25.6 C
Jakarta
Monday, November 11, 2024

Imbas Covid, Pengangguran Bengkak Jadi 9,7 Juta Orang

JAKARTA, PROKALTENG.CO – Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan
membuat jumlah pengangguran bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) ada 29,12 juta penduduk usia kerja yang terdampak hantaman Corona.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker)
Ida Fauziyah merinci, 29,12 Juta orang yang terdampak pandemi, yaitu
pengangguran karena Covid-19 sebesar 2,56 juta orang; bukan angkatan kerja
karena Covid-19 sebesar 0,76 juta orang; sementara tidak bekerja karena
Covid-19 sebesar 1,77 juta orang; dan yang bekerja dengan mengalami pengurangan
jam kerja sebanyak 24, 03 juta orang.

“Pandemi yang terjadi selama ini
menyebabkan kenaikan jumlah penganggur menjadi 9,7 juta orang dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 7,07 persen di Indonesia,” ujar Ida
Fauziyah dalam video daring, kemarin (24/11/2020).

Lanjut Ida, adanya pandemi ini
menimbulkan tantangan besar bagi sektor ketenagakerjaan di Indonesia. “Selain
dari tantangan yang masih tetap ada, yaitu sekitar 57 persen lebih penduduk
bekerja memiliki pendidikan SMP ke bawah dan skill terbatas dan masih tingginya
prosentase pekerja yang ada di sektor informal,” ucapnya.

Baca Juga :  Kitab Kuning, Kekayaan Indonesia dari Warisan Pesantren

Selain berdampak pada perubahan
angka statistik ketenagakerjaan, pandemi Covid-19 juga mempercepat proses
transformasi ketenagakerjaan yang sudah berlangsung akibat revolusi Industri
4.0. Menurut dia, pandemi tidak hanya membuat industri menerapkan Work From
Home, tetapi juga mengubah pola konsumsi masyarakat secara luas.

Pandemi telah menuntut masyarakat
untuk cepat beradaptasi dengan segala perubahan, terutama dalam hal pemanfaatan
teknologi digital yang merupakan inti dari revolusi industri 4.0. Misalkan
pekerja tidak harus dilakukan di kantor namun bisa dari rumah. Pandemi telah
mengubah tatan kehidupan dan dunia kerja baru.

“Ini merupakan dampak dari
pandemi yang juga harus diantisipasi agar kita tidak tertinggal dan salah
mengambil langkah dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat saat ini,”
ucapnya.

Untuk menanggulangi dampak dari
pandemi, Ida Fauziyah telah menyiap sejumlah langkah, salah satunya menyiapkan
SDM yang berkualitas yang dibutuhkan perusahaan kekinian.

Baca Juga :  Kabar Gembira, Guru Honorer juga Dapat Subsidi Gaji Rp 600.000 per Bul

“Kita juga mempersiapkan SDM
pekerja kita sebaik mungkin, meningkatkan kompetensinya, melalui pelatihan vokasi
yang tepat, agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja pasca pandemi,” ungkapnya.

Terpisah, pengamat
Ketenagakerjaan Universitas Gajah Mada (UGM) Tajuddin Noer Effendi menilai
Undang Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) berpotensi mengurangi angka
pengangguran. Karena regulasi tersebut dapat menangkap potensi investasi dan
menciptakan lapangan kerja.

“Apalagi hal tersebut semakin
dibutuhkan setelah banyaknya pekerja terkena PHK dan dirumahkan akibat
pandemi,” kata Tajuddin Noer,

Dia mengungkapkan bahwa sejak ada
isu pandemi, dikabarkan ada beberapa perusahaan besar di Cina yang akan keluar.
Effendi menilai, hal itu menjadi momentum tersebut bisa dimanfaatkan untuk
menarik investasi ke Indonesia.

“Kabarnya ada sekitar 120-an
perusahaan dari Cina yang akan pindah ke Asia Tenggara. Itu menjadi peluang
maka dipercepat, dan pandemi ini sebagai pemacunya,” tukasnya.

