SAMPIT, PROKALTENG.CO – Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penentu ketahanan pangan di suatu daerah. Hasil pertanian yang baik dan berlimpah akan menjadi tolak ukur ketersediaan pangan dalam sebuah daerah termasuk di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Sayangnya, banyak para pelaku tani merupakan para orang tua. Minat bertani, jarang digemari oleh anak muda. Alasannya beragam. Sebagian dari mereka beranggapan bertani adalah suatu pekerjaan yang cukup melelahkan.
Melihat hal itu, Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Kotim menegaskan kepada kalangan anak muda untuk tidak malu bertani. Terlebih lagi, kemajuan teknologi membuat sektor pertanian jauh lebih muda dan efisien dengan bantuan alat modern. Sehingga, teknologi yang lekat dengan dunia anak muda sekarang dapat dijadikan magnet untuk menarik para pemuda dalam mengembangkan sektor pertanian dengan cara mereka.
“Kita sekarang punya digital farming yang bisa menarik minat terutama kaum milenial untuk bertani. Karena kebanyakan anak-anak muda enggan bertani sebab dianggap pekerjaan yang melelahkan,” ujar Irawati, belum lama ini.
Digital farming sendiri sudah diterapkan dalam pertanian kelompok tani Margo Mulyo hasil kolaborasi Pemprov Kalteng dan Bank Indonesia (BI). Dengan teknologi ini, memungkinkan para petani menantau segala hal yang berkaitan dengan sektor pertaniannya melaui telepon pintar mereka.
“Dengan teknologi ini petani bisa memantau kelola air, irigasi hingga pemupukan. Bahkan, petani bisa memantau tanaman yang kekurangan nutrisi dan terkena serangan hama dalam satu aplikasi,” terang Irawati.
Dirinya juga mengatakan, Selain kemudahan itu, penerapan sektor pertanian berbasis teknologi itu juga menghemat biaya perawatan. Diharapkan, dengan hadirnya kemudahan itu dapat memacu semangat generasi muda untuk bertani. Hal itu tentunya akan berdampak bagi ketahanan pangan daerah khususnya di Kabupaten Kotim.
“Bertani bisa menurunkan angka kemiskinan di Kotim. Apalagi ibu kota pindah ke IKN. Kita harus bisa menjadi penyangga pangannya,” tungkasnya. (sli/kpg)