SAMPIT – Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Kotawaringin Timur
tak hanya menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga menimbulkan
kabut asap. Tapi juga sudah mengganggu ekonomi masyarakat. Khususnya terkait
kebutuhan akan air bersih. Sejumlah desa dan kecamatan di Kotim dilaporkan
mengalami krisis air bersih.
Sebelumnya, warga di Kecamatan
Parenggean dilaporkan kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Selain itu, warga
di Samuda juga dikabarkan sulit mendapat air bersih. Karena air sungai yang
surut sudah terpengaruh air laut, sehingga terasa asin.
Juga warga tiga desa di Kecamatan
Teluk Sampit,yaitu Desa Basawang, Rege
dan Desa Kuin Permai. Warga setempat sangat membutuhkan suplai air bersih untuk
kehidupan sehari-hari. Karena kondisi di daerah mereka mengalami kekeringan
akibat kemarau panjang
“Hingga saat ini kami sudah mengajukan
permintaan air bersih kepada pemerintah daerah. Tiga desa ini mangajukan
permintaan air bersih ke pihak kecamatan sampai ditembuskan ke pemerintah
daerah. Surat tersebut sudah kami serahkan ke pemerintah daerah. Saat ini masih
tahap proses,†kata Camat Teluk Sampit Juliansyah kepada Kalteng Pos, Kamis
(12/9).
Kondisi air sumur di tiga desa
tersebut saat ini kering karena musim kemarau yang hampir beberapa bulan ini
terjadi. “Memang ada saja air sungai, tetapi saat ini kondisi air Sungai
Mentaya memang asin untuk diminum. Ada saja di Desa Lampuyang, sumur bor itu
memang menjadi andalan warga sekitar. Bahkan air sumur tersebut diserbu warga
dan tidak pernah sepi dari warga. Beda halnya dengan tiga desa yang air
sumurnya kekeringan. Bahkan untuk kebutuhan air untuk mencuci, memasak, minum
dan mandi juga minim sekali,†ungkapnya.
Terkait kondisi PDAM di Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan, airnya ada, tapi terasa asin. Karena sungai surut,
sehingga terkontaminasi air laut. “Ketiga desa tersebut memang saat ini sangat
memerlukan air bersih untuk berbagai keperluan hidup. Untuk desa yang lainnya
stok air masih ada, sehingga tidak ada laporan, apalagi permintaan kepada pihak
kecamatan,†tegasnya.
Sementara masyarakat desa lainnya
di Teluk Sampit juga mengalami krisis air bersih. Tapi mereka masih bisa manfaatkan
sumor bor. “Akan tetapi meski air itu berasal dari sumur bor, tetap saja warga
memasak terlebih dahulu air jika itu digunakan untuk minum dan memasak. Memang
warga sangat mengeluhkan ketersediaan air minum bersih,†paparnya.
“Beda halnya bagi yang memiliki
penghasilan lebih. Mereka ini bisa membeli. Jika tidak salah dengar saya terkait
harga 1.100 liter itu mencapai 125 ribu rupiah. Bagi yang ada uang tentu mereka
membeli air bersih tersebut. Beda halnya dengan warga yang saat ini kondisi
keuangannya yang tidak ada. Saya berharap keluhan warga ini bisa ditanggapi dan
direspon oleh pemerintah daerah,†harap camat. (rif/ens/ctk/nto)