PROKALTENG.CO-Ada yang bersorak girang setelah hasil hitung cepat (quick count) oleh sejumlah lembaga menyebut pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud Md berada di posisi paling buncit.
Tertingal dari pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, dan kalah telak dari duet Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming.
Mereka yang kegirangan itu adalah sebagian fans sepak bola. Diam diam rupanya mereka memendam dendam terhadap sosok Ganjar yang pernah menolak gelaran Piala Dunia U-20 di sejumlah kota di tanah air.
Dua hari setelah pencoblosan, 14 Februari, beredar lagu-lagu di sejumlah media sosial yang mengekspresikan hal tersebut.
Ingatkah Anda kejadian di tahun lalu / Kau kubur mimpi kami di Piala Dunia (U-20) / Sekarang gantian kami yang mengubur mimpi kamu / Untuk menjadi Presiden Indonesia.
Ada lagi lagu dengan syair seperti ini, Aduh kasihan yang punya nomor 3 / Gak percaya dengan jumlah suara / Bongkar bongkar koper gak jadi ke istana / Kalian sih ngeremehin fans bola….
Selain Ganjar, di kedua lagu tersebut terselip foto Gubernur Bali I Wayan Koster. Bersama Ganjar dia termasuk yang lantang menolak kehadiran Timnas Israel bertanding di Indonesia pada pertengahan Maret 2023.
Akibatnya, FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Tak cuma fans sepak bola yang kecewa.
Presiden Jokowi dan Ketua UMUM PSSI Erick Thohir pun masygul. Sebab agenda internasional itu telah dipersiapkan lama tapi anehnya baru ditolak dengan alasan ideologis ketika waktu sudah mepet.
Sebagai sesama kader PDIP alangkah sangat elok bila keberatan itu disampaikan kepada Presiden sejak awal persiapan.
Konon, karena sikap Ganjar dan PDIP seperti itulah yang antara lain membuat Jokowi kemudian merasa lebih sreg untuk menyokong Prabowo di Pilpres.
Tentu perlu survei tersendiri seberapa besar dan akurat sumbangsih fans sepak bola ikut menentukan kekalahan Ganjar – Mahfud.
Namun yang pasti, kekalahan Ganjar – Mahfud dari Prabowo – Gibran terjadi di hampir semua provinsi.
Termasuk yang selama ini menjadi kantong suara PDIP seperti Jawa Tengah, Bali, dan NTT. Juga di Jawa Timur yang punya identitas popularnya adalah sepak bola.
Setidaknya ada lima klub yang berkompetisi di Liga 1, yakni Persebaya Surabaya, Persik Kediri, Arema FC, Madura United, dan Bhayangkara.
Di Liga 2 berkompetisi Persela Lamongan, Gresik United, dan Deltras Sidoarjo.
Karena itu menyepelekan isu sepak bola di Jatim dengan menolak Piala Dunia U-20 termasuk menggali kubur sendiri secara politik.
Begitu juga di Jawa Barat. Di sana, selain Persib dan Bandung Raya juga ada Persikabo 1973 yang bermarkas di Bogor.
Di bagian Selatan dan PSGC Ciamis, Persikotas Tasikmalaya, Perkesit Cianjur, hingga Persigar Garut.
Sementara di Utara ada PSGJ Cirebon dan PSIT Cirebon, Persima Majalengka, Pesik Kuningan, Persika Karawang, Persindra Indramayu, hingga Persipasi Kota Bekasi dan Persikasi Kabupaten Bekasi.
Sementara di Jawa Tengah antara lain ada PSIS Semarang, PSS Sleman, Bhayangkara FC, Persipa Pati.
Mengutip Charta Politica yang menghimpun data hitung cepat hingga Jumat siang (16/2/2024), di Jawa Tengah pasangan Prabowo-Gibran meraup 51,16 persen.
Berikutnya Ganjar Pranowo – Mahfud Md (34,19 persen) dan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (14,66 persen).
Di Bali, Prabowo-Gibran meraih (55,91 persen), Ganjar-Mahfud (39,36), dan Anies-Muhaimin (4,74 persen).
Di NTT, Prabowo-Gibran meraup 66,18 persen, Ganjar-Mahfud (25,92 persen), dan Anies-Muhaimin 7,90 persen.
