PROKALTENG.CO – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir merespon pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang mengklaim bahwa Kementerian Agama yang dipimpinnya merupakan hadiah negara untuk Nahdatul Ulama (NU).
Haedar Nashir mengatakan, sebagai elit bangsa, seharusnya lebih matang dalam mengeluarkan pernyataan ke publik. Dia menilai, klaim Menag tersebut merupakan narasi radikal.
“Masih saja ada yang belum beranjak akil-balig dalam berbangsa dan bernegara. Semisal elite negeri yang menyatakan suatu Kementerian Negara lahir diperuntukkan golongan tertentu dan karenanya layak dikuasai oleh kelompoknya. Suatu narasi radikal yang menunjukkan rendahnya penghayatan keindonesiaan,” ujar Haedar Nashir dikutip laman resmi Muhammdiyah.
Dia menilai, pernyataan itu sebagai sebuah ironi di Indonesia. Di mana banyak terdapat paradoks lain yang sama gawat. Dunia politik, ekonomi, dan kekayaan alam dikuasai oleh sekelompok kecil pihak dan ramai-ramai membangun sangkar besi oligarki.
“Negara Republik Indonesia yang susah payah diperjuangkan kemerdekaannya oleh seluruh rakyat dengan segenap jiwa raga, direngkuh menjadi miliknya,” ujarnya.
Haedar Nashir mengatakan, Indonesia adalah milik bersama. Sebab diperjuangan oleh semua golongan melihat organisasinya.
“Indonesia itu lahir dan hidup untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Sukarno dalam pidato 1 Juni tahun 1945 dalam sidang BPUPKI yang monumental menyatakan dengan lantang bahwa “Kita hendak mendirikan suatu negara buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua”, ungkapnya.
Dia mengatakan, Indonesia milik semua itu sudah disegel oleh konstitusi. Sila ketiga Pancasila ialah Persatuan Indonesia. Sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila kelima ialah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Kurang apa lagi? Semua menunjukkan substansi yang hakiki bahwa Negara Republik Indonesia itu merdeka untuk semua rakyat Indonesia tanpa kecuali, tanpa diskriminasi, dan tanpa arogansi oleh sekelompok kecil maupun besar apa pun yang merusak keutuhan, persatuan, dan kebersamaan” katanya.
“Jika hasrat kuasa diri dan kroni menjelma menjadi sangkar besi, lantas di mana ajaran luhur agama dan nilai suci Ilahi masuk ke jantung hati!” pungkas Haedar.