NANGA BULIK, PROKALTENG.CO – Ritual Adat Padah Pamit digelar Sebelum Festival Babukung. Babukung sejatinya adalah ritual adat kematian bagi masyarakat Hindu kaharingan. Sehingga pelaksanaannya tidak boleh sembarangan. Babukung hanya boleh dilakukan jika ada warga yang meninggal. Dengan tujuan mengantarkan bantuan. Dan memberikan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Dalam Babukung terpendam makna gotong royong masyarakat yang sesungguhnya. Dimana saat ada warga yang meninggal. Warga lain akan datang menggunakan topeng bukung. Dan mengantarkan bantuan kepada yang berdukacita . Musiknya pun khas, yakni disebut dengan musik batipa.
Dahulu , Babukung tidak boleh dilaksanakan jika tidak ada orang yang meninggal. Karena dianggap melanggar adat atau pamali. Sebab bukan merupakan adat orang hidup. Namun karena keinginan untuk tetap melestarikan adat dan budaya. Maka sejak tahun 2014 dimulailah festival Babukung. Dalam rangka mengenalkan budaya tradisional ini ke dunia luar.
“Hari ini kita melaksanakan ritual adat padah pamit. Untuk meminta ijin kepada leluhur agar selama pelaksanaan festival Babukung, seluruh peserta diberi keselamatan dan kelancaran, ” ungkap Plt Kadis pariwisata, Susana Sriharti Sahada.
Ketua DAD kecamatan Bulik, Biris menjelaskan, bahwa dalam pelaksanaan festival Budaya Babukung ini perlu kesepakatan bersama dari para tetua dan tokoh adat. Sebab, dalam festival ini tidak ada mayat atau kematian, tapi ada ribuan orang menggunakan topeng Bukung dan menari bersama  demi pelestarian adat budaya.
“Sehingga. Sangat penting kita lakukan ritual hari ini. Agar para leluhur memberikan ijin dan merestui niat baik kita yang melakukan ritual adat Babukung ini. Dalam rangka demi menggali budaya dan melestarikan adat istiadat. Meskipun tidak ada mayat. Maka kita lakukan pemasangan ancak , memotong ayam dan memberikan sesajian. Kita berdoa bersama agar dalam pelaksanaan nanti bisa berjalan lancar, semoga tidak ada musibah,” ungkapnya.
Pelaksanaan ritual meminta pamit kepada leluhur yang dilaksanakan di halaman pasar induk Nanga Bulik ini. Dilakukan oleh Damang dan mantir se kecamatan Bulik. Serta para tokoh adat. Diawali dengan pembacaan doa yang dirapal oleh masing-masing mantir adat. Kemudian penaburan beras kuning, penyembelihan ayam berwarna hitam. Dan pemasangan ancak atau peganjingan (wadah dari bambu berisi sesajen) di pinggir lapangan.
“Semoga Festival Babukung ini bisa terus dilaksanakan dari tahun Ketahun dan para generasi muda tidak melupakan adat dan tradisi yang telah ditinggalkan oleh para leluhur kita ini,” ungkap Darong, Damang kecamatan Bulik. (Bib/Free)