28.1 C
Jakarta
Tuesday, September 17, 2024

Dinkes Kotim Ambil Langkah Penanganan TBC dengan Menerapkan Metode Tracing

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Penyakit Tuberkulosis (TBC) menjadi momok yang menakutkan bagi setiap orang. Hal itu dikarenakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis itu memerlukan pengobatan dalam kurun waktu yang lama.

Sayangnya, kesadaran masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terhadap penyakit tersebut masih kurang. Kebanyakan dari mereka enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotim mengambil langkah dalam penanganan TBC dengan menerapkan metode tracing atau penelusuran. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan efektivitas dalam menanggulangi penyakit yang menjadi masalah serius di Kotim. Tracing dilakukan segera setelah ditemukan kasus TBC atau kontak dengan penderita.

“Kami akan melakukan tracing dan memberikan pengobatan semaksimal mungkin kepada mereka yang berisiko terpapar,” ujarnya Kepala Dinkes Kabupaten Kotim, Umar Kaderi, Rabu (17/7).

Tracing sendiri adalah proses identifikasi orang-orang yang telah berkontak dengan penderita TBC untuk memutus rantai penyebaran penyakit. Pendekatan ini terbukti efektif dalam penanganan COVID-19 dan kini diadopsi untuk mengatasi TBC, meskipun tantangannya tidak kalah berat.

“TBC merupakan penyakit menahun yang menjadi perhatian serius di Kotim dan Indonesia secara umum. Meskipun ada pengobatan yang jelas, masyarakat masih menghadapi berbagai kendala seperti stigma terhadap penderita dan kurangnya kesadaran untuk skrining kesehatan,” jelasnya.

Baca Juga :  Lepas Kontingen Atlet PWI Mengikuti Porwada, Ini Pesan Wabup Kotim

Dalam upaya bersama menanggulangi masalah ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah melakukan langkah serupa di seluruh Indonesia. Monitoring mingguan dilakukan untuk memastikan peran aktif pemerintah daerah dalam mencapai target indikator utama penanggulangan TBC.

Dinkes Kotim sendiri telah mencatat sejumlah capaian yang menggembirakan dalam penanggulangan TBC pada semester pertama tahun 2024. Berdasarkan data terbaru, upaya penemuan kasus TBC mencapai 43 persen dari target yang ditetapkan, sementara inisiasi pengobatan untuk penderita baru berhasil mencapai 78,4 persen.

Selain itu, investigasi kontak yang dilakukan untuk memutus penularan TBC mencatatkan capaian sebesar 36 persen. Adapun penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk penanggulangan TBC mencapai 47 persen, menunjukkan komitmen dan upaya keras pemerintah daerah dalam memerangi penyakit ini. Kendati demikian, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining masih menjadi kendala yang dihadapi pemerintah daerah.

“Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan, stigma terhadap penderita TBC, serta masalah sanitasi rumah yang rendah menjadi beberapa faktor utama yang perlu diatasi,” terangnya.

Baca Juga :  Berobat Gratis dengan KTP Hanya untuk Masyarakat Tak Mampu

Masalah kesehatan lainnya seperti peningkatan kasus HIV/AIDS, diabetes melitus, dan masalah gizi pada anak juga berpotensi meningkatkan risiko penularan TBC di masyarakat. Dinkes Kotim secara konsisten melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui program penyuluhan dan kegiatan edukatif lainnya.

“Penanggulangan TBC tetap merupakan tantangan yang kompleks. Tetapi kita akan berusaha untuk memberikan edukasi ke masyarakat,” tuturnya.

Dengan menerapkan pola baru yang lebih optimal, Umar berharap angka kasus TBC di Kotim yang pada tahun ini mencapai 204 kasus dapat ditekan dan bahkan turun. “Kami berupaya memberikan pengobatan semaksimal mungkin, dengan harapan bisa mengurangi jumlah kasus TB di Kotim,” tutupnya.

Saat ini, tim Dinkes Kotim sedang mempersiapkan kebijakan baru dalam bentuk peraturan kepala daerah dan rencana aksi, yang diharapkan dapat memperkuat upaya penanggulangan TBC di Kotim. Tim percepatan penanggulangan TB juga sedang dalam tahap finalisasi untuk mengoptimalkan strategi dan langkah-langkah yang diperlukan.(sli/kpg)

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Penyakit Tuberkulosis (TBC) menjadi momok yang menakutkan bagi setiap orang. Hal itu dikarenakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis itu memerlukan pengobatan dalam kurun waktu yang lama.

