26.2 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Pemprov Dorong Upaya Sawit Ramah Anak sebagai Strategi Wujudkan SDM Tangguh

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) mendorong upaya sawit ramah anak sebagai bagian dari strategi untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan berdaya saing. Hal itu tak lain dalam rangka untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Pelaksana Harian (Plh) Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra)  Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kalteng, Maskur mengatakan pemenuhan hak anak, terutama di wilayah terpencil menjadi tantangan yang perlu diatasi dengan serius.

“Pemenuhan hak anak yang berada di lokasi jauh dari akses layanan dasar merupakan tantangan yang dihadapi pemerintah. Anak-anak di wilayah ini harus mendapatkan kesempatan yang sama dengan mereka yang tinggal di daerah dengan akses lebih mudah,” kata Maskur saat membuka Seminar dan Workshop Sawit Ramah Anak di Hotel Aquarius, Kamis (24/10).

Dikatakan Maskur, peran industri sawit sangat penting dan strategis dalam mewujudkan kondisi ini. Secara nasional, industri sawit melibatkan jutaan pekerja dan memiliki jaringan yang kuat hingga perdesaan.

Baca Juga :  Terima Laporan Banjir, Gubernur Langsung Pantau Lewat Udara

“Di pedesaan, tantangan memang banyak. Terutama minimnya infrastruktur pendukung. Oleh karena itu, perlu upaya kolaboratif untuk mengoptimalkan peran industri sawit, khususnya dalam memberikan dampak positif bagi anak-anak,” ujarnya.

Lebih dari sekadar memberikan dampak ekonomi, lanjut Maskur, industri kelapa sawit juga memikul misi sosial yang signifikan. Salah satu upaya konkret yang dapat dilakukan  adalah dengan mempromosikan sawit ramah anak melalui berbagai kegiatan, seperti seminar dan workshop.

“Melalui inisiatif ini, kita mendorong gerakan perlindungan anak yang dimulai dari kebun sawit dan diharapkan meluas hingga ke masyarakat,” jelasnya.

Maskur menambahkan, dengan kebijakan yang tepat serta kolaborasi yang baik antara pemerintah dan industri, sawit dapat menjadi motor penggerak untuk mendukung berbagai aspek, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga perekonomian masyarakat di sekitar perkebunan.

“Seminar dan workshop ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk bertukar ide, gagasan, serta informasi,” ungkapnya.

Sementara, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menegaskan, industri kelapa sawit merupakan penopang utama perekonomian nasional. Terutama saat masa pandemi Covid-19. Hal ini menjadi komitmen GAPKI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Juga :  Tarif Batas BUMD Air Minum Tidak Boleh Melampaui 4 Persen dari Pendapatan Masyarakat

“Ketika banyak sektor lain, terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), industri kelapa sawit justru menambah tenaga kerja. Ini menunjukkan betapa pentingnya industri sawit bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.

Menurut Eddy, saat ini industri kelapa sawit mampu menyerap sekitar 16 juta tenaga kerja. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya, ia menekankan bahwa hal ini menjadikan sektor kelapa sawit sangat vital bagi perekonomian dan harus dijaga kelangsungannya.

“Industri kelapa sawit bukan hanya menyokong ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari solusi pengangguran di Indonesia,” tambahnya.

Namun, Eddy mengakui bahwa industri sawit masih menghadapi tantangan, termasuk isu pekerja anak dan perempuan.

“Kami berharap ke depan tidak ada lagi isu negatif seperti ini. Perkebunan kelapa sawit telah menyediakan fasilitas yang sangat baik dan memenuhi berbagai kriteria standar,” ungkapnya. (hfz/hnd)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) mendorong upaya sawit ramah anak sebagai bagian dari strategi untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan berdaya saing. Hal itu tak lain dalam rangka untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Pelaksana Harian (Plh) Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra)  Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kalteng, Maskur mengatakan pemenuhan hak anak, terutama di wilayah terpencil menjadi tantangan yang perlu diatasi dengan serius.

“Pemenuhan hak anak yang berada di lokasi jauh dari akses layanan dasar merupakan tantangan yang dihadapi pemerintah. Anak-anak di wilayah ini harus mendapatkan kesempatan yang sama dengan mereka yang tinggal di daerah dengan akses lebih mudah,” kata Maskur saat membuka Seminar dan Workshop Sawit Ramah Anak di Hotel Aquarius, Kamis (24/10).

Dikatakan Maskur, peran industri sawit sangat penting dan strategis dalam mewujudkan kondisi ini. Secara nasional, industri sawit melibatkan jutaan pekerja dan memiliki jaringan yang kuat hingga perdesaan.

Baca Juga :  Terima Laporan Banjir, Gubernur Langsung Pantau Lewat Udara

“Di pedesaan, tantangan memang banyak. Terutama minimnya infrastruktur pendukung. Oleh karena itu, perlu upaya kolaboratif untuk mengoptimalkan peran industri sawit, khususnya dalam memberikan dampak positif bagi anak-anak,” ujarnya.

Lebih dari sekadar memberikan dampak ekonomi, lanjut Maskur, industri kelapa sawit juga memikul misi sosial yang signifikan. Salah satu upaya konkret yang dapat dilakukan  adalah dengan mempromosikan sawit ramah anak melalui berbagai kegiatan, seperti seminar dan workshop.

“Melalui inisiatif ini, kita mendorong gerakan perlindungan anak yang dimulai dari kebun sawit dan diharapkan meluas hingga ke masyarakat,” jelasnya.

Maskur menambahkan, dengan kebijakan yang tepat serta kolaborasi yang baik antara pemerintah dan industri, sawit dapat menjadi motor penggerak untuk mendukung berbagai aspek, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga perekonomian masyarakat di sekitar perkebunan.

“Seminar dan workshop ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan untuk bertukar ide, gagasan, serta informasi,” ungkapnya.

Sementara, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono menegaskan, industri kelapa sawit merupakan penopang utama perekonomian nasional. Terutama saat masa pandemi Covid-19. Hal ini menjadi komitmen GAPKI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Juga :  Tarif Batas BUMD Air Minum Tidak Boleh Melampaui 4 Persen dari Pendapatan Masyarakat

“Ketika banyak sektor lain, terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), industri kelapa sawit justru menambah tenaga kerja. Ini menunjukkan betapa pentingnya industri sawit bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.

Menurut Eddy, saat ini industri kelapa sawit mampu menyerap sekitar 16 juta tenaga kerja. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karenanya, ia menekankan bahwa hal ini menjadikan sektor kelapa sawit sangat vital bagi perekonomian dan harus dijaga kelangsungannya.

“Industri kelapa sawit bukan hanya menyokong ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari solusi pengangguran di Indonesia,” tambahnya.

Namun, Eddy mengakui bahwa industri sawit masih menghadapi tantangan, termasuk isu pekerja anak dan perempuan.

“Kami berharap ke depan tidak ada lagi isu negatif seperti ini. Perkebunan kelapa sawit telah menyediakan fasilitas yang sangat baik dan memenuhi berbagai kriteria standar,” ungkapnya. (hfz/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru