33.9 C
Jakarta
Friday, October 31, 2025

Dorong Ketahanan Pangan, DTPHP Kalteng Kembangkan Bawang Merah Berbasis TSS

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pemanfaatan teknologi True Shallot Seed (TSS) atau benih bawang merah berbasis biji, mulai dikembangkan di lahan pekarangan Kota Palangka Raya. Langkah ini menjadi salah satu strategi dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalteng.

Dengan teknologi TSS, budidaya bawang merah dinilai lebih efisien, sehat, dan berdaya hasil tinggi dibandingkan penggunaan bibit umbi tradisional. Teknologi ini juga membuka peluang kemandirian benih di tingkat rumah tangga serta mendorong optimalisasi lahan pekarangan yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal.

Salah satu upaya nyata dilakukan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Kalimantan Tengah melalui kegiatan budidaya bawang merah di lahan percontohan UPT Balai Pengembangan Produksi Benih Tanaman Pangan Hortikultura (UPT BPPB-TPH) Jalan Tjilik Riwut Km 3, Palangka Raya, Rabu (29/10).

Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk mahasiswa dan siswa magang.

Kepala DTPHP Kalteng, Rendy Lesmana, menyebut, pemanfaatan lahan pekarangan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan produktivitas hortikultura dan mendukung program ketahanan pangan.

Baca Juga :  Kelompok Tani Pahari Sejahtera Raih Sukses dalam Program Hibah Ternak

“Kami ingin setiap lahan dimanfaatkan secara optimal, bukan hanya sebagai ruang hijau, tetapi juga sumber produksi pangan bernilai ekonomi. Teknologi TSS terbukti meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya benih, sehingga lebih terjangkau masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPT BPPB-TPH Isnawati menuturkan, budidaya bawang merah di pekarangan tersebut menjadi bagian dari kegiatan percontohan bagi masyarakat.

“Kami ingin menunjukkan bahwa bawang merah tetap bisa tumbuh subur meskipun di lahan terbatas, asalkan dirawat dengan baik,” katanya.

Kegiatan percontohan ini turut melibatkan fungsional pengawas benih tanaman, tenaga teknis, serta peserta magang dari Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (UPR), SMK Katingan Kuala, dan SMK Budi Mulya. Para peserta mendapatkan pembelajaran langsung terkait teknik budidaya hortikultura di lahan sempit.

Kepala Seksi Perbanyakan Benih/Bibit Hortikultura Goalter Zoko menambahkan, Kementerian Pertanian saat ini terus mendorong petani agar beralih dari benih umbi ke benih biji.

Baca Juga :  Bulan Bakti PKH 2025, Kalteng Dorong Edukasi Ketahanan Pangan

“Perubahan kebiasaan memang butuh waktu. Melalui lahan percontohan ini, masyarakat bisa melihat langsung hasilnya. Bahkan di wilayah perkotaan seperti Palangka Raya, TSS terbukti bisa tumbuh baik,” jelasnya.

Adapun keunggulan benih biji TSS antara lain biaya pengangkutan lebih murah karena bentuknya ringan, daya simpan hingga dua tahun, serta lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, benih TSS tidak membawa virus maupun jamur sehingga penggunaan pupuk lebih efisien.

Pada tahap awal, benih yang digunakan berasal dari varietas Sanren F1 produksi Panah Merah. Benih tersebut disemai selama enam minggu sebelum dipindahkan ke lahan tanam.

Melalui inovasi ini, DTPHP Kalteng berharap budidaya bawang merah berbasis TSS dapat menjadi contoh sukses pengembangan pertanian modern di lahan pekarangan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan di Kalteng.(mmckalteng)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pemanfaatan teknologi True Shallot Seed (TSS) atau benih bawang merah berbasis biji, mulai dikembangkan di lahan pekarangan Kota Palangka Raya. Langkah ini menjadi salah satu strategi dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kalteng.

Dengan teknologi TSS, budidaya bawang merah dinilai lebih efisien, sehat, dan berdaya hasil tinggi dibandingkan penggunaan bibit umbi tradisional. Teknologi ini juga membuka peluang kemandirian benih di tingkat rumah tangga serta mendorong optimalisasi lahan pekarangan yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal.

Salah satu upaya nyata dilakukan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Kalimantan Tengah melalui kegiatan budidaya bawang merah di lahan percontohan UPT Balai Pengembangan Produksi Benih Tanaman Pangan Hortikultura (UPT BPPB-TPH) Jalan Tjilik Riwut Km 3, Palangka Raya, Rabu (29/10).

Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk mahasiswa dan siswa magang.

Kepala DTPHP Kalteng, Rendy Lesmana, menyebut, pemanfaatan lahan pekarangan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan produktivitas hortikultura dan mendukung program ketahanan pangan.

Baca Juga :  Kelompok Tani Pahari Sejahtera Raih Sukses dalam Program Hibah Ternak

“Kami ingin setiap lahan dimanfaatkan secara optimal, bukan hanya sebagai ruang hijau, tetapi juga sumber produksi pangan bernilai ekonomi. Teknologi TSS terbukti meningkatkan produktivitas sekaligus menekan biaya benih, sehingga lebih terjangkau masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPT BPPB-TPH Isnawati menuturkan, budidaya bawang merah di pekarangan tersebut menjadi bagian dari kegiatan percontohan bagi masyarakat.

“Kami ingin menunjukkan bahwa bawang merah tetap bisa tumbuh subur meskipun di lahan terbatas, asalkan dirawat dengan baik,” katanya.

Kegiatan percontohan ini turut melibatkan fungsional pengawas benih tanaman, tenaga teknis, serta peserta magang dari Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (UPR), SMK Katingan Kuala, dan SMK Budi Mulya. Para peserta mendapatkan pembelajaran langsung terkait teknik budidaya hortikultura di lahan sempit.

Kepala Seksi Perbanyakan Benih/Bibit Hortikultura Goalter Zoko menambahkan, Kementerian Pertanian saat ini terus mendorong petani agar beralih dari benih umbi ke benih biji.

Baca Juga :  Bulan Bakti PKH 2025, Kalteng Dorong Edukasi Ketahanan Pangan

“Perubahan kebiasaan memang butuh waktu. Melalui lahan percontohan ini, masyarakat bisa melihat langsung hasilnya. Bahkan di wilayah perkotaan seperti Palangka Raya, TSS terbukti bisa tumbuh baik,” jelasnya.

Adapun keunggulan benih biji TSS antara lain biaya pengangkutan lebih murah karena bentuknya ringan, daya simpan hingga dua tahun, serta lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, benih TSS tidak membawa virus maupun jamur sehingga penggunaan pupuk lebih efisien.

Pada tahap awal, benih yang digunakan berasal dari varietas Sanren F1 produksi Panah Merah. Benih tersebut disemai selama enam minggu sebelum dipindahkan ke lahan tanam.

Melalui inovasi ini, DTPHP Kalteng berharap budidaya bawang merah berbasis TSS dapat menjadi contoh sukses pengembangan pertanian modern di lahan pekarangan, sekaligus memperkuat ketahanan pangan di Kalteng.(mmckalteng)

Terpopuler

Artikel Terbaru