan lahan gambut yang bijaksana.
“Demfarm ini menunjukkan kepada kita bahwa pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya padi dapat dilakukan, akan tetapi membutuhkan input yang tinggi namun output panen yang lebih rendah daripada sawah di tanah mineral. Untuk itu diperlukan kehadiran Pemerintah melalui subsidi. Namun demikian harus dipelajari kapan dan dalam bentuk apa subsidi harus diberikan agar tepat sasaran,” beber Ayu Dewi Utari.
Lahan gambut tidak semuanya harus dikonservasi, namun juga ada yang karena kebutuhan masyarakat maka dapat dimanfaatkan dengan pengelolaan yang bijaksana.
“Catatan teknis pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman budidaya padi di lahan gambut pada Demfarm ini akan didokumentasikan, sebagai bahan pertimbangan pada saat memutuskan untuk melakukan budidaya padi di lahan gambut,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah, Merty Ilona mengatakan Talio Hulu merupakan wilayah dengan lahan gambut yang dulunya sering terbakar.
“Saat ini dengan adanya program dari BRGM, masyarakat telah memanfaatkan lahan untuk produksi, dengan begitu masyarakat juga ikut berupaya menjaga lahannya dari bahaya kebakaran. Selanjutnya, permasalahan hidrologis atau tata kelola air menjadi isu yang perlu diselesaikan di sini. Oleh karena itu perlu bantuan dan koordinasi banyak pihak agar jaringan irigasi tersistem dengan baik,” ungkap Merty.
Di tempat yang sama, Ketua Gabungan Kelompok Tani Berseri, Jemino menjelaskan bahwa program budidaya padi gambut dari BRGM sangat membantu terutama saat pandemi covid -19 melanda. Saat ini, sekitar 50-70% petani masih melanjutkan budidaya padi di Talio Hulu. Lahan yang digarap sangat berpotensi apabila diolah dengan baik dan tata kelola air yang baik.
“Kami berharap agar kedepannya program yang ada tetap berjalan dan berkelanjutan serta mendapatkan uluran tangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan program tersebut,” ucapnya.
Khusus di Desa Talio Hulu, demfarm yang telah terbangun hingga 2023 mengalami peningkatan 14,5 Ha dengan total 135,5 Ha. Meski begitu, petak – petak yang sudah dibangun ini belum dapat memberikan produktivitas yang konsisten. Permasalahan lain seperti akses pupuk subsidi yang sulit, hingga penyediaan Sarana Produksi (SAPRODI) yang lebih mahal dibandingkan dengan biaya produksi pada lahan produktif (sawah pada lahan mineral).
Demfarm budidaya padi di lahan gambut terdegradasi ini selain dapat meningkatkan produktivitas lahan gambut yang terbengkalai dengan hasil panen padi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang terdampak Covid 19. Selain itu, denfarm ini memberikan alternatif solusi untuk mencegah kebakaran di lahan gambut dengan pengolahan lahan gambut tanpa bakar.
Ke depan, BRGM berharap dari kegiatan yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat terkait pengembangan budidaya padi pasang surut guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, dengan keberlanjutan budidaya padi juga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja serta dapat mencegah kebakaran gambut dengan memanfaatkan lahan gambut tipis untuk budidaya.
Lebih dari itu, Demontration Farming (Demfarm) Revitalisasi Gambut diproyeksikan dapat memberikan informasi menyeluruh terhadap upaya ketahanan pangan dengan budidaya padi pada lahan gambut rawa pasang surut BRGM yang berada di Desa Talio Hulu Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. (*)