26.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Dampak Pagebluk Corona di Kalimantan Tengah

SEJAK virus corona resmi terkonfirmasi
masuk ke Indonesia, pemerintah melakukan berbagai upaya guna mencegah
penyebaran Covid-19. Salah satu upayanya adalah memberlakukan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah Indonesia tak terkecuali
Kalimantan Tengah. Upaya tersebut berimplikasi pada terhentinya kegiatan masyarakat
baik sosial maupun ekonomi untuk sementara waktu.

Selang tiga
bulan, pemerintah kemudian memberlakukan skenario new normal sebagai upaya penanganan Covid-19 tidak hanya dari aspek
kesehatan namun juga sosial ekonomi. Dengan skenario tersebut masyarakat diharapkan
dapat kembali beraktivitas namun dengan menerapkan protokol kesehatan secara
ketat.

Tatanan baru mengharuskan
masyarakat terbiasa beraktivitas dengan minim sentuhan. Tak pelak hal ini pun
menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mulai dari perubahan pola konsumsi
masyarakat, perubahan di dunia kerja yang berujung pada perubahan struktur
ekonomi.

Perubahan Pola Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga merupakan salah
satu komponen utama dalam perekonomain Kalimantan Tengah dari sisi pengeluaran.
Konsumsi rumah tangga terhitung mampu berkontribusi hingga 42,14 persen.

Februari lalu, Badan Pusat Statistik
merilis
perekonomian Kalimantan Tengah selama 2020
terkontraksi 1,40 persen. Meskipun konsumsi rumah tangga masih mampu tumbuh 0,40 persen, namun kondisi ini
jauh melemah dibandingkan tahun 2019.

Jika diamati lebih dalam, selama tahun
2020 telah terjadi berbagai perubahan pola konsumsi. Seolah-olah kebutuhan
primer tidak hanya sandang, pangan dan papan namun ada beberapa kebutuhan lainnya
yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup selama pandemi.

Pandemi memang memaksa semua orang
untuk bekerja, belajar, belanja bahkan mencari hiburan secara daring.
Inilah yang kemudian menyebabkan kebutuhan akan paket data internet menjadi salah satu kebutuhan
prioritas. Dampaknya pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk komunikasi di
Kalimantan Tengah tumbuh hingga 10,13 persen.

Meningkatnya aktivitas di rumah juga
turut meningkatkan konsumsi listrik rumah tangga. Terhitung konsumsi rumah
tangga untuk kebutuhan akan listrik meningkat 4,64 persen hingga menghabiskan
12,08 persen total pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Baca Juga :  Melampaui Diskursus Halal-Haram Pinjaman Online

Dari sisi
produksi, sektor pengadaan listrik dan gas meningkat tajam hingga 18,83 persen.
Walaupun kontribusi sektor ini sangat kecil namun konstribusi pengadaan listrik
berhasil naik satu peringkat dari sebelumnya.

Hal ini menjadi
sinyal penting bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk terus memperluas
jaringan distribusi listrik dan internet seluruh pelosok wilayah Kalimantan
Tengah tanpa terkecuali. Hingga akhir 2020 tercatat masih ada 64 desa yang
belum teraliri listrik PLN dan 431 desa yang belum mendapat jangkauan sinyal
maupun internet.

Selain itu, kesadaran masyarakat untuk
memelihara kesehatan tubuh dari berbagai virus penyakit terutama Virus Corona meningkat
tinggi. Orang-orang rutin mengkonsumsi multivitamin, masker bahkan rutin
memeriksakan kesehatan dengan rapid test.
Hal ini menyebabkan pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan kesehatan pun turut meningkat
hingga 7,27 persen selama tahun 2020.

Selain terjadinya peningkatan terhadap
berbagai kebutuhan, terlihat juga terjadi penurunan pengeluaran konsumsi terutama
yang berkaitan dengan aktivitas di luar rumah seperti transportasi, akomodasi,
restoran  hingga pengeluaran untuk rekreasi.
Padahal sebelum pandemi, kegiatan traveling
atau rekreasi menjadi kebutuhan yang cukup diminati.

Perubahan Dunia Kerja

Dampak pandemi
Covid-19 terhadap pasar kerja sebenarnya tidak hanya tercermin dari naiknya
angka pengangguran. Penurunan jumlah pekerja ternyata ’hanya’ 63,3 ribu orang, tidak
sebanyak yang diperkirakan. Padahal, berbagai pihak memperkirakan akan terjadi
pengangguran ekstrem akibat pandemi.

Akan tetapi,
jika dikaji lebih dalam telah terjadi berbagai pergeseran dalam dunia kerja. Badan
Pusat Statistik mencatat terdapat 190,3 ribu orang yang terdampak Covid-19 di
Kalimantan Tengah atau sebesar 9,42 persen. Terdiri dari 9,3 ribu orang
menganggur karena Covid-19, 6,2 ribu orang bukan angkatan kerja, 10,8 ribu
orang sementara tidak bekerja, dan proporsi tersebar sebanyak 164 ribu orang
mengalami pengurangan jam kerja.

Baca Juga :  Fenomena Susu Beruang dan Resiliensi di Masa Pandemi

Pengurangan jam
kerja terkait dengan pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Pada Agutus 2020,
pekerja tidak penuh meningkat cukup tinggi hingga mencapai 35,31 persen atau
naik 3,59 persen poin dibandingkan Agustus 2019.

Para pekerja
yang terkena PHK diduga banyak yang memilih mencari nafkah sebagai pekerja
paruh waktu walaupun dengan penghasilan seadanya. Atau beralih profesi jadi
pekerja sektor informal untuk bertahan hidup.

Dugaan tersebut memang
terbukti. Penduduk yang bekerja pada sektor informal meningkat dibandingkan
Agustus 2019. Penduduk yang bekerja pada sektor informal sebanyak 235,48 ribu
orang atau mencapai 55,80 persen. Berarti lebih setengah dari penduduk bekerja berada
di sektor informal.

Struktur pekerja
menurut lapangan pekerjaan juga memperlihatkan perubahan. Proporsi pekerja di sektor
perdagangan naik 1,77 persen poin padahal sektor ini tumbuh negatif 0,99 persen.
Perdagangan memang sektor yang paling mudah dimasuki. Apalagi saat ini tersedia
banyak aplikasi mobile marketplace ataupun
media sosial yang bisa digunakan untuk menunjang sektor tersebut.

Perubahan-perubahan tersebut tentu memiliki
implikasi pada kesejahteraan. Status sebagai penganggur jelas membuat orang
kehilangan sumber penghasilan. Sementara itu, pergeseran dari pekerjaan formal
ke informal dan bersifat tidak penuh memang tidak membuat orang kehilangan
status sebagai pekerja, tetapi membuat mayoritas dari mereka kesejahteraannya menurun.

Banyak orang
yang terkena dampak Covid-19 dan krisis pun belum akan berakhir dalam waktu
singkat, Masih diperlukan berbagai perbaikan untuk kebijakan-kebijakan tentunya
bercermin dari pengalaman 2020 lalu.
(*)

(Tilas Notapiri S.ST, adalah Statistisi Ahli
Pertama di Lingkungan Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah
)

SEJAK virus corona resmi terkonfirmasi
masuk ke Indonesia, pemerintah melakukan berbagai upaya guna mencegah
penyebaran Covid-19. Salah satu upayanya adalah memberlakukan kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah Indonesia tak terkecuali
Kalimantan Tengah. Upaya tersebut berimplikasi pada terhentinya kegiatan masyarakat
baik sosial maupun ekonomi untuk sementara waktu.

Selang tiga
bulan, pemerintah kemudian memberlakukan skenario new normal sebagai upaya penanganan Covid-19 tidak hanya dari aspek
kesehatan namun juga sosial ekonomi. Dengan skenario tersebut masyarakat diharapkan
dapat kembali beraktivitas namun dengan menerapkan protokol kesehatan secara
ketat.

Tatanan baru mengharuskan
masyarakat terbiasa beraktivitas dengan minim sentuhan. Tak pelak hal ini pun
menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mulai dari perubahan pola konsumsi
masyarakat, perubahan di dunia kerja yang berujung pada perubahan struktur
ekonomi.

Perubahan Pola Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga merupakan salah
satu komponen utama dalam perekonomain Kalimantan Tengah dari sisi pengeluaran.
Konsumsi rumah tangga terhitung mampu berkontribusi hingga 42,14 persen.

Februari lalu, Badan Pusat Statistik
merilis
perekonomian Kalimantan Tengah selama 2020
terkontraksi 1,40 persen. Meskipun konsumsi rumah tangga masih mampu tumbuh 0,40 persen, namun kondisi ini
jauh melemah dibandingkan tahun 2019.

Jika diamati lebih dalam, selama tahun
2020 telah terjadi berbagai perubahan pola konsumsi. Seolah-olah kebutuhan
primer tidak hanya sandang, pangan dan papan namun ada beberapa kebutuhan lainnya
yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup selama pandemi.

Pandemi memang memaksa semua orang
untuk bekerja, belajar, belanja bahkan mencari hiburan secara daring.
Inilah yang kemudian menyebabkan kebutuhan akan paket data internet menjadi salah satu kebutuhan
prioritas. Dampaknya pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk komunikasi di
Kalimantan Tengah tumbuh hingga 10,13 persen.

Meningkatnya aktivitas di rumah juga
turut meningkatkan konsumsi listrik rumah tangga. Terhitung konsumsi rumah
tangga untuk kebutuhan akan listrik meningkat 4,64 persen hingga menghabiskan
12,08 persen total pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Baca Juga :  Melampaui Diskursus Halal-Haram Pinjaman Online

Dari sisi
produksi, sektor pengadaan listrik dan gas meningkat tajam hingga 18,83 persen.
Walaupun kontribusi sektor ini sangat kecil namun konstribusi pengadaan listrik
berhasil naik satu peringkat dari sebelumnya.

Hal ini menjadi
sinyal penting bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk terus memperluas
jaringan distribusi listrik dan internet seluruh pelosok wilayah Kalimantan
Tengah tanpa terkecuali. Hingga akhir 2020 tercatat masih ada 64 desa yang
belum teraliri listrik PLN dan 431 desa yang belum mendapat jangkauan sinyal
maupun internet.

Selain itu, kesadaran masyarakat untuk
memelihara kesehatan tubuh dari berbagai virus penyakit terutama Virus Corona meningkat
tinggi. Orang-orang rutin mengkonsumsi multivitamin, masker bahkan rutin
memeriksakan kesehatan dengan rapid test.
Hal ini menyebabkan pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan kesehatan pun turut meningkat
hingga 7,27 persen selama tahun 2020.

Selain terjadinya peningkatan terhadap
berbagai kebutuhan, terlihat juga terjadi penurunan pengeluaran konsumsi terutama
yang berkaitan dengan aktivitas di luar rumah seperti transportasi, akomodasi,
restoran  hingga pengeluaran untuk rekreasi.
Padahal sebelum pandemi, kegiatan traveling
atau rekreasi menjadi kebutuhan yang cukup diminati.

Perubahan Dunia Kerja

Dampak pandemi
Covid-19 terhadap pasar kerja sebenarnya tidak hanya tercermin dari naiknya
angka pengangguran. Penurunan jumlah pekerja ternyata ’hanya’ 63,3 ribu orang, tidak
sebanyak yang diperkirakan. Padahal, berbagai pihak memperkirakan akan terjadi
pengangguran ekstrem akibat pandemi.

Akan tetapi,
jika dikaji lebih dalam telah terjadi berbagai pergeseran dalam dunia kerja. Badan
Pusat Statistik mencatat terdapat 190,3 ribu orang yang terdampak Covid-19 di
Kalimantan Tengah atau sebesar 9,42 persen. Terdiri dari 9,3 ribu orang
menganggur karena Covid-19, 6,2 ribu orang bukan angkatan kerja, 10,8 ribu
orang sementara tidak bekerja, dan proporsi tersebar sebanyak 164 ribu orang
mengalami pengurangan jam kerja.

Baca Juga :  Fenomena Susu Beruang dan Resiliensi di Masa Pandemi

Pengurangan jam
kerja terkait dengan pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Pada Agutus 2020,
pekerja tidak penuh meningkat cukup tinggi hingga mencapai 35,31 persen atau
naik 3,59 persen poin dibandingkan Agustus 2019.

Para pekerja
yang terkena PHK diduga banyak yang memilih mencari nafkah sebagai pekerja
paruh waktu walaupun dengan penghasilan seadanya. Atau beralih profesi jadi
pekerja sektor informal untuk bertahan hidup.

Dugaan tersebut memang
terbukti. Penduduk yang bekerja pada sektor informal meningkat dibandingkan
Agustus 2019. Penduduk yang bekerja pada sektor informal sebanyak 235,48 ribu
orang atau mencapai 55,80 persen. Berarti lebih setengah dari penduduk bekerja berada
di sektor informal.

Struktur pekerja
menurut lapangan pekerjaan juga memperlihatkan perubahan. Proporsi pekerja di sektor
perdagangan naik 1,77 persen poin padahal sektor ini tumbuh negatif 0,99 persen.
Perdagangan memang sektor yang paling mudah dimasuki. Apalagi saat ini tersedia
banyak aplikasi mobile marketplace ataupun
media sosial yang bisa digunakan untuk menunjang sektor tersebut.

Perubahan-perubahan tersebut tentu memiliki
implikasi pada kesejahteraan. Status sebagai penganggur jelas membuat orang
kehilangan sumber penghasilan. Sementara itu, pergeseran dari pekerjaan formal
ke informal dan bersifat tidak penuh memang tidak membuat orang kehilangan
status sebagai pekerja, tetapi membuat mayoritas dari mereka kesejahteraannya menurun.

Banyak orang
yang terkena dampak Covid-19 dan krisis pun belum akan berakhir dalam waktu
singkat, Masih diperlukan berbagai perbaikan untuk kebijakan-kebijakan tentunya
bercermin dari pengalaman 2020 lalu.
(*)

(Tilas Notapiri S.ST, adalah Statistisi Ahli
Pertama di Lingkungan Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah
)

Terpopuler

Artikel Terbaru