27.3 C
Jakarta
Thursday, April 17, 2025

Keterbatasan Armada dan SDM Jadi Kendala Penanganan Sampah di Kotim

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Di balik upaya menjaga kebersihan kota Sampit, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menghadapi tantangan besar.

Keterbatasan armada dan sumber daya manusia menjadi kendala penanganan sampah di Kotim. Kondisi ini membuat pengelolaan sampah di wilayah perkotaan masih jauh dari ideal.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DLH Kotim, Marjuki, secara terbuka mengungkapkan bahwa volume sampah rumah tangga di Sampit mencapai sekitar 140 ton per hari. Namun, kemampuan angkut yang tersedia hanya mampu menjangkau sekitar 83 ton.

“Masih ada selisih besar antara produksi sampah dengan yang bisa kita tangani setiap hari. Itu sebabnya penumpukan di beberapa titik masih sering terjadi,” ujarnya, belum lama ini.

Baca Juga :  Apresiasi Disdik! Guru dan Sekolah Penggerak Diberikan Sertifikat Penghargaan dan Bonus Uang Tunai

Ia menjelaskan, keterbatasan armada pengangkut serta jumlah petugas lapangan menjadi hambatan utama dalam menjalankan sistem pengelolaan yang efisien. Beberapa kawasan padat seperti Mentawa Baru Ketapang dan Baamang menjadi titik paling terdampak. Meski dihadapkan pada kendala, DLH tidak tinggal diam. Sejumlah langkah telah disiapkan seperti pendekatan berbasis edukasi yang sudah mulai didorong.

DLH berharap, dengan dukungan regulasi, keterlibatan masyarakat, dan kerja sama lintas sektor, sistem pengelolaan sampah di Kotim bisa menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.

“Kita ingin warga mulai memilah sampah sejak dari rumah. Sudah waktunya kita mengubah pola pikir, bahwa sampah tak selalu harus dibuang beberapa justru punya nilai ekonomi,” jelas Marjuki.

Baca Juga :  Kotim Raih Penghargaan Gerakan Menuju Smart City

Ia menambahkan, salah satu pendekatan jangka panjang yang akan diterapkan adalah transisi dari sistem pengumpulan ke sistem kontrol, di mana hanya residu atau sampah yang tak bernilai yang dibawa ke tempat pembuangan akhir.

“Jika semua sampah dicampur, maka nilai ekonominya hilang. Tapi kalau dari awal sudah dipilah, kita bisa mengurangi beban di lapangan sekaligus menciptakan manfaat baru,” tandasnya. (sli/ans/kpg)

SAMPIT, PROKALTENG.CO – Di balik upaya menjaga kebersihan kota Sampit, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menghadapi tantangan besar.

Keterbatasan armada dan sumber daya manusia menjadi kendala penanganan sampah di Kotim. Kondisi ini membuat pengelolaan sampah di wilayah perkotaan masih jauh dari ideal.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DLH Kotim, Marjuki, secara terbuka mengungkapkan bahwa volume sampah rumah tangga di Sampit mencapai sekitar 140 ton per hari. Namun, kemampuan angkut yang tersedia hanya mampu menjangkau sekitar 83 ton.

“Masih ada selisih besar antara produksi sampah dengan yang bisa kita tangani setiap hari. Itu sebabnya penumpukan di beberapa titik masih sering terjadi,” ujarnya, belum lama ini.

Baca Juga :  Apresiasi Disdik! Guru dan Sekolah Penggerak Diberikan Sertifikat Penghargaan dan Bonus Uang Tunai

Ia menjelaskan, keterbatasan armada pengangkut serta jumlah petugas lapangan menjadi hambatan utama dalam menjalankan sistem pengelolaan yang efisien. Beberapa kawasan padat seperti Mentawa Baru Ketapang dan Baamang menjadi titik paling terdampak. Meski dihadapkan pada kendala, DLH tidak tinggal diam. Sejumlah langkah telah disiapkan seperti pendekatan berbasis edukasi yang sudah mulai didorong.

DLH berharap, dengan dukungan regulasi, keterlibatan masyarakat, dan kerja sama lintas sektor, sistem pengelolaan sampah di Kotim bisa menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.

“Kita ingin warga mulai memilah sampah sejak dari rumah. Sudah waktunya kita mengubah pola pikir, bahwa sampah tak selalu harus dibuang beberapa justru punya nilai ekonomi,” jelas Marjuki.

Baca Juga :  Kotim Raih Penghargaan Gerakan Menuju Smart City

Ia menambahkan, salah satu pendekatan jangka panjang yang akan diterapkan adalah transisi dari sistem pengumpulan ke sistem kontrol, di mana hanya residu atau sampah yang tak bernilai yang dibawa ke tempat pembuangan akhir.

“Jika semua sampah dicampur, maka nilai ekonominya hilang. Tapi kalau dari awal sudah dipilah, kita bisa mengurangi beban di lapangan sekaligus menciptakan manfaat baru,” tandasnya. (sli/ans/kpg)

Terpopuler

Artikel Terbaru