BUNTOK,PROKALTENG.CO – Sebanyak 30 desa di Kabupaten Barito Selatan (Barsel), Kalimantan Tengah, ditetapkan sebagai wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Hal ini diungkapkan Bupati Barito Selatan Eddy Raya Samsuri dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Penanganan Karhutla yang digelar di Kota Palangka Raya, belum lama ini. Bupati menyebutkan, desa-desa rawan karhutla tersebut tersebar di enam kecamatan, yakni Dusun Hilir (5 desa), Dusun Utara (5 desa), Karau Kuala (3 desa), Dusun Selatan (9 desa), Gunung Bintang Awai (5 desa), dan Jenamas (3 desa).
“Pemkab Barsel berterima kasih kepada Gubernur Kalteng melalui Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi yang telah mengaktifkan Pos Lapangan (Poslap) Masyarakat Peduli Api (MPA) di sejumlah titik, seperti Desa Dangka, Pararapak, Kelurahan Pendang, Bangkuang, Mengkatip, dan Rantau Kujang. Poslap ini sangat membantu dalam menekan dampak karhutla di daerah,” ujar Eddy Raya Samsuri.
Ia menjelaskan, karhutla di Barsel umumnya terjadi akibat pembukaan lahan pertanian dan perkebunan dengan cara membakar, serta rendahnya adopsi teknologi pertanian ramah lingkungan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Barsel, sepanjang tahun 2025 telah terjadi 23 kejadian karhutla dengan total luas 42,55 hektare. Selain itu, data BRIN Fire Hotspot mencatat terdapat 79 titik panas (hotspot) tersebar di enam kecamatan.
Rinciannya, Dusun Utara 9 hotspot (1 kejadian, 3,5 ha), Dusun Selatan 6 hotspot (12 kejadian, 17,75 ha), Gunung Bintang Awai 33 hotspot (3 kejadian, 11 ha), Dusun Hilir 23 hotspot (2 kejadian, 3,5 ha), dan Jenamas 8 hotspot (5 kejadian, 6,2 ha).
Eddy Raya berharap seluruh pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha, dapat terus memperkuat kolaborasi dalam pencegahan dan penanganan karhutla.
“Semoga koordinasi ini semakin solid agar risiko bencana dapat diminimalkan dan lingkungan tetap terjaga,” pungkasnya.(ena/kpg)