25.8 C
Jakarta
Sunday, September 22, 2024

Alat Kontrasepsi Terbatas, Klinik Banyak Tutup, Angka Kelahiran Dipred

JAKARTA – Angka kelahiran diprediksi meningkat saat wabah COVID-19.
Penyebabnya selain karena umumnya masyarakat beraktivitas dari rumah, juga
karena suplai alat kontrasepsi yang terhambat.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin
memperkirakan angka kelahiran akan bertambah. Hal tersebut sebagai dampak dari
pandemi COVID-19 yang menyebabkan sebagian besar masyarakat lebih banyak berada
di rumah.

“Yang pasti, kelahiran akan
bertambah karena banyak orang di rumah terus. Jadi, karena banyak di rumah,
orang-orang itu tinggal di rumah terus, akhirnya kehamilan meningkat. Jadi,
jumlah penduduk bisa makin banyak,” katanyasaat halalbihalal virtual dengan jajaran
Sekretariat Wapres (Setwapres) di Jakarta, Jumat (29/5).

Terkait hal tersebut, Ma’ruf
meminta jajarannya di Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
untuk menyiapkan program kerja strategis dalam menghadapi potensi kekerdilan
atau stunting pada anak.

Baca Juga :  Kabar Gembira, Guru Honorer dan Guru Ngaji Dapat Subsidi Upah Rp 600 R

“Stunting itu mungkin juga
(bertambah) karena terganggu oleh situasi (COVID-19) bisa juga (kasusnya)
bertambah berat,” katanya.

Ma’ruf juga mengatakan, tantangan
berat lainnya usai wabah COVID-19 adalah persoalan ekonomi, yaitu kemiskinan
dan pengangguran.

“Tantangan yang kita hadapi makin
berat, ya, tantangan COVID-19, tantangan ekonomi, tantangan tugas-tugas yang
kemarin sudah membaik sekarang menjadi lebih berat lagi, seperti kemiskinan dan
pengangguran,” katanya.

Terkait potensi meningkatkan
angka kelahiran, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan penyebab lainnya adalah produk kontrasepsi
yang terbatas.

“Banyak klinik yang tidak siap
menghadapi pandemi atau staf klinik yang tidak bisa memberikan pelayanan karena
tidak dilengkapi APD. Ini juga secara internasional seperti itu, bukan hanya di
Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga :  BKN Siapkan Alat Pendeteksi Jimat di Tes CPNS

Dikatakannya, banyak klinik tutup
karena menghindari COVID-19. Dengan demikian, rantai pasok alat kontrasepsi
menjadi terganggu, produksi alat kontrasepsi terbatas, dan pelatihan bagi
provider berhenti. “Kurangnya produk kontrasepsi memberikan risiko kehamilan
yang lebih tinggi,” tegasnya.

Dijelaskan Hasto, jika 25 persen
perempuan di usia produktif 20-30 tahun putus menggunakan kontrasepsi, maka angka
fertilitas dapat mencapai 2,5 juta.

Dibeberkannya, epidemiologi
terjadinya kehamilan setelah perkawinan dapat dilihat dari rentang waktu. “Satu
bulan setelah perkawinan 25 persen, setelah 6 bulan menjadi 63 persen, 9 bulan
menjadi 75 persen, 12 bulan 80 persen, dan 18 bulan perkawinan memiliki potensi
hamil 90 persen,” terangnya.

JAKARTA – Angka kelahiran diprediksi meningkat saat wabah COVID-19.
Penyebabnya selain karena umumnya masyarakat beraktivitas dari rumah, juga
karena suplai alat kontrasepsi yang terhambat.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin
memperkirakan angka kelahiran akan bertambah. Hal tersebut sebagai dampak dari
pandemi COVID-19 yang menyebabkan sebagian besar masyarakat lebih banyak berada
di rumah.

“Yang pasti, kelahiran akan
bertambah karena banyak orang di rumah terus. Jadi, karena banyak di rumah,
orang-orang itu tinggal di rumah terus, akhirnya kehamilan meningkat. Jadi,
jumlah penduduk bisa makin banyak,” katanyasaat halalbihalal virtual dengan jajaran
Sekretariat Wapres (Setwapres) di Jakarta, Jumat (29/5).

Terkait hal tersebut, Ma’ruf
meminta jajarannya di Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
untuk menyiapkan program kerja strategis dalam menghadapi potensi kekerdilan
atau stunting pada anak.

Baca Juga :  Kabar Gembira, Guru Honorer dan Guru Ngaji Dapat Subsidi Upah Rp 600 R

“Stunting itu mungkin juga
(bertambah) karena terganggu oleh situasi (COVID-19) bisa juga (kasusnya)
bertambah berat,” katanya.

Ma’ruf juga mengatakan, tantangan
berat lainnya usai wabah COVID-19 adalah persoalan ekonomi, yaitu kemiskinan
dan pengangguran.

“Tantangan yang kita hadapi makin
berat, ya, tantangan COVID-19, tantangan ekonomi, tantangan tugas-tugas yang
kemarin sudah membaik sekarang menjadi lebih berat lagi, seperti kemiskinan dan
pengangguran,” katanya.

Terkait potensi meningkatkan
angka kelahiran, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan penyebab lainnya adalah produk kontrasepsi
yang terbatas.

“Banyak klinik yang tidak siap
menghadapi pandemi atau staf klinik yang tidak bisa memberikan pelayanan karena
tidak dilengkapi APD. Ini juga secara internasional seperti itu, bukan hanya di
Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga :  BKN Siapkan Alat Pendeteksi Jimat di Tes CPNS

Dikatakannya, banyak klinik tutup
karena menghindari COVID-19. Dengan demikian, rantai pasok alat kontrasepsi
menjadi terganggu, produksi alat kontrasepsi terbatas, dan pelatihan bagi
provider berhenti. “Kurangnya produk kontrasepsi memberikan risiko kehamilan
yang lebih tinggi,” tegasnya.

Dijelaskan Hasto, jika 25 persen
perempuan di usia produktif 20-30 tahun putus menggunakan kontrasepsi, maka angka
fertilitas dapat mencapai 2,5 juta.

Dibeberkannya, epidemiologi
terjadinya kehamilan setelah perkawinan dapat dilihat dari rentang waktu. “Satu
bulan setelah perkawinan 25 persen, setelah 6 bulan menjadi 63 persen, 9 bulan
menjadi 75 persen, 12 bulan 80 persen, dan 18 bulan perkawinan memiliki potensi
hamil 90 persen,” terangnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru