25.8 C
Jakarta
Monday, December 9, 2024

Tertarik Mengeksplorasi Tema-Tema Religi, Lukisan Pertamanya Tema “Fosil Ikan”

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pebruarison Lampang, seorang seniman dari Kalimantan Tengah. Ia adalah sosok pertama dari Kalimantan yang menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sebuah perguruan tinggi seni yang memiliki sejarah panjang dan mendalam.

Tahun 1992 menjadi momen penting bagi Pebruarison Lampang ketika dosen-dosennya menuntut para mahasiswa untuk menciptakan gaya atau teknik baru yang tidak biasa.

Dalam perjalanannya, Pebruarison Lampang merasa tertarik dengan keagungan relief-relief di Candi Borobudur. Inspirasi tersebut mengarahkannya untuk mengeksplorasi tema-tema religi, namun dengan sentuhan yang berbeda.

Jika Borobudur berfokus pada tema Buddha, Pebruarison Lampang memilih untuk menghadirkan tema Kristiani dalam karya-karyanya, dengan mengambil referensi dari surat-surat dalam kitab-kitab suci.

Awal perjalanannya sebagai seniman ditandai dengan penggambaran tema-tema sederhana. Salah satunya adalah ikan. Ia melihat ikan sebagai simbol kehidupan yang penting, yang dapat menjadi fosil sebagai penanda sejarah dan simbol keabadian. Konsep inilah yang menurutnya memiliki nilai mendalam karena tidak hanya menampilkan bentuk visual, tetapi juga membawa makna filosofis.

Baca Juga :  Peduli Stunting, Dirlantas Polda Kalteng Diganjar Penghargaan

“Fosil adalah simbol kehidupan yang bertransformasi dari bentuk organik menjadi abadi. Sama seperti relief Borobudur yang terus bertahan hingga saat ini. Melewati generasi demi generasi,” ucapnya saat diwawancarai Prokalteng.co, Sabtu (2/11/2024)

Lukisan-lukisan yang dihasilkan Pebruarison Lampang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Ia menyimpan beberapa karya awalnya sebagai warisan untuk generasi berikutnya.

“Lukisan ini saya simpan untuk anak cucu nanti,” ujar Pebruarison.

Sebagai seorang seniman, Pebruarison Lampang memiliki pesan khusus bagi generasi muda. Menurutnya, ketertarikan pada seni dimulai dari pandangan pertama. Ia mendorong anak muda untuk lebih mengenal dunia seni dengan mengunjungi ruang-ruang kesenian dan galeri.

“Ketika saya pertama kali ingin mengenal seni, saya mendatangi setiap galeri dan studio di Jogja. Hal ini memberi saya semangat,” katanya.

Pebruarison Lampang juga merasa bangga dengan perkembangan seni rupa di Kalimantan Tengah. Beberapa anak muda dari daerahnya kini mulai menunjukkan minat dan potensi di dunia seni.

Meskipun tidak semuanya memilih menjadi pelukis, mereka tetap belajar darinya dan mengembangkan kemampuan seni rupa. Ia berharap, ke depannya, seni rupa di Kalimantan Tengah terus berkembang dan mampu menghasilkan lebih banyak seniman yang berprestasi.

Baca Juga :  Anggaran yang Diterima dari Bagi Hasil Tidak Sebanding

Pebruarison Lampang juga menyampaikan motonya, Ia berpesan kepada generasi muda untuk terus berkarya selagi masih memiliki kekuatan dan kesempatan.

“Saya punya moto ini. Salam semangat itu salam karya. Tiada ada henti. Sampai kita tidak punya napas lagi terus berkarya. Sementara kita dikasih kesempatan, kekuatan, kesehatan. Lanjut terus. Harus survive seperti apa. Apalagi saya merasa di Kalimantan Tengah kalau bukan kita siapa lagi,” ujarnya

Bagi Pebruarison Lampang, seni bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga proses dan semangat yang berkelanjutan. Perjalanan panjangnya dari seorang mahasiswa seni hingga menjadi seniman berpengaruh membuktikan bahwa dedikasi dan ketekunan adalah kunci untuk menggapai mimpi.