JAKARTA, PROKALTENG.CO – Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan
membuat jumlah pengangguran bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) ada 29,12 juta penduduk usia kerja yang terdampak hantaman Corona.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker)
Ida Fauziyah merinci, 29,12 Juta orang yang terdampak pandemi, yaitu
pengangguran karena Covid-19 sebesar 2,56 juta orang; bukan angkatan kerja
karena Covid-19 sebesar 0,76 juta orang; sementara tidak bekerja karena
Covid-19 sebesar 1,77 juta orang; dan yang bekerja dengan mengalami pengurangan
jam kerja sebanyak 24, 03 juta orang.

“Pandemi yang terjadi selama ini
menyebabkan kenaikan jumlah penganggur menjadi 9,7 juta orang dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 7,07 persen di Indonesia,” ujar Ida
Fauziyah dalam video daring, kemarin (24/11/2020).

Lanjut Ida, adanya pandemi ini
menimbulkan tantangan besar bagi sektor ketenagakerjaan di Indonesia. “Selain
dari tantangan yang masih tetap ada, yaitu sekitar 57 persen lebih penduduk
bekerja memiliki pendidikan SMP ke bawah dan skill terbatas dan masih tingginya
prosentase pekerja yang ada di sektor informal,” ucapnya.

Baca Juga :  Kitab Kuning, Kekayaan Indonesia dari Warisan Pesantren

Selain berdampak pada perubahan
angka statistik ketenagakerjaan, pandemi Covid-19 juga mempercepat proses
transformasi ketenagakerjaan yang sudah berlangsung akibat revolusi Industri
4.0. Menurut dia, pandemi tidak hanya membuat industri menerapkan Work From
Home, tetapi juga mengubah pola konsumsi masyarakat secara luas.

Pandemi telah menuntut masyarakat
untuk cepat beradaptasi dengan segala perubahan, terutama dalam hal pemanfaatan
teknologi digital yang merupakan inti dari revolusi industri 4.0. Misalkan
pekerja tidak harus dilakukan di kantor namun bisa dari rumah. Pandemi telah
mengubah tatan kehidupan dan dunia kerja baru.

“Ini merupakan dampak dari
pandemi yang juga harus diantisipasi agar kita tidak tertinggal dan salah
mengambil langkah dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat saat ini,”
ucapnya.

Untuk menanggulangi dampak dari
pandemi, Ida Fauziyah telah menyiap sejumlah langkah, salah satunya menyiapkan
SDM yang berkualitas yang dibutuhkan perusahaan kekinian.

Baca Juga :  Kabar Gembira, Guru Honorer juga Dapat Subsidi Gaji Rp 600.000 per Bul

“Kita juga mempersiapkan SDM
pekerja kita sebaik mungkin, meningkatkan kompetensinya, melalui pelatihan vokasi
yang tepat, agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja pasca pandemi,” ungkapnya.

Terpisah, pengamat
Ketenagakerjaan Universitas Gajah Mada (UGM) Tajuddin Noer Effendi menilai
Undang Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) berpotensi mengurangi angka
pengangguran. Karena regulasi tersebut dapat menangkap potensi investasi dan
menciptakan lapangan kerja.

“Apalagi hal tersebut semakin
dibutuhkan setelah banyaknya pekerja terkena PHK dan dirumahkan akibat
pandemi,” kata Tajuddin Noer,

Dia mengungkapkan bahwa sejak ada
isu pandemi, dikabarkan ada beberapa perusahaan besar di Cina yang akan keluar.
Effendi menilai, hal itu menjadi momentum tersebut bisa dimanfaatkan untuk
menarik investasi ke Indonesia.

“Kabarnya ada sekitar 120-an
perusahaan dari Cina yang akan pindah ke Asia Tenggara. Itu menjadi peluang
maka dipercepat, dan pandemi ini sebagai pemacunya,” tukasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru