PROKALTENG.CO – Konferensi sawit terbesar dan paling berpengaruh di dunia, 21st Indonesian Palm Oil Conference & 2026 Price Outlook (IPOC 2025), resmi dibuka pada Kamis (13/11) pagi di Bali.
Acara berlangsung pukul 10.00 WITA di Bali International Convention Center (BICC), The Westin Resort Nusa Dua, yang menjadi pusat berkumpulnya pemangku kepentingan global.
Pembukaan konferensi dihadiri pejabat tinggi negara, duta besar, pelaku industri, akademisi, serta lembaga internasional dari berbagai negara.
Tahun ini, IPOC mencatatkan rekor baru dengan total 1.545 peserta dari 28 negara serta dukungan sponsor terbesar sepanjang penyelenggaraan.
Dalam sambutan pembukaannya, Ketua Pelaksana IPOC 2025 Mona Surya menegaskan bahwa perjalanan dua dekade konferensi ini mencerminkan kekuatan komunitas sawit dunia.
Ia menyampaikan bahwa momentum tahunan ini selalu menghadirkan kebanggaan tersendiri bagi seluruh peserta.
“Setiap tahun, ketika saya berdiri di panggung ini, saya selalu merasakan kebanggaan yang besar. IPOC adalah homecoming tahunan kita. Dari awal yang sederhana, kini menjadi ajang global yang ditunggu dunia,” ujar Mona Surya.
Mona menekankan bahwa kekuatan utama IPOC terletak pada interaksi lintas negara yang mendorong lahirnya kolaborasi baru.
Ia juga menyebut bahwa agenda dan tema tahun ini merefleksikan realitas industri yang semakin kompleks dan penuh tantangan.
IPOC 2025 mengangkat tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy and Global Trade.”
Menurut Mona, tema ini sangat relevan karena industri sawit kini berada di titik penting yang dipengaruhi berbagai dinamika.
“Industri kita sedang berada di persimpangan jalan. Kita menghadapi volatilitas harga, stagnasi produksi di sejumlah negara produsen, serta hambatan dagang seperti EUDR. Kebijakan nasional dan global tidak lagi menjadi latar, mereka adalah kekuatan yang membentuk operasional kita,” ujarnya.
Tingginya atensi terhadap konferensi tahun ini tercermin dari kehadiran 113 booth pameran dan 38 perusahaan sponsor.
Mona juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh sponsor dari kategori Titanium hingga Gold serta tim panitia yang bekerja sepanjang tahun.
Ketua GAPKI Eddy Martono dalam pidatonya menyoroti kinerja solid industri sawit nasional hingga September 2025. Ia memaparkan bahwa perkembangan tersebut menunjukkan kekuatan strategis sawit bagi ekonomi Indonesia.
“Detak industri kita sangat kuat: produksi sudah menembus 43 juta ton, naik 11%. Ekspor mencapai lebih dari 25 juta ton, meningkat 13,4%, menyumbang USD 27,3 miliar devisa negara, 40% lebih tinggi dari tahun lalu,” ujar Eddy.
Meski demikian, Eddy mengingatkan bahwa capaian positif itu dibayangi tantangan berat terkait dinamika perdagangan global. Ia menekankan bahwa stagnasi produktivitas dan regulasi baru perlu dihadapi dengan strategi komprehensif.
Eddy menyoroti peluang dari Indonesia–EU CEPA yang berpotensi membuka akses pasar lebih luas.
Namun, ia juga menggarisbawahi bahwa EUDR kini menjadi gerbang regulasi baru yang harus dipersiapkan secara matang.
“Kita harus menjawab aturan dengan standar yang lebih baik. ISPO harus menjadi global gold standard yang membuktikan bahwa keberlanjutan adalah komitmen, bukan slogan,” tegasnya.
Menurut Eddy, stagnasi produksi menjadi ancaman yang tidak boleh diabaikan, sehingga diperlukan langkah agresif untuk memperkuat produktivitas jangka panjang.
Ia menyebut bahwa peremajaan menjadi kunci penting bagi industri untuk tetap kompetitif.
“Kita membutuhkan gerakan nasional peremajaan. Kita tak bisa mengandalkan mesin lama untuk menggerakkan masa depan,” katanya.
Eddy juga menegaskan bahwa kebijakan biofuel seperti B35 dan B40 telah berperan besar menciptakan permintaan domestik yang stabil.
Kebijakan tersebut juga memperkuat kontribusi sawit terhadap penurunan emisi nasional.
Pada kesempatan tersebut, Eddy mengumumkan pemenang kompetisi koperasi pekebun paling produktif yang berasal dari Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Koperasi tersebut mencatatkan produktivitas 37,4 ton TBS yang menjadi capaian tertinggi tahun ini.
Ia juga memberikan sorotan khusus kepada inovasi generasi muda melalui National Palm Oil Hackathon 2025 yang diikuti 139 tim dari 35 universitas.
Pemenangnya, Tim BiFlow dari ITS Surabaya, berhasil menciptakan teknologi “RAPIDS” berbasis machine learning untuk mendeteksi penyakit Ganoderma.
Selain itu, Eddy mengumumkan kolaborasi internasional melalui Elaeidobius Consortium bersama Tanzania Agricultural Research Institute.
Kolaborasi ini diharapkan meningkatkan efisiensi penyerbukan pada perkebunan kelapa sawit.
Konferensi tahun ini menyajikan rangkaian agenda strategis yang mencakup kebijakan domestik, harmonisasi regulasi, serta respons terhadap EUDR.
Diskusi juga mencakup dinamika pasar minyak nabati global, hilirisasi, biofuel, dan diplomasi perdagangan.
IPOC 2025 akan berlangsung pada 13–14 November 2025 dengan menghadirkan pembicara dunia seperti Thomas Mielke dari Oil World, Julian Conway McGill dari Glenauk Economics, serta Ryan Chen dari Cargill China.
Konferensi ini diharapkan memberikan arah strategis bagi industri sawit tahun 2026.(hfz)