Melalui karya-karyanya, ia berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya dan menjadikan seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan (ndo)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pebruarison Lampang, seorang seniman dari Kalimantan Tengah. Ia adalah sosok pertama dari Kalimantan yang menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sebuah perguruan tinggi seni yang memiliki sejarah panjang dan mendalam.

Tahun 1992 menjadi momen penting bagi Pebruarison Lampang ketika dosen-dosennya menuntut para mahasiswa untuk menciptakan gaya atau teknik baru yang tidak biasa.

Dalam perjalanannya, Pebruarison Lampang merasa tertarik dengan keagungan relief-relief di Candi Borobudur. Inspirasi tersebut mengarahkannya untuk mengeksplorasi tema-tema religi, namun dengan sentuhan yang berbeda.

Jika Borobudur berfokus pada tema Buddha, Pebruarison Lampang memilih untuk menghadirkan tema Kristiani dalam karya-karyanya, dengan mengambil referensi dari surat-surat dalam kitab-kitab suci.

Awal perjalanannya sebagai seniman ditandai dengan penggambaran tema-tema sederhana. Salah satunya adalah ikan. Ia melihat ikan sebagai simbol kehidupan yang penting, yang dapat menjadi fosil sebagai penanda sejarah dan simbol keabadian. Konsep inilah yang menurutnya memiliki nilai mendalam karena tidak hanya menampilkan bentuk visual, tetapi juga membawa makna filosofis.

Baca Juga :  Peduli Stunting, Dirlantas Polda Kalteng Diganjar Penghargaan

“Fosil adalah simbol kehidupan yang bertransformasi dari bentuk organik menjadi abadi. Sama seperti relief Borobudur yang terus bertahan hingga saat ini. Melewati generasi demi generasi,” ucapnya saat diwawancarai Prokalteng.co, Sabtu (2/11/2024)

Lukisan-lukisan yang dihasilkan Pebruarison Lampang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Ia menyimpan beberapa karya awalnya sebagai warisan untuk generasi berikutnya.

“Lukisan ini saya simpan untuk anak cucu nanti,” ujar Pebruarison.

Sebagai seorang seniman, Pebruarison Lampang memiliki pesan khusus bagi generasi muda. Menurutnya, ketertarikan pada seni dimulai dari pandangan pertama. Ia mendorong anak muda untuk lebih mengenal dunia seni dengan mengunjungi ruang-ruang kesenian dan galeri.

“Ketika saya pertama kali ingin mengenal seni, saya mendatangi setiap galeri dan studio di Jogja. Hal ini memberi saya semangat,” katanya.

Pebruarison Lampang juga merasa bangga dengan perkembangan seni rupa di Kalimantan Tengah. Beberapa anak muda dari daerahnya kini mulai menunjukkan minat dan potensi di dunia seni.

Meskipun tidak semuanya memilih menjadi pelukis, mereka tetap belajar darinya dan mengembangkan kemampuan seni rupa. Ia berharap, ke depannya, seni rupa di Kalimantan Tengah terus berkembang dan mampu menghasilkan lebih banyak seniman yang berprestasi.

Baca Juga :  Anggaran yang Diterima dari Bagi Hasil Tidak Sebanding

Pebruarison Lampang juga menyampaikan motonya, Ia berpesan kepada generasi muda untuk terus berkarya selagi masih memiliki kekuatan dan kesempatan.

“Saya punya moto ini. Salam semangat itu salam karya. Tiada ada henti. Sampai kita tidak punya napas lagi terus berkarya. Sementara kita dikasih kesempatan, kekuatan, kesehatan. Lanjut terus. Harus survive seperti apa. Apalagi saya merasa di Kalimantan Tengah kalau bukan kita siapa lagi,” ujarnya

Bagi Pebruarison Lampang, seni bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga proses dan semangat yang berkelanjutan. Perjalanan panjangnya dari seorang mahasiswa seni hingga menjadi seniman berpengaruh membuktikan bahwa dedikasi dan ketekunan adalah kunci untuk menggapai mimpi.

Melalui karya-karyanya, ia berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya dan menjadikan seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan (ndo)

Terpopuler

Artikel Terbaru