SAMPIT– Pemkab Kotim sudah menetapkan status tanggap darurat. Jarak
pandang dan kualitas udara begitu buruk. Aktivitas penerbangan dan pelayaran terganggu. Bandara H Asan Sampit
lumpuh akibat pekatnya asap.
Begitu juga sejumlah kapal yang
akan berangkat dan datang di Pelabuhan Pelindo III Sampit juga terganggu. Rawan
akan kecelakaan. Meski demikian, aktivitas pelayaran masih dibilang aman dan
berjalan normal.
Kepala Bandara H Asan Sampit
Havandi Gusli mengatakan, sekitar pukul 12.00 WIB, belum ada pesawat yang
mendarat. Jarak pandang terbatas. Apalagi parahnya asap ini masuk dalam
kategori berbahaya. Bahkan sampai pukul 13.00 WIB jarak pandang berada sekitar
500 meter saja. “Ini yang menyebabkan pesawat gagal mendarat di Bandara H Asan
Sampit,â€katanya, Senin (16/9).
Sementara itu, Kepala BMKG Kotim
Nur Setiawan menjelaskan, Minggu (15/9) belum ada titik api atau hotspot.
Sabtu, (14/9) jumlah titik api ada 530 titik, dan kondisi ini merupakan yang
terbanyak. Beberapa waktu lalu, berdasarkan rilis dari BMKG hanya kisaran 347
titik api saja. Bahkan, kebakaran ini sudah merata terjadi di setiap kecamatan
yang ada di Kotim ini.
“Lokasi terbanyak kebakaran masih
di wilayah selatan,â€jelasnya kepada Kalteng Pos, Minggu (15/9).
Terpisah, Plt BPBD Kotim Muhammad
Yusuf menambahkan, Sampit ini posisinya di tengah-tengah, kiriman asap ini
berasal bukan hanya dari karhutla di kota saja, akan tetapi asap kiriman, baik
dari wilayah selatan ataupun utara. “Kondisi saat ini membuat petugas kewalahan,â€ungkapnya.
Di Bandara Lanud Iskandar juga
tertutup kabut asap. AKibatnya, pesawat Nam Air yang ditumpangi rombongan
Bupati Kobar Hj Nurhidayah gagal mendarat tepat waktu. Seharusnya mendarat
pukul 0730 WIB. Pesawat sempat mengalihkan pendaratan ke Bandara Ari Sumarmo. Akhirnya
setelah dipastikan jarak pandang di atas minimal, pesawat mendarat pukul 12.30
WIB.
“Dengan kondisi seperti ini
menjadi pukulan berat bagi warga Kobar. Karena dampaknya sangat besar tidak
hanya jalur penerbangan saja, tetapi juga ekonomi hingga terganggunya kesehatan
masyarakat,” kata Nurhidayah.
Menurutnya, kondisi ini sudah
sangat berdampak buruk dan hendaknya masyarakat bisa stop melakukan pembakaran
hutan dan lahan. Apalagi dengan kemarau yang cukup panjang menambah kesulitan
para petugas dalam melakukan upaya pemadaman. Bahkan lokasinya yang sangat
sulit dijangkau sehingga harus bekerja lebih ekstra. Walaupun demikian kondisi
ini sudah sangat parah, dan berbagai peralatan serta personal sudah dikerahkan
untuk melakukan upaya tetapi masih saja terjadi.
Perwakilan Nam Air Kobar Faizal
membenarkan bahwa pesawat sempat mengalami kesulitan mendarat di Pangkalan Bun.
Padahal sempat akan landing sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Setelah
sempat berputar-putar diatasi, akhirnya membatalkan untuk landing dan memilih
mengalihkan pendaratan ke Semarang. (rif/son/ram/ctk/nto)