Sayangnya, kesadaran masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terhadap penyakit tersebut masih kurang. Kebanyakan dari mereka enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Untuk itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotim mengambil langkah dalam penanganan TBC dengan menerapkan metode tracing atau penelusuran. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan efektivitas dalam menanggulangi penyakit yang menjadi masalah serius di Kotim. Tracing dilakukan segera setelah ditemukan kasus TBC atau kontak dengan penderita.

“Kami akan melakukan tracing dan memberikan pengobatan semaksimal mungkin kepada mereka yang berisiko terpapar,” ujarnya Kepala Dinkes Kabupaten Kotim, Umar Kaderi, Rabu (17/7).

Tracing sendiri adalah proses identifikasi orang-orang yang telah berkontak dengan penderita TBC untuk memutus rantai penyebaran penyakit. Pendekatan ini terbukti efektif dalam penanganan COVID-19 dan kini diadopsi untuk mengatasi TBC, meskipun tantangannya tidak kalah berat.

“TBC merupakan penyakit menahun yang menjadi perhatian serius di Kotim dan Indonesia secara umum. Meskipun ada pengobatan yang jelas, masyarakat masih menghadapi berbagai kendala seperti stigma terhadap penderita dan kurangnya kesadaran untuk skrining kesehatan,” jelasnya.

Baca Juga :  Lepas Kontingen Atlet PWI Mengikuti Porwada, Ini Pesan Wabup Kotim

Dalam upaya bersama menanggulangi masalah ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah melakukan langkah serupa di seluruh Indonesia. Monitoring mingguan dilakukan untuk memastikan peran aktif pemerintah daerah dalam mencapai target indikator utama penanggulangan TBC.

Dinkes Kotim sendiri telah mencatat sejumlah capaian yang menggembirakan dalam penanggulangan TBC pada semester pertama tahun 2024. Berdasarkan data terbaru, upaya penemuan kasus TBC mencapai 43 persen dari target yang ditetapkan, sementara inisiasi pengobatan untuk penderita baru berhasil mencapai 78,4 persen.

Selain itu, investigasi kontak yang dilakukan untuk memutus penularan TBC mencatatkan capaian sebesar 36 persen. Adapun penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk penanggulangan TBC mencapai 47 persen, menunjukkan komitmen dan upaya keras pemerintah daerah dalam memerangi penyakit ini. Kendati demikian, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining masih menjadi kendala yang dihadapi pemerintah daerah.

“Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan, stigma terhadap penderita TBC, serta masalah sanitasi rumah yang rendah menjadi beberapa faktor utama yang perlu diatasi,” terangnya.

Baca Juga :  Berobat Gratis dengan KTP Hanya untuk Masyarakat Tak Mampu

Masalah kesehatan lainnya seperti peningkatan kasus HIV/AIDS, diabetes melitus, dan masalah gizi pada anak juga berpotensi meningkatkan risiko penularan TBC di masyarakat. Dinkes Kotim secara konsisten melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui program penyuluhan dan kegiatan edukatif lainnya.

“Penanggulangan TBC tetap merupakan tantangan yang kompleks. Tetapi kita akan berusaha untuk memberikan edukasi ke masyarakat,” tuturnya.

Dengan menerapkan pola baru yang lebih optimal, Umar berharap angka kasus TBC di Kotim yang pada tahun ini mencapai 204 kasus dapat ditekan dan bahkan turun. “Kami berupaya memberikan pengobatan semaksimal mungkin, dengan harapan bisa mengurangi jumlah kasus TB di Kotim,” tutupnya.

Saat ini, tim Dinkes Kotim sedang mempersiapkan kebijakan baru dalam bentuk peraturan kepala daerah dan rencana aksi, yang diharapkan dapat memperkuat upaya penanggulangan TBC di Kotim. Tim percepatan penanggulangan TB juga sedang dalam tahap finalisasi untuk mengoptimalkan strategi dan langkah-langkah yang diperlukan.(sli/kpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru