27.1 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Ada Kesenjangan Soal Insentif Nakes

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) menegaskan akan mengevaluasi insentif tenaga kesehatan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi kesenjangan. “Akan saya evaluasi karena ada kesenjangan masalah insentif nakes,” terang bupati, Selasa (4/1).

Halikinnor mengungkapkan, selama ini ada kesenjangan yang cukup signifikan terhadap insentif tenaga kesehatan yang berada di puskesmas, khususnya di pelosok, dengan ada di rumah sakit dalam kota. Nakes yang bertugas di puskesmas rata-rata jumlah insentifnya sebesar Rp 2,5 juta. Sedangkan yang di rumah sakit bisa kisarannya Rp 5 juta sampai Rp 6 juta.

Seiring dengan jauhnya selisih insentif tersebut, makanya tenaga kesehatan yang ada di pelosok cenderung ingin pindah ke rumah sakit. Sedangkan, dia ingin pelayanan kesehatan itu tetap merata.

Baca Juga :  Warga Jangan Sampai Lengah dan Harus Waspada

“Melalui evaluasi nanti saya berupaya agar selisih insentif tenaga kesehatan tidak terlalu jauh,” tukasnya

Halikinnor mengaku, terbesit rencana untuk menaikan insentif tenaga kesehatan yang berada di puskesmas, namun sebelum itu pihaknya perlu mendata jumlah tenaga kesehatan yang ada dan menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran pemerintah.

“Saya akan pertimbangkan dulu, tentunya kami juga memperhitungkan kelancaran pelayanan dan pembangunan daerah ini. tapi kami usahakan ke depannya tidak terjadi kesenjangan,” ucapnya. (sli/ans)

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) menegaskan akan mengevaluasi insentif tenaga kesehatan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi kesenjangan. “Akan saya evaluasi karena ada kesenjangan masalah insentif nakes,” terang bupati, Selasa (4/1).

Halikinnor mengungkapkan, selama ini ada kesenjangan yang cukup signifikan terhadap insentif tenaga kesehatan yang berada di puskesmas, khususnya di pelosok, dengan ada di rumah sakit dalam kota. Nakes yang bertugas di puskesmas rata-rata jumlah insentifnya sebesar Rp 2,5 juta. Sedangkan yang di rumah sakit bisa kisarannya Rp 5 juta sampai Rp 6 juta.

Seiring dengan jauhnya selisih insentif tersebut, makanya tenaga kesehatan yang ada di pelosok cenderung ingin pindah ke rumah sakit. Sedangkan, dia ingin pelayanan kesehatan itu tetap merata.

Baca Juga :  Warga Jangan Sampai Lengah dan Harus Waspada

“Melalui evaluasi nanti saya berupaya agar selisih insentif tenaga kesehatan tidak terlalu jauh,” tukasnya

Halikinnor mengaku, terbesit rencana untuk menaikan insentif tenaga kesehatan yang berada di puskesmas, namun sebelum itu pihaknya perlu mendata jumlah tenaga kesehatan yang ada dan menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran pemerintah.

“Saya akan pertimbangkan dulu, tentunya kami juga memperhitungkan kelancaran pelayanan dan pembangunan daerah ini. tapi kami usahakan ke depannya tidak terjadi kesenjangan,” ucapnya. (sli/ans)

Terpopuler

Artikel Terbaru