32.5 C
Jakarta
Tuesday, April 15, 2025

Dalam Sepekan, 246 Orang Sakit dan 1 Meninggal Akibat Diare di Kotim

SAMPIT – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Timur, sudah memakan korban. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur, ada 246 warga yang kena diare dan 1 diantaranya
meninggal dunia. Jumlah penderita diare tersebut terjadi dalam seminggu terakhir,
atau minggu pertama September 2019. Belum lagi kasus infeksi saluran pernapasan
akut (Ispa).

Jika dibandingkan Agustus 2018
lalu, penderita diare tercatat 672 orang. Pada periode yang sama di 2019 naik cukup
siginifikan, yaitu berada  di angka 920. Pada
September 2018, penderita diare hanya di angka 407 orang. Namun dari 1–7
September 2019, penderita diare di Kotim sudah mencapai 246 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kotim dr
Faisal Novendra Cahyanto melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Bakhrudin membenarkan ada salah satu warga yang meninggal dunia akibat
diare di daerah itu. Dari data dan laporan yang ada, yang meninggal tersebut
adalah warga di Kecamatan Parenggean.

Baca Juga :  Kepedulian Pemimpin! Bupati dan Wabup Ikut Padamkan Api

“Saat ini, penderita diare
terbanyak berdasarkan data Dinkes Kotim ada di Kecamatan Seranau dengan jumlah
penderita 28 orang. Disusul Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Parenggean
dengan penderita sebanyak 27 orang pada bulan pertama September 2019 ini,” kata
Bakhrudin kepada Kalteng Pos, Selasa (10/9).

Data yang masuk dari 17 kecamatan
di Kotim, kondisi saat ini memang masuk musim kemarau dan memungkinkan krisis
air bersih. “Inilah beberapa penyebab terjadinya penyakit diare. Karena air (bersih)
berkurang dan konsentrasi kuman saat ini memang meningkat. Misalnya saja, kita
masukan zat pewarna di gelas kecil dan ember, tentu hasilnya akan berbeda.
Lebih jelas gelas kecil warnanya dibandingkan dengan ember yang ukurannya
besar. Hal ini sama dengan kuman juga,” ungkapnya.

Bakhrudin mengingatkan kepada
masyarakat, jika terkena diare, jangan menunggu parah baru dirujuk ke rumah
sakit. “Jika memang ada
tanda-tandanya, segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memeriksakan diri
biar petugas memberikan penanganan atau langkah awal,” ujarnya.

Baca Juga :  Tingkat Pemahaman Masyarakat Membayar Pajak Masih Rendah

Dia menyontohkan, kasus yang terjadi di Parenggean bernama Kirana, pada 3 September lalu
sempat dirujuk ke RSUD dr Murjani Sampit dan diagnosa diare, bahkan dehidrasi
berat. “Takdir berkata lain,
saat diopname ke salah satu ruangan, nyawanya tidak bisa tertolong lagi,” akunya.

Ditambahkannya, agar masyarakat harus
menjaga pola hidup sehat. Diantaranya konsumsi air bersih dan dimasak terlebih
dahulu. “Jika buang air besar (bab) atau beraktivitas segera cuci tangan dengan
sabun. Bagi yang memiliki anak-anak atau bayi yang muntah-muntah segera bawa ke
fasilitas kesehatan terdekat. Jangan menunggu parah. Jangan menunggu anak atau
bayi itu kekurangan cairan di dalam tubuh. Ini bahaya dan jangan ditunda. Selanjutnya
kurangi kegiatan yang berlebihan. Cukup istirahat dan jaga kesehatan,” tegasnya.
(rif/ens/ctk/nto)

SAMPIT – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kabupaten
Kotawaringin Timur, sudah memakan korban. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur, ada 246 warga yang kena diare dan 1 diantaranya
meninggal dunia. Jumlah penderita diare tersebut terjadi dalam seminggu terakhir,
atau minggu pertama September 2019. Belum lagi kasus infeksi saluran pernapasan
akut (Ispa).

Jika dibandingkan Agustus 2018
lalu, penderita diare tercatat 672 orang. Pada periode yang sama di 2019 naik cukup
siginifikan, yaitu berada  di angka 920. Pada
September 2018, penderita diare hanya di angka 407 orang. Namun dari 1–7
September 2019, penderita diare di Kotim sudah mencapai 246 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kotim dr
Faisal Novendra Cahyanto melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Bakhrudin membenarkan ada salah satu warga yang meninggal dunia akibat
diare di daerah itu. Dari data dan laporan yang ada, yang meninggal tersebut
adalah warga di Kecamatan Parenggean.

Baca Juga :  Kepedulian Pemimpin! Bupati dan Wabup Ikut Padamkan Api

“Saat ini, penderita diare
terbanyak berdasarkan data Dinkes Kotim ada di Kecamatan Seranau dengan jumlah
penderita 28 orang. Disusul Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Parenggean
dengan penderita sebanyak 27 orang pada bulan pertama September 2019 ini,” kata
Bakhrudin kepada Kalteng Pos, Selasa (10/9).

Data yang masuk dari 17 kecamatan
di Kotim, kondisi saat ini memang masuk musim kemarau dan memungkinkan krisis
air bersih. “Inilah beberapa penyebab terjadinya penyakit diare. Karena air (bersih)
berkurang dan konsentrasi kuman saat ini memang meningkat. Misalnya saja, kita
masukan zat pewarna di gelas kecil dan ember, tentu hasilnya akan berbeda.
Lebih jelas gelas kecil warnanya dibandingkan dengan ember yang ukurannya
besar. Hal ini sama dengan kuman juga,” ungkapnya.

Bakhrudin mengingatkan kepada
masyarakat, jika terkena diare, jangan menunggu parah baru dirujuk ke rumah
sakit. “Jika memang ada
tanda-tandanya, segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memeriksakan diri
biar petugas memberikan penanganan atau langkah awal,” ujarnya.

Baca Juga :  Tingkat Pemahaman Masyarakat Membayar Pajak Masih Rendah

Dia menyontohkan, kasus yang terjadi di Parenggean bernama Kirana, pada 3 September lalu
sempat dirujuk ke RSUD dr Murjani Sampit dan diagnosa diare, bahkan dehidrasi
berat. “Takdir berkata lain,
saat diopname ke salah satu ruangan, nyawanya tidak bisa tertolong lagi,” akunya.

Ditambahkannya, agar masyarakat harus
menjaga pola hidup sehat. Diantaranya konsumsi air bersih dan dimasak terlebih
dahulu. “Jika buang air besar (bab) atau beraktivitas segera cuci tangan dengan
sabun. Bagi yang memiliki anak-anak atau bayi yang muntah-muntah segera bawa ke
fasilitas kesehatan terdekat. Jangan menunggu parah. Jangan menunggu anak atau
bayi itu kekurangan cairan di dalam tubuh. Ini bahaya dan jangan ditunda. Selanjutnya
kurangi kegiatan yang berlebihan. Cukup istirahat dan jaga kesehatan,” tegasnya.
(rif/ens/ctk/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru