PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Suasana hangat terasa di sebuah kafe di Jalan Cik Ditiro, Palangka Raya, Jumat malam (8/8/2025). Komunitas Sekolah Rakyat Merdeka Kalteng mengajak warga memperingati Hari Masyarakat Adat Sedunia lewat nonton bareng film dokumenter Natama Jumpun karya MFR, dilanjutkan diskusi santai.
Acara yang dimulai pukul 18.30 hingga 20.30 WIB itu menghadirkan dua pemantik, Dida Pramida dan Priska Lela Marlina, untuk mengulas pesan film sekaligus membedah isu yang diangkat.
Hari Masyarakat Adat Sedunia sendiri diperingati di berbagai belahan dunia sebagai penghormatan atas kekayaan budaya, tradisi, dan pengetahuan unik masyarakat adat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lewat Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP) menegaskan hak mereka atas penentuan nasib sendiri, tanah, wilayah, sumber daya, budaya, bahasa, identitas, dan pembangunan sesuai aspirasi masing-masing.
Di Indonesia, masyarakat adat adalah bagian penting dari identitas bangsa, termasuk di Kalimantan Tengah yang sarat kearifan lokal. Namun, mereka masih bergulat dengan persoalan seperti perampasan tanah, konflik industri, kriminalisasi, diskriminasi, hingga minimnya pengakuan hukum.
“Film Natama Jumpun ini mengajak kita melihat langsung bagaimana masyarakat adat menjaga hutan dan sumber daya alamnya, sekaligus tantangan yang mereka hadapi di tengah arus pembangunan,” ujar Dida Pramida.
Ia menegaskan peringatan ini menjadi momentum untuk menyuarakan hak-hak mereka. “Kita semua punya peran dalam memastikan hak-hak ini tidak hanya diakui di atas kertas, tapi juga nyata dirasakan di lapangan,” imbuhnya.
Lewat gelaran ini, panitia berharap publik makin peduli pada peran masyarakat adat dalam menjaga lingkungan, ketahanan pangan, dan melawan dampak perubahan iklim. (jef)