SAMPIT, PROKALTENG.CO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) terus menunjukkan keseriusannya dalam menurunkan angka stunting. Melalui momentum Rembuk Stunting, Bupati Kotim H Halikinnor menegaskan pentingnya pencegahan sejak dini, khususnya dalam periode krusial 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak.
“Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Dampaknya sangat serius karena bisa memengaruhi perkembangan kognitif dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari,” katanya, Jumat (20/6).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim, hingga Desember 2024 tercatat 2.543 balita mengalami stunting, atau sekitar 19,61 persen dari 12.966 balita yang ditimbang.
Namun, menurut perhitungan internal pemerintah daerah, angka tersebut mengalami penurunan signifikan menjadi 22 persen, meski masih menunggu validasi resmi dari Kementerian Kesehatan.
Untuk mempercepat penurunan angka tersebut, berbagai inovasi telah dijalankan. Di antaranya melalui program Grebek Stunting dengan pemberian susu dan telur kepada 2.167 balita di seluruh kecamatan, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita, hingga penguatan program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) yang saat ini menjangkau 33 desa di Kotim.
“Langkah ini bagian dari strategi terintegrasi yang melibatkan semua stakeholder. Kita mengacu pada enam pilar strategi nasional percepatan penurunan stunting,” ucap Halikinnor.
Ia juga menyampaikan dukungan penuh atas peluncuran aplikasi Sistem Laporan Raport Dapur Sehat Atasi Stunting (Si Laras) yang dirancang untuk mempermudah pelaporan kegiatan DASHAT di lapangan.
“Program DASHAT ini bukan hanya untuk memenuhi gizi keluarga berisiko stunting, tapi juga membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan mengolah makanan sehat berbasis kearifan lokal,” ujarnya.
Orang nomor satu di Bumi Habaring Hurung ini juga mengajak seluruh perangkat daerah, pemerintah kecamatan, dan desa agar bersinergi lebih erat dalam merumuskan kebijakan dan menindaklanjuti program penanganan stunting. serta berharap rembuk stunting dapat menjadi forum strategis dalam menyatukan persepsi dan memperkuat kolaborasi.
“Kita ingin generasi masa depan Kotim tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing. Untuk itu, intervensi harus dimulai sejak dini dan melibatkan semua pihak,” tegasnya.(bah/kpg)