Efek Khofifah – Blunder Ganjar
Secara umum, sejumlah pengamat politik menyebut kemenangan Prabowo – Gibran tak lepas dari dukungan Presiden Jokowi.
Meski tak disampaikan secara terbuka, sejumlah isyarat dan gestur politik Jokowi dengan mudah memperlihatkan itu.
Tak lama setelah PDIP mendeklarasaikan Ganjar Pranowo, kelompok relawan Projo dan PSI yang selalu menyebut diri ‘Tegak lurus kepada Jokowi’ mengalihkan dukungan kepada Prabowo. Berkali-kali pula Jokowi memperlihatkan kebersamaannya dengan Prabowo.
Ketika sejumlah lembaga survei menyebut elektabilitas Prabowo – Gibran stagnan, Jokowi pun beraksi khususnya di Jawa Tengah.
Sejak awal Januari hingga awal Februari berkali-kali dia melakukan kunjungan kerja di beberapa daerah di sana.
Di pihak lain, keputusan PDIP menjadikan Mahfud Md sebagai pendamping Ganjar pun tergolong nekad. Sebab saat masih menjadi Menko Polhukam elektabilitasnya selalu berada di tengah.
Secara realistis seharusnya PDIP menggandeng Sandiaga Uno yang menjadi anggota koalisi melalui PPP. Sementara Erick Thohir dikabarkan lebih condong ke Prabowo melalui PAN sebagai kendaraan politiknya.
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan saat merilis hasil survei pada akhir Agustus 2023 mengungkapkan bahwa calon wapres yang paling pantas mendampingi Ganjar adalah Erick Thohir dengan elektabilita 17%. Lalu ada nama Sandiaga Uno (13,6%), Ridwan Kamil (14,6%), AHY (8,8%), dan Mahfud Md 6,7%.
Di bulan berikutnya, survei Polltracking pada malah menempatkan Mahfud pada urutan ke-7 sebagai cawapres setelah Erick Thohir (18,6%), Sandiaga (15,7%), AHY (10,2%), Ridwan Kamil (9,1%), Muhaimin Iskandar (7,6%), Gibran Rakabuming (7,3%) dan Mahfud (6,6%).
Salah satu dasar PDIP memilih Mahfud adalah optimisme mampu kembali meraih suara NU di Jawa Timur, sebab dia putra Jatim kelahiran Sampang, Pulau Madura. PDIP lupa bila Mahfud selama puluhan tahun lebih sering tinggal di Jogjakarta.
Tokoh yang punya akar kuat di Jatim tak lain adalah Khofifah Indar Parawansa. Dia gubernur Jatim, Ketua Muslimat NU dan Ketua DPP PBNU.
Pada 10 Januari 2024, dukungan terhadap Prabowo – Gibran disampaikan terbuka meski dia baru resmi bergabung dengan Tim Pemenangan pada 21 Januari.
Bila pada survei Desember 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran di Jatim di angka 45-46 persen, hasil hitung cepat suara yang diraih Prabowo-Gibran melonjak menjadi 65-66 persen. Diakui atau tidak, ada efek dukungan Khofifah di situ.
Selain menolak Piala Dunia U-20, Ganjar-Mahfud juga melakukan berbagai blunder dengan terus-menerus mengkritik sejumlah kebijakan pemerintahan Jokowi. Sebut saja soal food estate, impor pangan, deforestasi, hingga dinasti politik dan rekayasa hukum.
Salah satu yang paling diingat publik kemudian adalah ketika Ganjar memberi nilai 5 bagi penegakan hukum hingga HAM di era Presiden Jokowi.
Ia menyampaikan hal itu dalam Sarasehan Nasional Ikatan Keluarga Alumni Universitas Negeri Makassar (UNM) pada 18 November 2023.
Akibat semua itu, tren elektabilitas Ganjar – Mahfud terus menurun. Pada awal Desember, Ketua DPP PDIP Puan Maharani langsung menyatakan akan mengevaluasi pola kampanye Ganjar – Mahfud.
Begitu juga dengan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul mewanti-wanti agar orang yang dipersepsikan baik seperti Jokowi tak dikritik dengan tajam.
Sebab bagaimana pun tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi sangat tinggi.(jpc)